Jam Kiamat ke Posisi Menakutkan karena Nuklir Trump dan Kim Jong-un

Jum'at, 26 Januari 2018 - 03:30 WIB
Jam Kiamat ke Posisi Menakutkan karena Nuklir Trump dan Kim Jong-un
Jam Kiamat ke Posisi Menakutkan karena Nuklir Trump dan Kim Jong-un
A A A
NEW YORK - Doomsday Clock (Jam Kiamat) kembali ke posisi yang menakutkan dalam sejarah sejak simbol waktu menuju kehancuran itu dirancang. Retorika perang nuklir antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un dianggap sebagai salah satu pemicunya.

Sekelompok ilmuwan terkemuka di balik Doomsday Clock pada hari Kamis secara simbolis memajukan 30 detik laju simbol waktu kehancuran itu sampai dua menit menuju tengah malam.

”Sampai hari ini, ini adalah dua menit sampai tengah malam,” kata Rachel Bronson, Presiden dan CEO Bulletin of Atomic Scientists, yang menentukan waktu Doomsday Clock, dalam sebuah konferensi pers.

Jam Kiamat adalah simbol yang diciptakan pada awal Perang Dingin pada tahun 1945, dan waktunya ditetapkan oleh Bulletin of Atomic Scientists, sebuah kelompok yang didirikan oleh para periset yang membantu membangun senjata nuklir pertama Manhattan Project.

Buletin tersebut mulai secara terbuka mengatur jam pada tahun 1947 untuk mencerminkan keadaan ancaman mengerikan bagi dunia, terutama untuk menangani keadaan tegang dari hubungan AS-Soviet dan risiko perang nuklir global.

Tapi sejak berakhirnya Perang Dingin pada tahun 1991, jam tersebut telah datang untuk mewakili ancaman besar lainnya seperti perubahan iklim, kecerdasan buatan, dan cyberwarfare.

”Tahun ini, isu nuklir sudah dipusatkan kembali,” kata Bronson. ”Untuk menyebut situasi nuklir dunia yang mengerikan adalah untuk mengecilkan bahayanya, dan kedekatannya,” ujar dia.

Untuk pergeseran waktu 2018, anggota panel Doomsday Clock mempertimbangkan retorika perang nuklir antara Presiden Donald Trump dan rezim Korea Utara yang dipimpin Kim Jong-un. Menurut kelompok ilmuwan tersebut, Trump telah mendorong perlombaan senjata nuklir.

Bronson dan panel tersebut secara khusus mengutip draf bocoran tentang Nuclear Posture Review (NPR/Tinjauan Postur Nuklir) Administrasi Trump 2018. NPR itu menjelaskan strategi AS seputar persenjataan nuklirnya.

”Tinjauan Postur Nuklir Administrasi Trump nampaknya akan meningkatkan jenis dan peran senjata nuklir dalam rencana pertahanan AS serta menurunkan ambang batas untuk penggunaan nuklir,” kata panel tersebut dalam sebuah pernyataan setebal 18 halaman yang dikutip Business Insider, Jumat (26/1/2018).

Panel tersebut juga mencatat keadaan program nuklir dan risiko keamanan yang memprihatinkan di Pakistan, India, Rusia, dan Korut dalam keputusannya untuk bergerak maju. Kurangnya dukungan Trump terkait kesepakatan untuk memantau program nuklir Iran serta ketegangan di Laut China Selatan juga jadi pertimbangan panel.

“Sangat prihatin dengan hilangnya kepercayaan publik terhadap institusi politik, media, sains, dan fakta-fakta itu sendiri, kerugian yang disalahgunakan oleh teknologi informasi telah dipupuk,” lanjut pernyataan panel ilmuwan itu.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5945 seconds (0.1#10.140)