Tidak Ada Zona Aman di Gaza, Semua Rakyat Palestina Jadi Target Pengeboman Israel
loading...
A
A
A
GAZA - Juru bicara Unicef James Elder, yang berada di Gaza hingga awal pekan ini, mengatakan tidak ada zona aman di wilayah tersebut. Dia menegaskan semua rakyat Palestina bisa menjadi target pengeboman Israel.
Militer Israel mengatakan mereka menjatuhkan selebaran dengan kode QR yang "membuka peta yang memandu warga Gaza ke daerah yang lebih aman". Namun Elder mencatat bahwa gangguan pada jaringan listrik berarti banyak orang tidak memiliki telepon yang berfungsi untuk memindai kode tersebut.
Ia juga mengatakan bahwa apa yang disebut sebagai “zona aman” adalah sebuah “narasi palsu yang berbahaya”. “Ini adalah sebidang kecil tanah tandus. Tidak ada air, tidak ada fasilitas, tidak ada tempat berlindung dari hawa dingin, tidak ada sanitasi," ungkap Elder, dilansir BBC.
“Jika Anda ingin mengevakuasi orang secara paksa, Anda tidak bisa mengirim ratusan ribu orang ke tempat yang tidak ada air dan tidak ada toilet. Maksud saya, tidak ada toilet. Di setiap sudut yang saya datangi, ada 5.000 orang lagi yang akan muncul dalam semalam. Mereka tidak mempunyai satu toilet pun, mereka tidak mempunyai setetes air pun.”
Elder berkata bahwa seorang dokter setempat memberitahunya bahwa “zona aman akan menjadi zona penyakit”. “Satu-satunya keselamatan di Gaza saat ini adalah agar neraka berhenti turun dari langit,” kata Elder.
Elder menggarisbawahi bahwa janji ketika perintah evakuasi pertama ke selatan Gaza dikeluarkan adalah tidak melihat “tingkat kematian dan kehancuran perempuan dan anak-anak serta rumah di Selatan seperti yang kita lihat di utara.”
“Sama sekali tidak demikian,” tegasnya.
Israel melanjutkan serangan militernya di Jalur Gaza pada hari Jumat setelah berakhirnya jeda kemanusiaan selama seminggu dengan kelompok Palestina Hamas.
Setidaknya 15.899 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 42.000 lainnya terluka dalam serangan udara dan darat tanpa henti di wilayah kantong tersebut sejak 7 Oktober menyusul serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas. Korban tewas Israel dalam serangan Hamas mencapai 1.200 orang.
Militer Israel mengatakan mereka menjatuhkan selebaran dengan kode QR yang "membuka peta yang memandu warga Gaza ke daerah yang lebih aman". Namun Elder mencatat bahwa gangguan pada jaringan listrik berarti banyak orang tidak memiliki telepon yang berfungsi untuk memindai kode tersebut.
Ia juga mengatakan bahwa apa yang disebut sebagai “zona aman” adalah sebuah “narasi palsu yang berbahaya”. “Ini adalah sebidang kecil tanah tandus. Tidak ada air, tidak ada fasilitas, tidak ada tempat berlindung dari hawa dingin, tidak ada sanitasi," ungkap Elder, dilansir BBC.
“Jika Anda ingin mengevakuasi orang secara paksa, Anda tidak bisa mengirim ratusan ribu orang ke tempat yang tidak ada air dan tidak ada toilet. Maksud saya, tidak ada toilet. Di setiap sudut yang saya datangi, ada 5.000 orang lagi yang akan muncul dalam semalam. Mereka tidak mempunyai satu toilet pun, mereka tidak mempunyai setetes air pun.”
Elder berkata bahwa seorang dokter setempat memberitahunya bahwa “zona aman akan menjadi zona penyakit”. “Satu-satunya keselamatan di Gaza saat ini adalah agar neraka berhenti turun dari langit,” kata Elder.
Elder menggarisbawahi bahwa janji ketika perintah evakuasi pertama ke selatan Gaza dikeluarkan adalah tidak melihat “tingkat kematian dan kehancuran perempuan dan anak-anak serta rumah di Selatan seperti yang kita lihat di utara.”
“Sama sekali tidak demikian,” tegasnya.
Israel melanjutkan serangan militernya di Jalur Gaza pada hari Jumat setelah berakhirnya jeda kemanusiaan selama seminggu dengan kelompok Palestina Hamas.
Setidaknya 15.899 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 42.000 lainnya terluka dalam serangan udara dan darat tanpa henti di wilayah kantong tersebut sejak 7 Oktober menyusul serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas. Korban tewas Israel dalam serangan Hamas mencapai 1.200 orang.
(ahm)