Rusia Diduga Kerahkan Sistem Rudal S-400 ke Libya

Jum'at, 07 Agustus 2020 - 09:24 WIB
loading...
Rusia Diduga Kerahkan...
Perangkat mirip sistem rudal S-300 atau pun S-400 Rusia berada di Libya. Foto/Twitter @alkaraisili
A A A
TRIPOLI - Para analis pertahanan sedang mencoba untuk mengonfirmasi apakah Rusia telah mengerahkan sistem pertahanan rudal S-300 atau pun S-400 ke Libya .

Gambar yang beredar di media sosial menunjukkan radar besar dan tabung rudal vertikal berada di dekat Ra's Lanuf di timur Libya. Ini bisa menjadi S-300 yang terkenal, atau sistem rudal S-400 yang lebih kuat. Jika demikian, itu bisa membantu memberi pengaruh pada Rusia dan sekutu lokalnya; Tentara Nasional Libya (LNA) melawan pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) Libya yang didukung Turki.

Gambar-gambar perangakat sistem pertahanan rudal canggih buatan Rusia itu pertama kali di-posting online oleh akun Twitter; @alkaraisili. Ini adalah akun analis pertahanan dan pemantau konflik Libya. Foto-foto itu diambil dalam beberapa hari terakhir.

Dari foto pertama terlihat radar yang sangat mirip dengan model 96L6E Rusia. Ini adalah radar akuisisi target yang terkait dengan sistem rudal permukaan-ke-udara (SAM) S-300. Ini juga digunakan pada sistem rudal S-400 Triumf yang lebih baru dan lebih kuat. NATO memberi radar ini nama kode Cheese Board.

Di sebelah radar adalah sebuah rudal TEL (transporter erector launcher). Tabung rudal berada dalam posisi tegak, siap diluncurkan. Ini bisa berupa S-300 atau S-400. (Baca: Jenderal Haftar LNA ke Erdogan: Hengkang dari Libya atau Hadapi Peluru Kami! )

Rudal itu akan berada di sana untuk melindungi tentara bayaran yang terkait dengan Rusia, yang kehadirannya meningkat pesat di negara itu. Tentara bayaran itu berasal dari kontraktor swasta, Wagner, yang dibekali jet tempur. Tetapi mereka dan sekutunya menghadapi musuh yang kompeten, termasuk pasukan Turki. Drone TB2 Turki telah mencetak sukses besar melawan sistem pertahanan udara buatan Rusia. Tetapi S-300 atau S-400 akan sangat menghambat operasi Turki.

"Rusia diam-diam telah mengisyaratkan bahwa Sirte dan Jufra adalah garis merah, meskipun mereka tidak melangkah sejauh negara lain dalam hal pernyataan publik," kata Aaron Stein, direktur penelitian di Foreign Policy Research Institute yang berbasis di Philadelphia kepada Forbes yang dilansir Jumat (7/8/2020).

Stein tidak berpikir bahwa penyebaran sistem pertahanan udara canggih seperti itu akan mengejutkan. Rusia telah mengerahkan sistem serupa, termasuk S-400, untuk melindungi asetnya di Suriah. “Mereka tampaknya telah mengambil satu halaman dari buku pedoman Suriah mereka, yaitu mengirim skuadron campuran dan untuk menambah aset pertahanan udara di negara itu. S-300, jika memang itu asli, bergabung dengan sistem jarak pendek Pantsir S-1. Bersama-sama mereka akan membuat Turki berpikir untuk menguji garis merah itu," ujar Stein. (Baca juga: Turki Juga Tes S-400 Rusia terhadap Jet Siluman F-35 dan F-22 AS )

Ironisnya, sistem S-400 SAM persis seperti yang dijual Rusia kepada Turki. Pembelian sistem inilah menyebabkan Amerika Serikat (AS) membatalkan penjualan pesawat jet tempur siluman F-35 Lightning-II ke Turki karena kekhawatiran Rusia dapat menggunakan sensor sistem SAM untuk menambang informasi intelijen berharga tentang kemampuan F-35.

Lantas, bagaimana sistem rudal baru bisa sampai ke Libya? Sebuah pesawat kargo super berat terbang dari Rusia ke pangkalan udara Al Khadim di Al Marj pada tanggal 3 Agustus. An-124 Ruslan yang besar, setara dengan C-5 Galaxy milik Rusia, mengambil rute memutar yang mengelilingi Turki.

Rob Lee, seorang mahasiswa PhD di King's College London yang mengikuti kebijakan pertahanan Rusia, percaya bahwa An-124 mungkin menjadi petunjuk penting. “An-124 adalah satu-satunya pesawat dalam layanan Rusia yang dapat membawa semua komponen untuk S-300 dan S-400 . Dalam setiap kasus baru-baru ini di mana mereka telah diangkut oleh Rusia, misalnya S-400 ke Turki dan Suriah dan S-300 ke Suriah, itu melibatkan An-124," katanya.

Sistem rudal yang baru tiba dapat mengubah situasi di darat, terutama jika diawaki oleh para profesional Rusia. Stein berpikir bahwa Rusia memanfaatkan ambiguitas siapa yang mengawaki sistem. “Rusia suka memainkannya sehingga Anda tidak pernah tahu siapa yang mengoperasikan sistem SAM itu. Jadi, Anda tidak pernah merasa hebat tentang membunuh SAM jika itu berarti juga membunuh Rusia. Terutama ketika mereka memiliki skuadron campuran yang dapat mengalahkan apa pun yang dapat dibawa Turki dan sekutunya ke pesta dengan cepat," papar Stein.

Kemungkinan lainnya adalah foto-foto itu hanya umpan. Rusia biasa saja menggunakan tipuan untuk membingungkan intelijen militer.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1281 seconds (0.1#10.140)