Iran Minta BRICS Sebut Israel Negara Teroris karena Kejahatan Perang di Gaza
loading...
A
A
A
GAZA - Presiden Iran Ebrahim Raisi meminta negara-negara BRICS untuk menunjuk pemerintah Israel dan militernya sebagai organisasi teroris atas dugaan kejahatan perang mereka terhadap rakyat Palestina di Gaza.
Dia mengajukan permintaan tersebut pada Pertemuan Gabungan Luar Biasa tentang Situasi Timur Tengah yang diadakan secara online pada hari Selasa.
Iran, yang secara resmi menjadi anggota BRICS pada bulan Januari, telah meminta diadakannya pertemuan darurat untuk membahas perang Israel melawan Hamas di Gaza.
Raisi mendesak anggota BRICS untuk menggunakan pengaruhnya guna mematahkan pengepungan Israel atas Gaza dan memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan yang aman.
“Rezim palsu ini harus diakui sebagai rezim teroris dan tentaranya dianggap sebagai organisasi teroris,” kata Raisi, sambil memohon kepada anggota blok tersebut untuk mengakui hak negara Palestina untuk membela diri sambil memutuskan hubungan dengan Tel Aviv.
“Sehubungan dengan kejahatan yang terus-menerus [dilakukan] dan sifat rasis oleh rezim palsu Israel, negara-negara bebas [di dunia] mengharapkan semua pemerintah terutama negara-negara anggota BRICS untuk segera mengangkat isu pemutusan hubungan politik, ekonomi, dan militer dengan Israel sebagai agenda utama,” lanjut Raisi, seperti dikutip RT, Rabu (22/11/2023).
Presiden Iran juga menyarankan negara-negara BRICS membuka penyelidikan atas dugaan penggunaan bos fosfor putih ilegal dan senjata terlarang lainnya oleh Israel terhadap warga sipil Palestina di Gaza.
Iran, kata Raisi, akan mendukung upaya bersama Afrika Selatan–yang diajukan bersama empat negara lainnya pada hari Jumat di Mahkamah Kriminal Internasional (ICC)–untuk menyelidiki apakah kejahatan perang telah dilakukan di Gaza.
Namun, dia berpendapat bahwa pengajuan tersebut juga harus membuat Amerika Serikat (AS) bertanggung jawab atas pembunuhan anak-anak yang dilakukan militer Israel di Gaza.
Israel telah membunuh lebih dari 14.000 warga Palestina di Gaza sejak menyatakan perang terhadap Hamas bulan lalu, termasuk sedikitnya 5.600 anak-anak, menurut pejabat kesehatan Palestina di Gaza.
Dia mengajukan permintaan tersebut pada Pertemuan Gabungan Luar Biasa tentang Situasi Timur Tengah yang diadakan secara online pada hari Selasa.
Iran, yang secara resmi menjadi anggota BRICS pada bulan Januari, telah meminta diadakannya pertemuan darurat untuk membahas perang Israel melawan Hamas di Gaza.
Raisi mendesak anggota BRICS untuk menggunakan pengaruhnya guna mematahkan pengepungan Israel atas Gaza dan memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan yang aman.
“Rezim palsu ini harus diakui sebagai rezim teroris dan tentaranya dianggap sebagai organisasi teroris,” kata Raisi, sambil memohon kepada anggota blok tersebut untuk mengakui hak negara Palestina untuk membela diri sambil memutuskan hubungan dengan Tel Aviv.
“Sehubungan dengan kejahatan yang terus-menerus [dilakukan] dan sifat rasis oleh rezim palsu Israel, negara-negara bebas [di dunia] mengharapkan semua pemerintah terutama negara-negara anggota BRICS untuk segera mengangkat isu pemutusan hubungan politik, ekonomi, dan militer dengan Israel sebagai agenda utama,” lanjut Raisi, seperti dikutip RT, Rabu (22/11/2023).
Presiden Iran juga menyarankan negara-negara BRICS membuka penyelidikan atas dugaan penggunaan bos fosfor putih ilegal dan senjata terlarang lainnya oleh Israel terhadap warga sipil Palestina di Gaza.
Iran, kata Raisi, akan mendukung upaya bersama Afrika Selatan–yang diajukan bersama empat negara lainnya pada hari Jumat di Mahkamah Kriminal Internasional (ICC)–untuk menyelidiki apakah kejahatan perang telah dilakukan di Gaza.
Namun, dia berpendapat bahwa pengajuan tersebut juga harus membuat Amerika Serikat (AS) bertanggung jawab atas pembunuhan anak-anak yang dilakukan militer Israel di Gaza.
Israel telah membunuh lebih dari 14.000 warga Palestina di Gaza sejak menyatakan perang terhadap Hamas bulan lalu, termasuk sedikitnya 5.600 anak-anak, menurut pejabat kesehatan Palestina di Gaza.