Wali Kota Kanada Dukung Tindakan Israel Tak Peduli Banyaknya Anak Palestina yang Dibunuh
loading...
A
A
A
MONTREAL - Jermey Levi, Wali Kota Hampstead di pinggiran Montreal, Kanada, mengatakan bahwa berapa pun jumlah anak-anak Palestina dibunuh, dia akan terus mendukung Israel dalam serangannya di Gaza.
Lebih dari 18.200 warga Palestina sejauh ini telah tewas dalam pengeboman militer Israel selama sembilan minggu di Gaza, kata para pejabat kesehatan di daerah kantong Palestina yang terkepung itu pada hari Senin.
Pengeboman Israel yang nyaris tanpa henti ini sebagai respons atas serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan 240 lainnya disandera.
Namun ketika kecaman internasional terhadap pengepungan Israel di Gaza semakin meningkat, Levi—yang terpilih tahun lalu untuk memerintah komunitas Hampstead yang mayoritas beragama Yahudi—mengatakan bahwa serangan militer Israel harus terus berlanjut sampai “kebaikan” menang atas “kejahatan".
“Saya tidak menyerukan gencatan senjata,” kata Levi dalam sebuah video yang di-posting ke media sosial oleh Yves Engler, seorang kritikus vokal terhadap Israel.
“Saya ingin para sandera pulang, tapi saya tidak menyerukan gencatan senjata," katanya lagi, yang dilansir RT, Rabu (13/12/2023).
Wali kota itu berkomentar tentang meningkatnya angka kematian di Gaza, khususnya kematian anak-anak. “Saya tidak akan pernah mendukung [pembunuhan anak-anak], ini sangat buruk. Namun Israel harus melakukan apa pun yang harus mereka lakukan untuk melindungi keamanan rakyatnya sendiri," ujarnya.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa sekitar 70% dari mereka yang terbunuh di daerah kantong tersebut sejak serangan Israel dimulai adalah perempuan dan anak-anak di bawah usia 18 tahun.
Pejabat kemanusiaan PBB mengatakan pada akhir bulan lalu bahwa sekitar 160 anak terbunuh setiap hari di Gaza, atau satu anak setiap sepuluh menit.
Juru bicara UNICEF James Elder menambahkan kepada wartawan di Jenewa pada bulan November bahwa kondisinya semakin memburuk, dan memperkirakan krisis kemanusiaan akan semakin parah jika anak-anak muda terus dibatasi aksesnya terhadap air dan sanitasi di Gaza.
Lebih dari 18.200 warga Palestina sejauh ini telah tewas dalam pengeboman militer Israel selama sembilan minggu di Gaza, kata para pejabat kesehatan di daerah kantong Palestina yang terkepung itu pada hari Senin.
Pengeboman Israel yang nyaris tanpa henti ini sebagai respons atas serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan 240 lainnya disandera.
Namun ketika kecaman internasional terhadap pengepungan Israel di Gaza semakin meningkat, Levi—yang terpilih tahun lalu untuk memerintah komunitas Hampstead yang mayoritas beragama Yahudi—mengatakan bahwa serangan militer Israel harus terus berlanjut sampai “kebaikan” menang atas “kejahatan".
“Saya tidak menyerukan gencatan senjata,” kata Levi dalam sebuah video yang di-posting ke media sosial oleh Yves Engler, seorang kritikus vokal terhadap Israel.
“Saya ingin para sandera pulang, tapi saya tidak menyerukan gencatan senjata," katanya lagi, yang dilansir RT, Rabu (13/12/2023).
Wali kota itu berkomentar tentang meningkatnya angka kematian di Gaza, khususnya kematian anak-anak. “Saya tidak akan pernah mendukung [pembunuhan anak-anak], ini sangat buruk. Namun Israel harus melakukan apa pun yang harus mereka lakukan untuk melindungi keamanan rakyatnya sendiri," ujarnya.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa sekitar 70% dari mereka yang terbunuh di daerah kantong tersebut sejak serangan Israel dimulai adalah perempuan dan anak-anak di bawah usia 18 tahun.
Pejabat kemanusiaan PBB mengatakan pada akhir bulan lalu bahwa sekitar 160 anak terbunuh setiap hari di Gaza, atau satu anak setiap sepuluh menit.
Juru bicara UNICEF James Elder menambahkan kepada wartawan di Jenewa pada bulan November bahwa kondisinya semakin memburuk, dan memperkirakan krisis kemanusiaan akan semakin parah jika anak-anak muda terus dibatasi aksesnya terhadap air dan sanitasi di Gaza.