Biadabnya Israel, Tahanan Palestina Dipukuli Tiap Hari, Tulang Patah Biasa, Mati Banyak
loading...
A
A
A
TEPI BARAT - Ramzi Abbasi, aktivis media sosial Palestina terkemuka dari Yerusalem, dibebaskan pada Rabu (29/11/2023) dari penjara Naqab.
Namanya masuk dalam pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas seiring gencatan senjata di Jalur Gaza.
Dia menggambarkan kondisi mengerikan di dalam penjara. Kekejaman yang dia lihat dan rasakan langsung merupakan salah satu bentuk kejahatan kemanusiaan yang dilakukan rezim kolonial Israel.
“Kami belum melihat sinar matahari selama 60 hari. Kami sudah mengalami pemukulan selama 60 hari, pagi, siang, dan malam,” ujar dia kepada wartawan.
“Penjara Naqab telah diubah menjadi kuburan. Banyak tahanan yang mengalami patah tulang, beberapa tangan dan kepala patah,” papar dia.
Dia menyebut para penjaga Israel mengencingi kitab suci Al-Quran, melakukan pelecehan seksual terhadap para tahanan, dan memaksa mereka tidur tanpa baju tanpa penutup dalam cuaca dingin.
“Secara mental dan fisik kami berada dalam kondisi yang buruk. Pagi ini, saya mengetahui bahwa saya telah dibebaskan dan saya tidak percaya, saya masih tidak percaya,” ungkap Abbasi.
Dia menambahkan, para pengacara dan Palang Merah harus mendorong akses ke penjara untuk memeriksa sendiri kondisinya.
Gerakan tahanan Palestina, yang mencakup tahanan yang saat ini ditahan, mengeluarkan pernyataan pada Rabu yang mendesak intervensi internasional untuk menghentikan berbagai pelanggaran kemanusiaan tersebut.
“Kami menyerukan kepada mediator Qatar dan Mesir, Palang Merah, PBB, dan dunia bebas untuk menekan pendudukan agar menghentikan serangan balasan dan kejahatan sistematis terhadap kami di dalam penjara,” bunyi pernyataan itu.
Laporan tersebut mengklaim para penjaga mengatakan kepada para tahanan bahwa mereka telah “diperintahkan untuk membunuh” siapa pun yang memprotes tindakan hukuman terhadap mereka.
Omar al-Atshan, salah satu remaja Palestina yang baru saja dibebaskan, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia melihat seorang tahanan, bernama Thaer Abu Assab, dipukuli sampai mati setelah dia bertanya kepada penjaga apakah gencatan senjata di Gaza telah disetujui.
“Kami tidak meminta Anda untuk membebaskan kami. Kami tahu (kelompok) perlawanan Palestina akan melakukannya,” ujar para tahanan dalam pernyataan itu.
“Kami hanya meminta Anda untuk membela moral, kemanusiaan, dan tanggung jawab internasional Anda dengan menahan tangan penjajah agar tidak melakukan kejahatan terhadap kami,” tegas mereka.
Namanya masuk dalam pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas seiring gencatan senjata di Jalur Gaza.
Dia menggambarkan kondisi mengerikan di dalam penjara. Kekejaman yang dia lihat dan rasakan langsung merupakan salah satu bentuk kejahatan kemanusiaan yang dilakukan rezim kolonial Israel.
“Kami belum melihat sinar matahari selama 60 hari. Kami sudah mengalami pemukulan selama 60 hari, pagi, siang, dan malam,” ujar dia kepada wartawan.
“Penjara Naqab telah diubah menjadi kuburan. Banyak tahanan yang mengalami patah tulang, beberapa tangan dan kepala patah,” papar dia.
Dia menyebut para penjaga Israel mengencingi kitab suci Al-Quran, melakukan pelecehan seksual terhadap para tahanan, dan memaksa mereka tidur tanpa baju tanpa penutup dalam cuaca dingin.
“Secara mental dan fisik kami berada dalam kondisi yang buruk. Pagi ini, saya mengetahui bahwa saya telah dibebaskan dan saya tidak percaya, saya masih tidak percaya,” ungkap Abbasi.
Dia menambahkan, para pengacara dan Palang Merah harus mendorong akses ke penjara untuk memeriksa sendiri kondisinya.
Gerakan tahanan Palestina, yang mencakup tahanan yang saat ini ditahan, mengeluarkan pernyataan pada Rabu yang mendesak intervensi internasional untuk menghentikan berbagai pelanggaran kemanusiaan tersebut.
“Kami menyerukan kepada mediator Qatar dan Mesir, Palang Merah, PBB, dan dunia bebas untuk menekan pendudukan agar menghentikan serangan balasan dan kejahatan sistematis terhadap kami di dalam penjara,” bunyi pernyataan itu.
Laporan tersebut mengklaim para penjaga mengatakan kepada para tahanan bahwa mereka telah “diperintahkan untuk membunuh” siapa pun yang memprotes tindakan hukuman terhadap mereka.
Omar al-Atshan, salah satu remaja Palestina yang baru saja dibebaskan, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia melihat seorang tahanan, bernama Thaer Abu Assab, dipukuli sampai mati setelah dia bertanya kepada penjaga apakah gencatan senjata di Gaza telah disetujui.
“Kami tidak meminta Anda untuk membebaskan kami. Kami tahu (kelompok) perlawanan Palestina akan melakukannya,” ujar para tahanan dalam pernyataan itu.
“Kami hanya meminta Anda untuk membela moral, kemanusiaan, dan tanggung jawab internasional Anda dengan menahan tangan penjajah agar tidak melakukan kejahatan terhadap kami,” tegas mereka.
(sya)