AS Bentuk Koalisi 10 Negara Melawan Serangan Houthi, Hanya 1 Negara Arab Gabung

Selasa, 19 Desember 2023 - 13:34 WIB
loading...
AS Bentuk Koalisi 10...
AS bentuk koalisi 10 negara untuk melawan serangan Houthi Yaman di Laut Merah. Hanya satu negara Arab yang gabung koalisi tersebut, yakni Bahrain. Foto/REUTERS
A A A
DUBAI - Amerika Serikat (AS) mengumumkan koalisi 10 negara untuk menumpas serangan rudal dan drone Houthi Yaman terhadap kapal-kapal yang transit di Laut Merah. Dari 10 negara itu, hanya satu negara Arab yang bergabung, yakni Bahrain.

“Negara-negara yang berupaya menjunjung prinsip dasar kebebasan navigasi harus bersatu untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh aktor non-negara ini,” kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, seperti dikutip AFP, Selasa (19/12/2023).

Kelompok pemberontak Houthi yang didukung Iran telah meningkatkan serangan terhadap kapal tanker, kapal kargo, dan kapal lainnya di Laut Merah, sehingga membahayakan rute transit yang membawa hingga 12 persen perdagangan global.



Koalisi 10 negara, yang oleh Austin sebut sebagai "inisiatif keamanan multinasional", akan beroperasi dengan tujuan memastikan kebebasan navigasi bagi semua negara dan memperkuat keamanan dan kemakmuran regional.

Koalisi 10 negara ini mencakup AS, Inggris, Bahrain, Kanada, Prancis, Italia, Belanda, Norwegia, Seychelles, dan Spanyol.

Kelompok Houthi mengatakan sebelumnya bahwa mereka telah menyerang dua kapal yang terkait dengan Israel di Laut Merah sebagai bentuk solidaritas terhadap Gaza.

Sejak Houthi beraksi, semakin banyak perusahaan yang menghentikan transit melalui jalur air yang bermasalah namun penting tersebut.

Serangan terhadap kapal Swan Atlantic milik Norwegia dan kapal lain yang diidentifikasi oleh Houthi sebagai MSC Clara adalah yang terbaru dari serangkaian insiden maritim yang mengganggu perdagangan global dalam upaya untuk menekan Israel atas perangnya melawan Hamas.

Dalam sebuah pernyataan, kelompok pemberontak Yaman itu mengatakan mereka telah melakukan operasi militer terhadap dua kapal yang terkait dengan entitas Zionis dengan menggunakan drone Angkatan Laut.

Mereka bersumpah untuk terus mencegah semua kapal yang menuju ke pelabuhan Israel, berlayar di Laut Arab dan Laut Merah, sampai lebih banyak makanan dan obat-obatan diizinkan masuk ke Gaza.

Namun pemilik Swan Atlantic, Inventor Chemical Tankers dari Norwegia, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kapal tersebut membawa bahan baku biofuel dari Perancis ke Pulau Reunion.

"Kapal tersebut tidak memiliki hubungan dengan Israel dan dikelola oleh sebuah perusahaan Singapura," kata pemilik kapal tersebut, menambahkan bahwa awak kapal asal India tidak terluka dan kapal tersebut mengalami kerusakan ringan.

Raksasa minyak Inggris, BP, menjadi perusahaan terbaru yang menangguhkan transit melalui Laut Merah pada hari Senin, sementara perusahaan pelayaran Taiwan; Evergreen, mengatakan pihaknya segera menangguhkan pengiriman kargo Israel.

Frontline, salah satu perusahaan tanker terbesar di dunia, juga mengatakan pihaknya mengubah rute kapal dan hanya akan mengizinkan bisnis baru yang dapat dialihkan melalui Cape of Good Hope (Tanjung Harapan) di Afrika Selatan.

Rute itu jauh lebih panjang dan menggunakan lebih banyak bahan bakar.

Serangan di Laut Merah telah memaksa perusahaan asuransi untuk menaikkan premi kapal secara signifikan, sehingga tidak ekonomis bagi sebagian orang untuk transit melalui Terusan Suez.

Serangan tersebut telah menjadi "krisis keamanan maritim". "Dengan implikasi komersial dan ekonomi di kawasan ini dan sekitarnya," kata Torbjorn Soltvedt dari firma analisis Verisk Maplecroft kepada AFP.

Serangan hari Senin itu terjadi ketika kepala Pentagon mengunjungi Israel setelah singgah di Bahrain, markas Armada Kelima Angkatan Laut AS.

“Di Laut Merah, kami memimpin satuan tugas maritim multinasional untuk menegakkan prinsip dasar kebebasan navigasi. Dukungan Iran terhadap serangan Houthi terhadap kapal komersial harus dihentikan,” kata Austin pada konferensi pers.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1480 seconds (0.1#10.140)