5 Pendekatan Pangeran Mohammed Bin Salman dalam Perang Israel-Hamas di Gaza
loading...
A
A
A
Sementara itu, dalam perundingan masa perang saat ini, Arab Saudi tidak diikutsertakan, karena tidak memiliki saluran dengan Hamas, sebuah cabang dari Ikhwanul Muslimin dan proksi Iran. Jacobs merujuk pada buruknya hubungan Saudi dengan Palestina dan mengatakan bahwa meskipun mereka telah menyatakan kesediaannya untuk meningkatkan hubungan dengan Otoritas Palestina (PA) dan Hamas, “hal ini belum terjadi secara eksplisit”.
Yang beredar di kalangan diplomatik Amerika adalah usulan agar negara-negara Arab, terutama Arab Saudi, untuk memainkan peran dalam pemerintahan Gaza pascaperang. Proposal yang “paling ambisius” meminta Arab Saudi untuk menyediakan personel militer dan administratif untuk memerintah Gaza pascaperang, sementara proposal yang “lebih sederhana” menugaskan Saudi untuk mendanai rekonstruksi Gaza.
Namun Jacobs juga mengatakan bahwa peran Saudi yang lebih besar dalam pemerintahan Gaza pascaperang akan menjadi hal yang “sangat rumit”.
Namun, pemerintah AS masih membuka salurannya dengan Arab Saudi sebagai perantara masa depan yang menjanjikan dalam negosiasi Israel-Palestina, kata Sabaileh. Pekan lalu, Blinken menelepon Menlu Saudi untuk membahas gencatan senjata di Gaza, dan memposting di X setelah panggilan tersebut bahwa: “Perdamaian berkelanjutan antara Israel dan Palestina adalah prioritas bersama bagi AS dan Arab Saudi”.
Sabaileh mengatakan bahwa hubungan Qatar dengan Hamas, dan meningkatnya kebutuhan negara tersebut untuk mempertahankan diri dari tuduhan “sponsor terorisme”, akan membuat Qatar kurang cocok untuk menjadi aktor berpengaruh dalam perundingan perdamaian jangka panjang. Meskipun Yordania telah memperkeras pendiriannya terhadap Israel selama perang, Yordania masih “sepenuhnya tidak terlibat” katanya.
Di masa depan, “perdamaian dengan Saudi adalah satu-satunya perdamaian yang diinginkan Israel setelah perang ini”, kata Sabaileh. “Saudi akan menjadi pintu gerbang perdamaian.”
Yang beredar di kalangan diplomatik Amerika adalah usulan agar negara-negara Arab, terutama Arab Saudi, untuk memainkan peran dalam pemerintahan Gaza pascaperang. Proposal yang “paling ambisius” meminta Arab Saudi untuk menyediakan personel militer dan administratif untuk memerintah Gaza pascaperang, sementara proposal yang “lebih sederhana” menugaskan Saudi untuk mendanai rekonstruksi Gaza.
Namun Jacobs juga mengatakan bahwa peran Saudi yang lebih besar dalam pemerintahan Gaza pascaperang akan menjadi hal yang “sangat rumit”.
Namun, pemerintah AS masih membuka salurannya dengan Arab Saudi sebagai perantara masa depan yang menjanjikan dalam negosiasi Israel-Palestina, kata Sabaileh. Pekan lalu, Blinken menelepon Menlu Saudi untuk membahas gencatan senjata di Gaza, dan memposting di X setelah panggilan tersebut bahwa: “Perdamaian berkelanjutan antara Israel dan Palestina adalah prioritas bersama bagi AS dan Arab Saudi”.
Sabaileh mengatakan bahwa hubungan Qatar dengan Hamas, dan meningkatnya kebutuhan negara tersebut untuk mempertahankan diri dari tuduhan “sponsor terorisme”, akan membuat Qatar kurang cocok untuk menjadi aktor berpengaruh dalam perundingan perdamaian jangka panjang. Meskipun Yordania telah memperkeras pendiriannya terhadap Israel selama perang, Yordania masih “sepenuhnya tidak terlibat” katanya.
Di masa depan, “perdamaian dengan Saudi adalah satu-satunya perdamaian yang diinginkan Israel setelah perang ini”, kata Sabaileh. “Saudi akan menjadi pintu gerbang perdamaian.”
(ahm)