Uniknya Qatar Jadi Negosiator Sandera: Lengket dengan Hamas, Juga Jadi Markas Militer AS
loading...
A
A
A
DOHA - Sekali lagi, Qatar; sebuah kerajaan kecil di kawasan Teluk di Timur Tengah, memainkan peran yang sangat besar dalam tantangan geopolitik terbesar di kawasan ini. Ia jadi negosiator dalam membebaskan banyak sandera Israel yang ditawan Hamas.
Selama bertahun-tahun, negara ini telah menjadi tuan rumah kantor politik untuk berbagai kelompok yang dianggap Barat sebagai organisasi teroris, termasuk Hamas, Taliban Afghanistan, dan Ikhwanul Muslimin Mesir.
Menurut laporan Sky News, Sabtu (25/11/2023), Qatar juga merupakan rumah bagi mantan kepala biro politik Hamas di pengasingan, Khaled Meshaal.
Qatar melakukan pembicaraan dengan kelompok-kelompok yang tidak ingin diajak bicara oleh pemerintah lain. Uniknya, ia juga merupakan rumah bagi pangkalan militer terbesar Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah.
Kebijakan luar negerinya yang ambisius menguntungkan semua pihak dan memberi negara kecil ini posisi untuk membahas masalah-masalah yang paling sulit diselesaikan di dunia.
Seperti negara-negara mayoritas Muslim lainnya, simpati Qatar akan terletak pada rakyat Palestina di Gaza, namun kini Qatar berada di bawah tekanan internasional untuk menggunakan pengaruhnya pada Hamas untuk membebaskan lebih banyak sandera Israel.
Hal ini telah berhasil dengan pembebasan sejumlah sandera sejauh ini dalam konflik Gaza—dan negara ini memiliki peran yang sama sebelumnya.
Pada 2017, saat puncak perang saudara di Suriah, Qatar merundingkan kesepakatan rumit untuk membebaskan sandera di Irak, beberapa di antaranya adalah anggota keluarga al Thani yang berkuasa di Qatar—dilaporkan dengan imbalan puluhan juta dolar yang dibayarkan kepada milisi Irak.
Dua tahun kemudian Qatar memfasilitasi pembebasan dua sandera Barat yang disandera oleh Taliban di Afghanistan.
Tahun ini Qatar telah memediasi kesepakatan pertukaran tahanan antara Iran dan AS.
Selama bertahun-tahun, negara ini telah menjadi tuan rumah kantor politik untuk berbagai kelompok yang dianggap Barat sebagai organisasi teroris, termasuk Hamas, Taliban Afghanistan, dan Ikhwanul Muslimin Mesir.
Menurut laporan Sky News, Sabtu (25/11/2023), Qatar juga merupakan rumah bagi mantan kepala biro politik Hamas di pengasingan, Khaled Meshaal.
Qatar melakukan pembicaraan dengan kelompok-kelompok yang tidak ingin diajak bicara oleh pemerintah lain. Uniknya, ia juga merupakan rumah bagi pangkalan militer terbesar Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah.
Kebijakan luar negerinya yang ambisius menguntungkan semua pihak dan memberi negara kecil ini posisi untuk membahas masalah-masalah yang paling sulit diselesaikan di dunia.
Seperti negara-negara mayoritas Muslim lainnya, simpati Qatar akan terletak pada rakyat Palestina di Gaza, namun kini Qatar berada di bawah tekanan internasional untuk menggunakan pengaruhnya pada Hamas untuk membebaskan lebih banyak sandera Israel.
Hal ini telah berhasil dengan pembebasan sejumlah sandera sejauh ini dalam konflik Gaza—dan negara ini memiliki peran yang sama sebelumnya.
Pada 2017, saat puncak perang saudara di Suriah, Qatar merundingkan kesepakatan rumit untuk membebaskan sandera di Irak, beberapa di antaranya adalah anggota keluarga al Thani yang berkuasa di Qatar—dilaporkan dengan imbalan puluhan juta dolar yang dibayarkan kepada milisi Irak.
Dua tahun kemudian Qatar memfasilitasi pembebasan dua sandera Barat yang disandera oleh Taliban di Afghanistan.
Tahun ini Qatar telah memediasi kesepakatan pertukaran tahanan antara Iran dan AS.
(mas)