Polisi Turki Tangkap 33 Mata-mata Mossad dalam Operasi Besar-besaran
loading...
A
A
A
ANKARA - Polisi Turki telah menangkap 33 orang di berbagai wilayah di negara tersebut karena melakukan kegiatan mata-mata atas nama badan intelijen luar negeri Israel; Mossad.
Operasi besar-besaran itu diumumkan Menteri Dalam Negeri Turki Ali Yerlikaya pada hari Selasa.
Mengutip laporan Anadolu Agency, Rabu (3/1/2024), polisi menahan orang-orang tersebut di Istanbul dan tujuh provinsi lainnya dengan tuduhan melakukan kegiatan spionase internasional atas nama Mossad.
Puluhan mata-mata itu dilaporkan telah melacak warga negara asing yang tinggal di Turki karena alasan kemanusiaan.
Kantor Kejaksaan Istanbul mengatakan polisi telah mengungkap jaringan yang bermaksud melakukan operasi pengintaian, pengejaran, penyerangan dan penculikan terhadap warga negara asing di Turki.
Polisi Turki sebelumnya telah membongkar jaringan mata-mata yang menargetkan warga Palestina yang tinggal di negara tersebut.
Namun, penangkapan terbaru ini menyusul komentar Ronen Bar, kepala badan intelijen dalam negeri Israel; Shin Bet, yang merilis rekaman suara bulan lalu yang mengumumkan bahwa Israel bertekad untuk membunuh para pemimpin Hamas di setiap lokasi, termasuk Turki.
“Di Gaza, di Tepi Barat, di Lebanon, di Turki, di Qatar, semuanya,” katanya dalam rekaman audio yang disiarkan oleh lembaga penyiaran publik Kan pada bulan Desember 2023.
“Ini akan memakan waktu beberapa tahun, tapi kami akan berada di sana untuk mewujudkannya.”
Sebagai tanggapan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan ancaman keras. "Jika mereka melakukan kesalahan seperti itu, mereka harus tahu bahwa mereka akan membayar harga yang sangat mahal untuk itu," kata Erdogan saat itu.
Yerlikaya mengatakan para tersangka ditangkap sekaligus dalam operasi dengan kode bernama "Mole".
Seorang pejabat senior intelijen Turki mengatakan kepada Middle East Eye bahwa Ankara ingin memastikan tidak ada badan intelijen asing yang dapat beroperasi di negara tersebut tanpa izin.
“Sejalan dengan peringatan kami sebelumnya bahwa segala upaya untuk beroperasi secara ilegal di Turki akan memiliki konsekuensi yang serius, kami sangat tidak menyarankan semua pihak terkait untuk melakukan kegiatan serupa di masa depan,” kata pejabat tersebut yang berbicara tanpa bersedia disebutkan namanya.
Sumber lain yang mengetahui masalah ini mengatakan kepada Middle East Eye bahwa ada orang asing di antara mereka yang ditahan.
Rekaman yang dirilis oleh menteri dalam negeri Turki menunjukkan polisi dan intelijen Turki melakukan operasi untuk menangkap para tersangka mata-mata yang bekerja untuk Israel.
“Kami tidak akan pernah mengizinkan kegiatan spionase yang bertentangan dengan persatuan nasional dan solidaritas negara kami,” kata Yerlikaya.
“Selama penggeledahan yang dilakukan selama operasi: 143.830 euro, USD23.680, sejumlah uang tunai dari berbagai negara, sejumlah besar kartrid dan materi digital disita,” imbuh dia.
Yerlikaya mengatakan Turki bertekad untuk melawan kejahatan terorganisir dan organisasi intelijen asing.
Anadolu Agency menyebutkan 13 tersangka masih buron.
Turki secara sistematis telah melakukan operasi polisi serupa terhadap orang-orang yang diduga menjadi mata-mata Israel selama beberapa tahun terakhir.
Pada bulan Desember, intelijen dan polisi Turki menahan 44 tersangka yang diyakini bekerja untuk Mossad untuk memata-matai warga Palestina yang tinggal di Turki.
Surat kabar Sabah melaporkan para tersangka berpura-pura bekerja sebagai konsultan swasta namun misi sebenarnya mereka adalah memantau warga Palestina.
Turki awalnya mengkritik Hamas atas serangan 7 Oktober dan meminta para pemimpinnya meninggalkan negara itu untuk sementara waktu.
Namun, kampanye pengeboman Israel yang menghancurkan di Gaza, yang telah menewaskan sedikitnya 22.000 orang—sebagian besar perempuan dan anak-anak—telah memaksa Ankara untuk mengambil sikap lebih keras terhadap Israel.
Erdogan telah menarik duta besar Turki untuk berkonsultasi dan mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu harus diadili karena melakukan kejahatan perang. Dia juga menuduh tentara Israel melakukan kampanye teror di Gaza.
Turki sejauh ini menghindari tindakan hukuman terhadap Israel, karena perdagangan terus berlanjut dan saluran diplomatik tetap terbuka.
Operasi besar-besaran itu diumumkan Menteri Dalam Negeri Turki Ali Yerlikaya pada hari Selasa.
Mengutip laporan Anadolu Agency, Rabu (3/1/2024), polisi menahan orang-orang tersebut di Istanbul dan tujuh provinsi lainnya dengan tuduhan melakukan kegiatan spionase internasional atas nama Mossad.
Puluhan mata-mata itu dilaporkan telah melacak warga negara asing yang tinggal di Turki karena alasan kemanusiaan.
Kantor Kejaksaan Istanbul mengatakan polisi telah mengungkap jaringan yang bermaksud melakukan operasi pengintaian, pengejaran, penyerangan dan penculikan terhadap warga negara asing di Turki.
Polisi Turki sebelumnya telah membongkar jaringan mata-mata yang menargetkan warga Palestina yang tinggal di negara tersebut.
Namun, penangkapan terbaru ini menyusul komentar Ronen Bar, kepala badan intelijen dalam negeri Israel; Shin Bet, yang merilis rekaman suara bulan lalu yang mengumumkan bahwa Israel bertekad untuk membunuh para pemimpin Hamas di setiap lokasi, termasuk Turki.
“Di Gaza, di Tepi Barat, di Lebanon, di Turki, di Qatar, semuanya,” katanya dalam rekaman audio yang disiarkan oleh lembaga penyiaran publik Kan pada bulan Desember 2023.
“Ini akan memakan waktu beberapa tahun, tapi kami akan berada di sana untuk mewujudkannya.”
Sebagai tanggapan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan ancaman keras. "Jika mereka melakukan kesalahan seperti itu, mereka harus tahu bahwa mereka akan membayar harga yang sangat mahal untuk itu," kata Erdogan saat itu.
Yerlikaya mengatakan para tersangka ditangkap sekaligus dalam operasi dengan kode bernama "Mole".
Seorang pejabat senior intelijen Turki mengatakan kepada Middle East Eye bahwa Ankara ingin memastikan tidak ada badan intelijen asing yang dapat beroperasi di negara tersebut tanpa izin.
“Sejalan dengan peringatan kami sebelumnya bahwa segala upaya untuk beroperasi secara ilegal di Turki akan memiliki konsekuensi yang serius, kami sangat tidak menyarankan semua pihak terkait untuk melakukan kegiatan serupa di masa depan,” kata pejabat tersebut yang berbicara tanpa bersedia disebutkan namanya.
Sumber lain yang mengetahui masalah ini mengatakan kepada Middle East Eye bahwa ada orang asing di antara mereka yang ditahan.
Rekaman yang dirilis oleh menteri dalam negeri Turki menunjukkan polisi dan intelijen Turki melakukan operasi untuk menangkap para tersangka mata-mata yang bekerja untuk Israel.
“Kami tidak akan pernah mengizinkan kegiatan spionase yang bertentangan dengan persatuan nasional dan solidaritas negara kami,” kata Yerlikaya.
“Selama penggeledahan yang dilakukan selama operasi: 143.830 euro, USD23.680, sejumlah uang tunai dari berbagai negara, sejumlah besar kartrid dan materi digital disita,” imbuh dia.
Yerlikaya mengatakan Turki bertekad untuk melawan kejahatan terorganisir dan organisasi intelijen asing.
Anadolu Agency menyebutkan 13 tersangka masih buron.
Turki secara sistematis telah melakukan operasi polisi serupa terhadap orang-orang yang diduga menjadi mata-mata Israel selama beberapa tahun terakhir.
Pada bulan Desember, intelijen dan polisi Turki menahan 44 tersangka yang diyakini bekerja untuk Mossad untuk memata-matai warga Palestina yang tinggal di Turki.
Surat kabar Sabah melaporkan para tersangka berpura-pura bekerja sebagai konsultan swasta namun misi sebenarnya mereka adalah memantau warga Palestina.
Turki awalnya mengkritik Hamas atas serangan 7 Oktober dan meminta para pemimpinnya meninggalkan negara itu untuk sementara waktu.
Namun, kampanye pengeboman Israel yang menghancurkan di Gaza, yang telah menewaskan sedikitnya 22.000 orang—sebagian besar perempuan dan anak-anak—telah memaksa Ankara untuk mengambil sikap lebih keras terhadap Israel.
Erdogan telah menarik duta besar Turki untuk berkonsultasi dan mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu harus diadili karena melakukan kejahatan perang. Dia juga menuduh tentara Israel melakukan kampanye teror di Gaza.
Turki sejauh ini menghindari tindakan hukuman terhadap Israel, karena perdagangan terus berlanjut dan saluran diplomatik tetap terbuka.
(mas)