Israel Bunuh 2 Jurnalis dan 2 Warga Sipil di Lebanon
loading...
A
A
A
BEIRUT - Dua jurnalis Lebanon dan dua warga sipil tewas akibat serangan Israel di Lebanon selatan pada Selasa (21/11/2023).
Rabih Maamari dan Farah Omar yang bekerja untuk saluran lokal Al-Mayadeen, tewas dibom Israel di dekat kota Tir Harfa, sekitar satu mil dari perbatasan selatan, menurut kantor berita resmi Nasional (NNA).
Al-Mayadeen yang secara politik memusuhi Israel dan menggunakan tanda kutip ketika merujuk negara tersebut dalam bahasa Inggris, mengatakan serangan itu adalah “sengaja” yang menargetkan jurnalis mereka.
Sebelumnya, NNA mengatakan seorang wanita lanjut usia tewas dan cucunya terluka akibat serangan Israel di Kfar Kila, Lebanon selatan.
“Pesawat musuh menyerbu rumah-rumah penduduk di Kfar Kila, menyebabkan kematian warga Laiqa Sarhan (80) dan cucunya terluka,” ungkap laporan NNA.
Tiga jurnalis kini telah terbunuh di Lebanon akibat konflik di wilayah selatan. Issam Abdallah, seorang videografer yang berbasis di Beirut untuk kantor berita Reuters, juga terbunuh di dekat perbatasan Lebanon akibat penembakan dari Israel pada 13 Oktober 2023.
Bentrokan perbatasan antara Hizbullah dan Israel dimulai sehari setelah serangan Hamas dari Gaza yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di Israel pada tanggal 7 Oktober 2023.
Pemboman rezim kolonial Israel yang tiada henti di Gaza sejak saat itu telah menewaskan lebih dari 13.000 warga Palestina, termasuk 5.600 anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Menurut AFP, pertempuran di Lebanon selatan telah menyebabkan sedikitnya 92 orang tewas, sebagian besar adalah pejuang Hizbullah, tetapi juga sepuluh warga sipil.
Pihak berwenang Israel mengatakan sembilan orang tewas di Israel, termasuk enam tentara.
Konflik di Gaza juga telah menyebabkan apa yang oleh kelompok pemantau media disebut sebagai jumlah jurnalis yang terbunuh “yang belum pernah terjadi sebelumnya”.
Sejak 7 Oktober, 50 jurnalis telah dibunuh di Gaza, Israel dan Lebanon, menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ).
Sherif Mansour, Koordinator Program CPJ untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, mengatakan kepada MEE awal bulan ini bahwa tentara Israel perlu membuat aturan keterlibatan mereka lebih transparan, karena banyak jurnalis di Gaza “mungkin tidak memiliki pilihan untuk menghindari situasi pertempuran”.
“Tentu saja jumlah korban ini sangat menyedihkan dan sayangnya hal ini harus dibayar oleh, dan terus dibayar oleh, jurnalis Palestina yang menghadapi risiko yang sangat besar,” ungkap dia.
Dia menegaskan, “Ini adalah pengorbanan yang tidak boleh diabaikan dengan mudah.”
Rabih Maamari dan Farah Omar yang bekerja untuk saluran lokal Al-Mayadeen, tewas dibom Israel di dekat kota Tir Harfa, sekitar satu mil dari perbatasan selatan, menurut kantor berita resmi Nasional (NNA).
Al-Mayadeen yang secara politik memusuhi Israel dan menggunakan tanda kutip ketika merujuk negara tersebut dalam bahasa Inggris, mengatakan serangan itu adalah “sengaja” yang menargetkan jurnalis mereka.
Sebelumnya, NNA mengatakan seorang wanita lanjut usia tewas dan cucunya terluka akibat serangan Israel di Kfar Kila, Lebanon selatan.
“Pesawat musuh menyerbu rumah-rumah penduduk di Kfar Kila, menyebabkan kematian warga Laiqa Sarhan (80) dan cucunya terluka,” ungkap laporan NNA.
Tiga jurnalis kini telah terbunuh di Lebanon akibat konflik di wilayah selatan. Issam Abdallah, seorang videografer yang berbasis di Beirut untuk kantor berita Reuters, juga terbunuh di dekat perbatasan Lebanon akibat penembakan dari Israel pada 13 Oktober 2023.
Bentrokan perbatasan antara Hizbullah dan Israel dimulai sehari setelah serangan Hamas dari Gaza yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di Israel pada tanggal 7 Oktober 2023.
Pemboman rezim kolonial Israel yang tiada henti di Gaza sejak saat itu telah menewaskan lebih dari 13.000 warga Palestina, termasuk 5.600 anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Menurut AFP, pertempuran di Lebanon selatan telah menyebabkan sedikitnya 92 orang tewas, sebagian besar adalah pejuang Hizbullah, tetapi juga sepuluh warga sipil.
Pihak berwenang Israel mengatakan sembilan orang tewas di Israel, termasuk enam tentara.
Konflik di Gaza juga telah menyebabkan apa yang oleh kelompok pemantau media disebut sebagai jumlah jurnalis yang terbunuh “yang belum pernah terjadi sebelumnya”.
Sejak 7 Oktober, 50 jurnalis telah dibunuh di Gaza, Israel dan Lebanon, menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ).
Sherif Mansour, Koordinator Program CPJ untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, mengatakan kepada MEE awal bulan ini bahwa tentara Israel perlu membuat aturan keterlibatan mereka lebih transparan, karena banyak jurnalis di Gaza “mungkin tidak memiliki pilihan untuk menghindari situasi pertempuran”.
“Tentu saja jumlah korban ini sangat menyedihkan dan sayangnya hal ini harus dibayar oleh, dan terus dibayar oleh, jurnalis Palestina yang menghadapi risiko yang sangat besar,” ungkap dia.
Dia menegaskan, “Ini adalah pengorbanan yang tidak boleh diabaikan dengan mudah.”
(sya)