Kandidat Cawapres Biden Berpotensi Jadi Presiden
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Memilih calon wakil presiden (cawapres) bagi Joe Biden , kandidat calon presiden (capres) Partai Demokrat tidaklah mudah. Setidaknya, bukan hanya memperhatikan faktor ras, tetapi bagaimana cawapres itu juga menjadi kandidat pemimpin politik masa depan.
Selama ini tiga pertanyaan utama bagi cawapres Biden yang dipastikan perempuan adalah apakah kandidat cawapres mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, apakah dia memiliki hubungan baik dengan Biden, dan apakah dia akan menjadi aset dalam kampanye. Tiga pertanyaan itu merupakan model kampanye tradisional yang biasa dilakukan di masa lalu. (Baca: Kampanye Trump di Oklahoma Dikacaukan Pengguna TikTok dan K-Pop)
Bagi Biden, pasangan cawapres yang terpenting adalah tidak merusak tiket untuk memenangkan nominasi capres Partai Demokrat. Ya, Biden memang memiliki momentum saat ini. Dia pun tidak ingin jatuh.
Dalam buku terbarunya Elaine Kamarck berjudul "How Picking the Vice President has Changed -- and Why It Matters," dijelaskannya bahwa wapres memiliki peran penting sebagai mitra kerja bagi presiden. Tapi, pertanyaan yang menjadi penting bukan hanya faktor sejarah personal, tetapi apakah wakil presiden itu memiliki kapasitas atau bakat untuk menjadi presiden di masa depan?
Alasannya, wakil presiden seharusnya merupakan orang yang memiliki kualitas terbaik yang sedang menunggu antre menjadi presiden di salah satu sayap Gedung Putih. Setelah Perang Dunia II, AS memiliki 15 wakil presiden. Tapi, tidak lebih dari lima yang bisa naik jabatan dari wapres menjadi presiden. Mereka adalah Harry Truman, Lyndon B. Johnson, Richard Nixon, Gerald Ford, dan George H.W. Bush.
Jika sejarah terulang, ada kesempatan Biden menang pada November nanti, maka bisa jadi wapresnya juga bisa menjadi presiden. Biden pun akan menjadi orang AS tertua yang akan terpilih sebagai presiden jika menang. Itu juga menjadi pertimbangan kalau Biden memang memilih wapres yang sudah selayaknya bisa menjadi presiden di masa depan. (Baca juga: Pelajar Ditantang Adu Kreatif dengan Konsep Baru)
Wali Kota Los Angeles Eric Garcetti yang menjadi ketua komite pemilihan cawapres bagi Biden mengungkapkan, nominasi utama cawapres sudah mengerucut pada beberapa orang. “Kita memiliki perempuan yang menakjubkan, yang akan menjadi bagian penting dalam proses ini,” katanya kepada MSNBC. Dia mengatakan, pekan depan para kandidat akan diwawancarai oleh Biden.
Biden berencana mengumumkan cawapresnya pada pekan pertama Agustus. Tapi, laporan terbaru menunjukkan dia akan mengumumkan pekan depan. “Saya mengetahui dia (Biden) akan memilih cawapres yang merefleksikan hubungan yang sama dengan Barack Obama,” katanya. Dia mengungkapkan, Biden ingin mencari cawapres bukan karena faktor geografis atau pilihan politik, tetapi orang yang mampu melayani rakyat AS dan mitra terdekatnya di Gedung Putih.
Siapa kandidat utamanya? USA Today melaporkan mereka adalah Senator Kamala Harris dari California, mantan penasihat keamanan Susan Rice, dan Karen Bass yang merupakan anggota parlemen dari California. Tiga orang diperkirakan akan mengikuti “audisi” khusus dengan Biden untuk menentukan siapa yang akan dipilih.
Kandidat yang diutamakan adalah Rice. Dia pun mengklaim dirinya memiliki pengalaman selama 20 tahun bekerja di level eksekutif. “Kita harus bekerja untuk rakyat AS. Bergulat dengan krisis dan mencari solusi yang diperlukan,” ujarnya. (Baca juga: Diambang Resesi, Misbakhun Usulkan Listrik hingga Cicilan Mobil Dibayar Negara)
Rice memiliki kelebihan karena pernah menjadi Duta Besar AS untuk PBB. Ketika Biden memilihnya, maka Rice lebih menjadi mitra dalam pemerintahan dibandingkan sebagai mitra berpolitik. Biden juga menginginkan wapres yang memiliki hubungan dekat dengannya, dan Rice pernah memiliki kerja sama erat serta hubungan dekat dalam pemerintahan Barack Obama.
Kelemahan Rice adalah dia tidak memiliki pengalaman sebagai pejabat yang dipilih publik. Dia juga tidak dikenal luas rakyat AS. Dengan bekal pengalaman sebagai diplomat, Rice memiliki peranan kuat dalam tim kebijakan luar negeri yang menjadi fokus Biden. Rice disebut Republik sebagai tokoh AS yang menjadi alasan serangan 2012 di konsulat AS di Benghazi.
Kandidat cawapres lainnya adalah Kamala Harris. Namun, banyak pihak menyebutkan bahwa Biden tidak terlalu suka dengannya karena dia pernah menyerang Biden saat kampanye pemilu pendahuluan Partai Demokrat. Harris menyebut Biden mengusulkan kebijakan rasis dengan pemisahan bus sekolah antara anak kulit putih dan hitam.
Namun, namanya kerap disebut sebagai kandidat cawapres Biden di garda depan. Dia juga memiliki pengalaman sebagai anggota Senat dan Jaksa Agung California. Latar belakangnya beragam, ibunya berasal dari India dan ayahnya merupakan keturunan Jamaika. Namanya juga semakin populer pada pemilu pendahuluan Partai Demokrat. (Baca juga: Gagak Hitam Bongkar Sindikat Narkoba, 7 Warga Diringkus)
Di kalangan Partai Demokrat, Harris merupakan politikus yang didukung menjadi cawapres bagi Biden. Saat ramai isu perlawanan rasial, Harris juga selalu mengusulkan reformasi polisi. Saat penggalangan dana di California untuk tim kampanye Biden, Harris mampu mengumpulkan dana USD2 juta yang dilaksanakan secara virtual. Dia juga agresif untuk merebut nominasi cawapres sejak Biden mengumumkan akan merekrut perempuan kulit hitam sebagai pasangannya.
Selanjutnya adalah Karen Bass. Anggota parlemen California ini merupakan pemimpin Congressional Black Caucus. Dia memiliki kemampuan untuk merangkul semua bagian di Partai Demokrat. Maklum, dia sudah terpilih sebagai anggota Kongres selama lima periode. Selama demonstrasi massal, dia juga kerap menyerukan rasisme institusional dan kebijakan di AS.
Sebelumnya, faktor lain yang menjadi pertimbangan bagi kandidat cawapres adalah peristiwa pemicu dan seseorang yang simpati dengan Biden. Tentu Biden akan memilih kandidat yang memiliki hubungan personal dengannya. “Calon wapres juga tidak perlu memiliki pengalaman kebijakan luar negeri karena itu menjadi kekuatan Biden. Namun, cawapres perempuan juga memiliki pengalaman dan isu pertahanan,” kata Biden. (Lihat videonya: Penutupan Gedung DPRD DKI Jakarta Diperpanjang)
Biden memang telah berulang kali akan memilih cawapres perempuan. Biden memang memahami dirinya mendapatkan tekanan agar perempuan kulit hitam dipilih sebagai cawapresnya. (Andika H Mustaqim)
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
Selama ini tiga pertanyaan utama bagi cawapres Biden yang dipastikan perempuan adalah apakah kandidat cawapres mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, apakah dia memiliki hubungan baik dengan Biden, dan apakah dia akan menjadi aset dalam kampanye. Tiga pertanyaan itu merupakan model kampanye tradisional yang biasa dilakukan di masa lalu. (Baca: Kampanye Trump di Oklahoma Dikacaukan Pengguna TikTok dan K-Pop)
Bagi Biden, pasangan cawapres yang terpenting adalah tidak merusak tiket untuk memenangkan nominasi capres Partai Demokrat. Ya, Biden memang memiliki momentum saat ini. Dia pun tidak ingin jatuh.
Dalam buku terbarunya Elaine Kamarck berjudul "How Picking the Vice President has Changed -- and Why It Matters," dijelaskannya bahwa wapres memiliki peran penting sebagai mitra kerja bagi presiden. Tapi, pertanyaan yang menjadi penting bukan hanya faktor sejarah personal, tetapi apakah wakil presiden itu memiliki kapasitas atau bakat untuk menjadi presiden di masa depan?
Alasannya, wakil presiden seharusnya merupakan orang yang memiliki kualitas terbaik yang sedang menunggu antre menjadi presiden di salah satu sayap Gedung Putih. Setelah Perang Dunia II, AS memiliki 15 wakil presiden. Tapi, tidak lebih dari lima yang bisa naik jabatan dari wapres menjadi presiden. Mereka adalah Harry Truman, Lyndon B. Johnson, Richard Nixon, Gerald Ford, dan George H.W. Bush.
Jika sejarah terulang, ada kesempatan Biden menang pada November nanti, maka bisa jadi wapresnya juga bisa menjadi presiden. Biden pun akan menjadi orang AS tertua yang akan terpilih sebagai presiden jika menang. Itu juga menjadi pertimbangan kalau Biden memang memilih wapres yang sudah selayaknya bisa menjadi presiden di masa depan. (Baca juga: Pelajar Ditantang Adu Kreatif dengan Konsep Baru)
Wali Kota Los Angeles Eric Garcetti yang menjadi ketua komite pemilihan cawapres bagi Biden mengungkapkan, nominasi utama cawapres sudah mengerucut pada beberapa orang. “Kita memiliki perempuan yang menakjubkan, yang akan menjadi bagian penting dalam proses ini,” katanya kepada MSNBC. Dia mengatakan, pekan depan para kandidat akan diwawancarai oleh Biden.
Biden berencana mengumumkan cawapresnya pada pekan pertama Agustus. Tapi, laporan terbaru menunjukkan dia akan mengumumkan pekan depan. “Saya mengetahui dia (Biden) akan memilih cawapres yang merefleksikan hubungan yang sama dengan Barack Obama,” katanya. Dia mengungkapkan, Biden ingin mencari cawapres bukan karena faktor geografis atau pilihan politik, tetapi orang yang mampu melayani rakyat AS dan mitra terdekatnya di Gedung Putih.
Siapa kandidat utamanya? USA Today melaporkan mereka adalah Senator Kamala Harris dari California, mantan penasihat keamanan Susan Rice, dan Karen Bass yang merupakan anggota parlemen dari California. Tiga orang diperkirakan akan mengikuti “audisi” khusus dengan Biden untuk menentukan siapa yang akan dipilih.
Kandidat yang diutamakan adalah Rice. Dia pun mengklaim dirinya memiliki pengalaman selama 20 tahun bekerja di level eksekutif. “Kita harus bekerja untuk rakyat AS. Bergulat dengan krisis dan mencari solusi yang diperlukan,” ujarnya. (Baca juga: Diambang Resesi, Misbakhun Usulkan Listrik hingga Cicilan Mobil Dibayar Negara)
Rice memiliki kelebihan karena pernah menjadi Duta Besar AS untuk PBB. Ketika Biden memilihnya, maka Rice lebih menjadi mitra dalam pemerintahan dibandingkan sebagai mitra berpolitik. Biden juga menginginkan wapres yang memiliki hubungan dekat dengannya, dan Rice pernah memiliki kerja sama erat serta hubungan dekat dalam pemerintahan Barack Obama.
Kelemahan Rice adalah dia tidak memiliki pengalaman sebagai pejabat yang dipilih publik. Dia juga tidak dikenal luas rakyat AS. Dengan bekal pengalaman sebagai diplomat, Rice memiliki peranan kuat dalam tim kebijakan luar negeri yang menjadi fokus Biden. Rice disebut Republik sebagai tokoh AS yang menjadi alasan serangan 2012 di konsulat AS di Benghazi.
Kandidat cawapres lainnya adalah Kamala Harris. Namun, banyak pihak menyebutkan bahwa Biden tidak terlalu suka dengannya karena dia pernah menyerang Biden saat kampanye pemilu pendahuluan Partai Demokrat. Harris menyebut Biden mengusulkan kebijakan rasis dengan pemisahan bus sekolah antara anak kulit putih dan hitam.
Namun, namanya kerap disebut sebagai kandidat cawapres Biden di garda depan. Dia juga memiliki pengalaman sebagai anggota Senat dan Jaksa Agung California. Latar belakangnya beragam, ibunya berasal dari India dan ayahnya merupakan keturunan Jamaika. Namanya juga semakin populer pada pemilu pendahuluan Partai Demokrat. (Baca juga: Gagak Hitam Bongkar Sindikat Narkoba, 7 Warga Diringkus)
Di kalangan Partai Demokrat, Harris merupakan politikus yang didukung menjadi cawapres bagi Biden. Saat ramai isu perlawanan rasial, Harris juga selalu mengusulkan reformasi polisi. Saat penggalangan dana di California untuk tim kampanye Biden, Harris mampu mengumpulkan dana USD2 juta yang dilaksanakan secara virtual. Dia juga agresif untuk merebut nominasi cawapres sejak Biden mengumumkan akan merekrut perempuan kulit hitam sebagai pasangannya.
Selanjutnya adalah Karen Bass. Anggota parlemen California ini merupakan pemimpin Congressional Black Caucus. Dia memiliki kemampuan untuk merangkul semua bagian di Partai Demokrat. Maklum, dia sudah terpilih sebagai anggota Kongres selama lima periode. Selama demonstrasi massal, dia juga kerap menyerukan rasisme institusional dan kebijakan di AS.
Sebelumnya, faktor lain yang menjadi pertimbangan bagi kandidat cawapres adalah peristiwa pemicu dan seseorang yang simpati dengan Biden. Tentu Biden akan memilih kandidat yang memiliki hubungan personal dengannya. “Calon wapres juga tidak perlu memiliki pengalaman kebijakan luar negeri karena itu menjadi kekuatan Biden. Namun, cawapres perempuan juga memiliki pengalaman dan isu pertahanan,” kata Biden. (Lihat videonya: Penutupan Gedung DPRD DKI Jakarta Diperpanjang)
Biden memang telah berulang kali akan memilih cawapres perempuan. Biden memang memahami dirinya mendapatkan tekanan agar perempuan kulit hitam dipilih sebagai cawapresnya. (Andika H Mustaqim)
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
(ysw)