7 Alasan Operasi di Laut Merah Makin Bikin Tekor Amerika Serikat

Kamis, 21 Desember 2023 - 20:01 WIB
loading...
7 Alasan Operasi di Laut Merah Makin Bikin Tekor Amerika Serikat
Houthi memamerkan berbagai jenis drone yang dimilikinya di Yaman. Foto/youtube
A A A
WASHINGTON - Operasi militer melawan Houthi akan memakan biaya besar bagi Amerika Serikat (AS), terutama jika hal ini meningkat menjadi konflik regional.

Peringatan itu diungkap wadah pemikir yang berbasis di Washington DC. Berikut ini berbagai alasan mengapa operasi AS di Laut Merah itu bisa sangat merugikan Washington.

1. Serangan Houthi Justru Meningkat


Kelompok Houthi telah menegaskan mereka akan melanjutkan serangan di Laut Merah menyusul pengumuman Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin tentang Operasi Penjaga Kemakmuran baru yang dipimpin AS di wilayah tersebut.

Menurut Pentagon, kelompok Syiah Yaman itu telah melakukan 100 serangan drone dan rudal sejak 7 Oktober.

Houthi baru-baru ini meningkatkan serangan mereka di Laut Merah terhadap kapal perang AS dan kapal-kapal yang terkait dengan Israel dalam upaya memaksa rezim kolonial Zionis menghentikan genosida dan operasi daratnya di Jalur Gaza.

2. Stok Senjata Houthi Banyak dan Canggih


Serangan tersebut menunjukkan pejuang Yaman memiliki persenjataan yang cukup besar dan relatif canggih, menurut pers AS.

Terlebih lagi, drone dan rudal Houthi lebih murah dibandingkan pencegat AS yang digunakan untuk menembak jatuh mereka.

3. Senjata AS Harganya Lebih Mahal


Washington memerlukan biaya yang cukup besar untuk mempertahankan keamanan jalur laut yang melewati Terusan Suez dan Laut Merah, menurut Quincy Institute for Responsible Statecraft:

Setiap amunisi AS yang digunakan untuk mencegat roket dan drone Houthi berharga antara USD1 juta dan USD4,3 juta.

Rudal AS yang dilaporkan digunakan untuk menembak jatuh proyektil dan UAV Houthi termasuk SM-2 (USD2,1 juta); SM-6 (USD4,3 juta); ESSM Sea Sparrows (USD1,7 juta); dan rudal Rolling Airframe (USD905.000).

4. Kapal Perang AS Harus Mondar-mandir ke Pelabuhan


Kapal-kapal AS tidak dapat memuat ulang persenjataan mereka di Laut Merah dan harus kembali ke pelabuhan jika aktivitas kinetik berlangsung lebih lama.

Itu berarti biaya tambahan untuk perjalanan pulang pergi dari pelabuhan ke lokasi operasi di Laut Merah.

Konflik di Laut Merah terancam berlarut-larut mengingat tidak ada pihak yang bertikai yang mau mundur.

5. Tekad Houthi Lebih Kuat daripada Koalisi AS


Pemerintahan Biden telah mengumpulkan koalisi 10 negara dan mengirim kapal perang tambahan ke wilayah tersebut.

Komandan tertinggi Houthi Mohammed al-Bukhaiti mentweet pada tanggal 19 Desember bahwa, “Bahkan jika Amerika berhasil memobilisasi seluruh dunia, operasi militer kami tidak akan berhenti… tidak peduli pengorbanan yang harus kami tanggung.”

Israel juga tidak menunjukkan tanda-tanda mengurangi operasi militernya di Jalur Gaza di mana korban sipil terus bertambah.

6. Persenjataan AS Sudah Terkuras untuk Perang Israel dan Ukraina


Dalam keadaan saat ini, terdapat ancaman serius bahwa Laut Merah akan berubah menjadi medan perang baru, menurut lembaga pemikir yang berbasis di DC tersebut.

Dalam hal ini, biaya yang terkait dengan gugus tugas pimpinan Amerika di Laut Merah bisa menjadi jauh lebih tinggi, terutama pada saat Amerika telah menghabiskan persenjataan militernya untuk mendukung upaya perang proksi di Ukraina dan perang Gaza di Israel.

7. Nyawa Pasukan dan Pelaut AS Makin Terancam


Lebih rumit lagi, operasi Laut Merah dapat membahayakan pasukan dan pelaut AS. “Penting bagi rakyat Amerika untuk menilai apakah apa yang terjadi selanjutnya benar-benar demi kepentingan nasional,” ungkap kesimpulan lembaga think tank yang berbasis di DC tersebut.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1411 seconds (0.1#10.140)