Tamat Sudah Peran AS Jadi Juru Damai Israel-Palestina
A
A
A
RAMALLAH - Negosiator utama Palestina Saeb Erekat menyatakan, Amerika Serikat (AS) tidak dapat berperan lagi sebagai penengah perdamaian Israel dan Palestina. Alasannya, Washington sudah berpihak dengan keputusan Presiden Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
”Presiden Trump baru saja menghancurkan kemungkinan (solusi) dua negara,” kata Erekat, yang juga merupakan menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina.
”Presiden Trump malam ini (semalam) membuat kesalahan terbesar dalam hidupnya,” lanjut Erekat kepada Christiane Amanpour dari CNN, yang dilansir Kamis (7/12/2017).
”Alih-alih mendorong para pihak untuk duduk bersama, para pihak untuk meletakkan semua isu inti termasuk Yerusalem di atas meja dan bernegosiasi dengan itikad baik, dia (justru) mendikte,” kecam Erekat.
Sementara itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, marah dengan keputusan Trump. Menurutnya, keputusan itu akan mendukung kelompok ekstremis untuk perang suci atau perang agama.
Prosedur ini juga membantu organisasi ekstremis untuk melakukan perang agama yang akan membahayakan seluruh wilayah, yang melewati saat-saat kritis dan akan membawa kita ke dalam peperangan yang tidak akan pernah berakhir, yang telah kita peringatkan,” kata Abbas dalam pidato di stasiun televisi setelah pengumuman Trump.
Faksi Hamas Palestina menyerukan tiga ”hari amarah” sebagai protes atas keputusan Trump. Sedangkan Departemen Luar Negeri AS telah mengeluarkan sebuah travel warning bagi warganya yang akan pergi ke Tepi Barat dan Kota Tua Yerusalem. Dewan Keamanan PBB juga akan membahas masalah ini pada hari Jumat.
”Presiden Trump baru saja menghancurkan kemungkinan (solusi) dua negara,” kata Erekat, yang juga merupakan menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina.
”Presiden Trump malam ini (semalam) membuat kesalahan terbesar dalam hidupnya,” lanjut Erekat kepada Christiane Amanpour dari CNN, yang dilansir Kamis (7/12/2017).
”Alih-alih mendorong para pihak untuk duduk bersama, para pihak untuk meletakkan semua isu inti termasuk Yerusalem di atas meja dan bernegosiasi dengan itikad baik, dia (justru) mendikte,” kecam Erekat.
Sementara itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, marah dengan keputusan Trump. Menurutnya, keputusan itu akan mendukung kelompok ekstremis untuk perang suci atau perang agama.
Prosedur ini juga membantu organisasi ekstremis untuk melakukan perang agama yang akan membahayakan seluruh wilayah, yang melewati saat-saat kritis dan akan membawa kita ke dalam peperangan yang tidak akan pernah berakhir, yang telah kita peringatkan,” kata Abbas dalam pidato di stasiun televisi setelah pengumuman Trump.
Faksi Hamas Palestina menyerukan tiga ”hari amarah” sebagai protes atas keputusan Trump. Sedangkan Departemen Luar Negeri AS telah mengeluarkan sebuah travel warning bagi warganya yang akan pergi ke Tepi Barat dan Kota Tua Yerusalem. Dewan Keamanan PBB juga akan membahas masalah ini pada hari Jumat.
(mas)