Ledakan Kembar Mematikan Guncang Bolivia, 12 Tewas

Jum'at, 16 Februari 2018 - 05:45 WIB
Ledakan Kembar Mematikan Guncang Bolivia, 12 Tewas
Ledakan Kembar Mematikan Guncang Bolivia, 12 Tewas
A A A
LA PAZ - Dua ledakan mematikan mengguncang Bolivia yang menyebabkan 12 orang tewas. Ledakan tersebut terjadi selama perayaan karnaval di sebuah kota pertambangan, Oruro.

Baca Juga: Karnaval Berubah Menjadi Petaka di Bolivia, 40 Tewas

Pihak berwenang Bolivia tengah mencari penjelasan terkait dua ledakan mematikan yang terjadi beberapa hari lalu itu. Sebuah kawah terbentuk akibat ledakan tersebut dan kursi-kursi berserakan di jalan seolah memberikan peringatan dahsyatnya ledakan yang juga melukai 50 orang itu.

Polisi telah menyatakan sebuah bom yang terbuat dari dinamit, amonium nitrat dan bahan bakar minyak untuk insiden ledakan yang terjadi pada Selasa malam yang menewaskan empat orang.

Setelah ledakan tersebut, para pejabat mengatakan bahwa mereka sedang memeriksa kembali sebuah ledakan lain yang terjadi di dua blok jauhnya yang menyebabkan delapan orang tewas pada Sabtu malam. Awalnya tabung gas yang bocor dari penjual makanan diduga sebagai penyebabnya. Jaksa setempat Mario Rocha mengatakan pada hari Kamis bahwa penyidik ??
Ketika warga meminta jawaban, para pejabat tengah berusaha untuk memastikan sumber ledakan dan siapa yang bertanggung jawab atas ledakan di Oruro, yang merupakan ibu kota provinsi asal Presiden Evo Morales. Tiga orang yang sempat ditahan untuk diinterogasi setelah ledakan Selasa malam dilepaskan pada hari Rabu.

"Tidak ada yang dikesampingkan, bahkan motif politik pun tidak," kata Rocha seperti dikutip dari ABC News.go, Jumat (16/2/2018).

"Kami masih melakukan penyelidikan dan tidak ada tenggat waktu. Tidak ada penangkapan," sambungnya.

Serangan politik akan menjadi perkembangan yang mengejutkan bagi Bolivia modern. Tidak ada kelompok gerilya atau kelompok kekerasan utama yang beroperasi di negara Andean yang terdiri dari 11 juta orang itu, di mana kekerasan sebagian besar terbatas pada perang narkoba. Pemboman terakhir terjadi lebih dari 35 tahun yang lalu selama kediktatoran 1980-1981.

"Aneh dan atipikal di negara yang tidak terbiasa dengan tindakan berdarah," kata Franklin Pareja, seorang profesor ilmu politik di Universitas Negeri La Paz.

Orang-orang di lingkungan miskin mengadakan sebuah upacara pada Kamis untuk Alex Quekana, 3 tahun yang tewas akibat ledakan pada hari Selasa. Ayah, ibu dan saudara laki-lakinya dirawat di rumah sakit karena luka parah.

"Kami miskin, kami tidak bersalah, seluruh keluarga kami telah hancur," kata seorang nenek, Maxima Solares.

"Jika tidak ada keadilan, saya akan menuntutnya dari Evo Morales," imbuhnya.

Ibu anak laki-laki itu, Demetria Massi, belum diberi tahu bahwa anak laki-lakinya telah meninggal.

Oruro terletak sekitar 220 kilometer sebelah tenggara La Paz, dan acara karnavalnya menarik ribuan orang yang menari-nari di jalanan dengan kostum warna-warni yang rumit sementara band-band memainkan musik.

Pedagang kaki lima tersinggung saat pihak berwenang menyalahkan ledakan pertama akibat tabung gas penjual makanan.

"Itu tidak benar, kami pikir ini adalah serangan," kata Elizabeth Herrera, seorang pedagang kaki lima yang putrinya dan dua cucunya terbunuh oleh ledakan pertama.

"Kami adalah korbannya," katanya.

Kawah yang ditinggalkan oleh ledakan kedua telah ditutup oleh polisi, namun tetap tidak ada patroli dan penduduk khawatir akan keselamatan orang-orang yang mereka cintai karena kota tersebut kembali ke rutinitas normalnya.

"Siapa yang melakukan ini?" tanya warga bernama Rosario Roque di dekat lokasi ledakan Selasa malam itu.

"Saya berjalan-jalan di jalanan setiap hari. Sekarang, kita takut untuk mengirim anak-anak kita ke sekolah," cetusnya.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4061 seconds (0.1#10.140)