Warga Tibet Peringati 34 Tahun Penganugerahan Nobel Perdamaian untuk Dalai Lama
loading...
A
A
A
DHARAMSHALA - Administrasi Tibet Pusat (CTA) dari pemerintahan Tibet di pengasingan menggelar upacara resmi pada hari Minggu dalam merayakan peringatan 34 tahun penganugerahan Hadiah Nobel Perdamaian untuk Dalai Lama.
Ratusan warga Tibet berkumpul di kuil utama Buddha, Tsughlakhang, di Dharamshala dalam merayakan acara tersebut.
Mengutip dari ANI, Kamis (14/12/2023), Presiden CTA Pempa Tsering dan ketua parlemen Tibet di pengasingan membacakan pernyataan resmi Kashag dan parlemen. Seniman dari Institut Seni Pertunjukan Tibet menampilkan sejumlah kegiatan budaya dalam peringatan ini.
Saat berpidato dalam acara, presiden CTA Pempa Tsering mengatakan bahwa Kashag menyampaikan terima kasih dan penghormatan terdalam kepada Yang Mulia Dalai Lama. Kashag juga menyampaikan sambutan hangat kepada para pejabat dan tamu yang hadir bersama dalam peringatan ini.
"Kami juga ingin menyampaikan salam hangat kami kepada semua komunitas diaspora Tibet dan khususnya warga Tibet di Tibet," ujar Pempa Tsering.
Bulan lalu, Pemerintah China merilis buku putih yang berjudul "Kebijakan Partai Komunis China mengenai Tata Kelola Xizang di Era Baru: Pendekatan dan Pencapaian."
Buku putih tersebut mengeklaim bahwa "kemajuan sosial dan ekonomi Xizang melambangkan kemajuan pencapaian luar biasa bangsa dalam pembangunan, yang diciptakan di atap dunia melalui jalur modernisasi China."
Pempa Tsering meminta China untuk mengakhiri "pelanggaran terang-terangan" terhadap Undang-Undang Otonomi Nasional Daerah yang dijamin dalam konstitusi China, dan juga berhenti menerapkan kebijakan yang bertujuan memusnahkan identitas Tibet.
"Jika Pemerintah China tidak mengakhiri kebijakan-kebijakan ini, maka berpotensi menimbulkan luka yang tidak dapat diperbaiki di hati dan pikiran masyarakat Tibet yang akan berdampak pada hubungan harmonis antara masyarakat Tibet dan China sebagai tetangga sejak zaman dahulu," kata Pempa Tsering.
Sebagai pihak yang menandatangani Konvensi Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida yang diadopsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 75 tahun lalu pada tanggal 9 Oktober 1948, Partai Komunis China harus bertanggung jawab karena melanggar ketentuan hukum internasional ini.
Pempa Tsering mengekspresikan harapan bahwa perdamaian akan berlaku di seluruh dunia, dan semua orang menikmati kebebasan serta hak asasi manusia.
"Kami berdoa untuk umur panjang Yang Mulia Dalai Lama sehingga beliau dapat menghabiskan sisa hidupnya untuk memajukan perdamaian dunia dan nilai-nilai moral. Semoga kebenaran dan perjuangan tanpa kekerasan di Tibet menang," ujar Pempa Tsering.
Dalam wawancara dengan ANI, Tenzin Jigdel, Anggota Parlemen Terasing Tibet, mengatakan bahwa mereka berkumpul untuk memperingati penganugerahan Hadiah Nobel Perdamaian untuk Dalai Lama ke-14. Dia mengatakan pesan Dalai Lama tentang perdamaian dan non-kekerasan adalah "penting dan perlu" di tengah berbagai krisis yang terjadi di seluruh dunia.
Tenzin Jigdel mengatakan bahwa acara peringatan ini merupakan kesempatan istimewa bagi semua warga Tibet di seluruh dunia. Di tengah banyaknya konflik di dunia saat ini, lanjut dia, pesan perdamaian dan tanpa kekerasan Dalai Lama disebut Tenzin Jigdel menjadi lebih penting lagi.
"Oleh karena itu, kita semua ada di sini untuk merayakan peristiwa penting ini, dan juga untuk memperkuat pesan perdamaian dan non-kekerasan dari Yang Mulia Dalai Lama ke-14," ucapnya, seraya meminta masyarakat internasional untuk meminta pertanggungjawaban China, khususnya atas tingkat penindasan yang terjadi di Tibet.
Berbicara tentang Hari Hak Asasi Manusia (HAM), Tenzin Jigdel berkata bahwa ini adalah sesuatu yang dirayakan di seluruh dunia. Menurutnya, Hari HAM merupakan suatu medium yang bisa dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi kepada seluruh dunia bahwa China terus berusaha menghapus keberadaan dan identitas Tibet.
"Kami menyerukan kepada semua pemerintahan untuk bersatu dan meminta pertanggungjawaban China, terutama tingkat penindasan yang kita lihat di Tibet dan penindasan yang meluas ke luar perbatasannya. Kita sekarang menjadi transnasional, dan oleh karena itu kita menyerukan kepada semua orang untuk bersatu dan meminta pertanggungjawaban China," tutur Tenzin Jigdel.
Sementara itu Dolma Tsering, Wakil Ketua Parlemen Terasing Tibet, mengatakan bahwa acara peringatan 34 tahun penganugerahan Hadiah Nobel Perdamaian ini merupakan pengingat atas momen di mana inisiatif perdamaian Dalai Lama beserta rakyat Tibet diakui dunia.
"Dan ini juga merupakan saat di mana kita, sebagai murid Yang Mulia, perlu merenungkan apakah kita sedang menempuh jalur non-kekerasan dan cara berbelas kasih beliau, baik dalam pikiran kita, dalam perbuatan kita, dan dalam tindakan kita," papar Dolma Tsering kepada ANI.
Ketika ditanya tentang pesannya kepada China, Dolma Tsering berkata bahwa "China harus tahu bahwa betapapun menyiksanya kebijakan yang mereka terapkan di Tibet, masyarakat Tibet bersikeras bahwa mereka akan menunjukkan jalan belas kasih dan dialog kepada dunia."
Ratusan warga Tibet berkumpul di kuil utama Buddha, Tsughlakhang, di Dharamshala dalam merayakan acara tersebut.
Mengutip dari ANI, Kamis (14/12/2023), Presiden CTA Pempa Tsering dan ketua parlemen Tibet di pengasingan membacakan pernyataan resmi Kashag dan parlemen. Seniman dari Institut Seni Pertunjukan Tibet menampilkan sejumlah kegiatan budaya dalam peringatan ini.
Saat berpidato dalam acara, presiden CTA Pempa Tsering mengatakan bahwa Kashag menyampaikan terima kasih dan penghormatan terdalam kepada Yang Mulia Dalai Lama. Kashag juga menyampaikan sambutan hangat kepada para pejabat dan tamu yang hadir bersama dalam peringatan ini.
"Kami juga ingin menyampaikan salam hangat kami kepada semua komunitas diaspora Tibet dan khususnya warga Tibet di Tibet," ujar Pempa Tsering.
Bulan lalu, Pemerintah China merilis buku putih yang berjudul "Kebijakan Partai Komunis China mengenai Tata Kelola Xizang di Era Baru: Pendekatan dan Pencapaian."
Buku putih tersebut mengeklaim bahwa "kemajuan sosial dan ekonomi Xizang melambangkan kemajuan pencapaian luar biasa bangsa dalam pembangunan, yang diciptakan di atap dunia melalui jalur modernisasi China."
Pempa Tsering meminta China untuk mengakhiri "pelanggaran terang-terangan" terhadap Undang-Undang Otonomi Nasional Daerah yang dijamin dalam konstitusi China, dan juga berhenti menerapkan kebijakan yang bertujuan memusnahkan identitas Tibet.
Kebebasan dan HAM
"Jika Pemerintah China tidak mengakhiri kebijakan-kebijakan ini, maka berpotensi menimbulkan luka yang tidak dapat diperbaiki di hati dan pikiran masyarakat Tibet yang akan berdampak pada hubungan harmonis antara masyarakat Tibet dan China sebagai tetangga sejak zaman dahulu," kata Pempa Tsering.
Sebagai pihak yang menandatangani Konvensi Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida yang diadopsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 75 tahun lalu pada tanggal 9 Oktober 1948, Partai Komunis China harus bertanggung jawab karena melanggar ketentuan hukum internasional ini.
Pempa Tsering mengekspresikan harapan bahwa perdamaian akan berlaku di seluruh dunia, dan semua orang menikmati kebebasan serta hak asasi manusia.
"Kami berdoa untuk umur panjang Yang Mulia Dalai Lama sehingga beliau dapat menghabiskan sisa hidupnya untuk memajukan perdamaian dunia dan nilai-nilai moral. Semoga kebenaran dan perjuangan tanpa kekerasan di Tibet menang," ujar Pempa Tsering.
Dalam wawancara dengan ANI, Tenzin Jigdel, Anggota Parlemen Terasing Tibet, mengatakan bahwa mereka berkumpul untuk memperingati penganugerahan Hadiah Nobel Perdamaian untuk Dalai Lama ke-14. Dia mengatakan pesan Dalai Lama tentang perdamaian dan non-kekerasan adalah "penting dan perlu" di tengah berbagai krisis yang terjadi di seluruh dunia.
Tenzin Jigdel mengatakan bahwa acara peringatan ini merupakan kesempatan istimewa bagi semua warga Tibet di seluruh dunia. Di tengah banyaknya konflik di dunia saat ini, lanjut dia, pesan perdamaian dan tanpa kekerasan Dalai Lama disebut Tenzin Jigdel menjadi lebih penting lagi.
"Oleh karena itu, kita semua ada di sini untuk merayakan peristiwa penting ini, dan juga untuk memperkuat pesan perdamaian dan non-kekerasan dari Yang Mulia Dalai Lama ke-14," ucapnya, seraya meminta masyarakat internasional untuk meminta pertanggungjawaban China, khususnya atas tingkat penindasan yang terjadi di Tibet.
Inisiatif Perdamaian Dalai Lama
Berbicara tentang Hari Hak Asasi Manusia (HAM), Tenzin Jigdel berkata bahwa ini adalah sesuatu yang dirayakan di seluruh dunia. Menurutnya, Hari HAM merupakan suatu medium yang bisa dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi kepada seluruh dunia bahwa China terus berusaha menghapus keberadaan dan identitas Tibet.
"Kami menyerukan kepada semua pemerintahan untuk bersatu dan meminta pertanggungjawaban China, terutama tingkat penindasan yang kita lihat di Tibet dan penindasan yang meluas ke luar perbatasannya. Kita sekarang menjadi transnasional, dan oleh karena itu kita menyerukan kepada semua orang untuk bersatu dan meminta pertanggungjawaban China," tutur Tenzin Jigdel.
Sementara itu Dolma Tsering, Wakil Ketua Parlemen Terasing Tibet, mengatakan bahwa acara peringatan 34 tahun penganugerahan Hadiah Nobel Perdamaian ini merupakan pengingat atas momen di mana inisiatif perdamaian Dalai Lama beserta rakyat Tibet diakui dunia.
"Dan ini juga merupakan saat di mana kita, sebagai murid Yang Mulia, perlu merenungkan apakah kita sedang menempuh jalur non-kekerasan dan cara berbelas kasih beliau, baik dalam pikiran kita, dalam perbuatan kita, dan dalam tindakan kita," papar Dolma Tsering kepada ANI.
Ketika ditanya tentang pesannya kepada China, Dolma Tsering berkata bahwa "China harus tahu bahwa betapapun menyiksanya kebijakan yang mereka terapkan di Tibet, masyarakat Tibet bersikeras bahwa mereka akan menunjukkan jalan belas kasih dan dialog kepada dunia."
(mas)