Iran Luncurkan Rudal Hipersonik, Desak Negara-negara Islam Putus Hubungan dengan Israel
loading...
A
A
A
TEHERAN - Iran pada hari Minggu meluncurkan rudal hipersonik terbarunya, yang diberi nama Fattah II.
Peluncuran berlangsung ketika Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mendesak negara-negara Islam memutuskan hubungan dengan Israel sebagai respons atas perang militer Zionis di Gaza.
Khamenei menghadiri peluncuran senjata terbaru itu, termasuk melakukan pemeriksaan senjata lainnya seperti drone milik unit kedirgantaraan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
Media pemerintah Iran, seperti dikutip Al Arabiya, Senin (20/11/2023), menggambarkan Fattah II sebagai rudal hipersonik HGV.
Kemunculan misil Fattah II menyusul pengenalan rudal hipersonik pertama yang diproduksi di dalam negeri Iran, Fattah, yang diluncurkan pada bulan Juni.
Dalam acara tersebut, Khamenei mendesak negara-negara Islam untuk memutuskan hubungan politik dengan Israel.
“Pemerintahan Islam harus memutuskan hubungan politik mereka dengan rezim Zionis setidaknya untuk jangka waktu terbatas,” kata Khamenei.
Dia juga meminta negara-negara Islam untuk memblokir aliran energi dan barang-barang ke Israel.
Awal bulan ini, Khamenei mendesak negara-negara Muslim untuk memutuskan hubungan ekonomi dengan Israel dan menyerukan pemblokiran ekspor minyak dan makanan.
Israel telah berjanji untuk menghancurkan kelompok militan Palestina; Hamas, sebagai respons atas serangan 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan sekitar 240 lainnya disandera.
Serangan udara dan darat Israel yang nyaris tanpa henti di Gaza telah menewaskan lebih dari 12.000 orang, termasuk 5.000 anak-anak. Ini merupakan data kementerian kesehatan di Gaza.
Iran, sumber utama dukungan finansial dan militer bagi Hamas, memuji serangan Hamas pada 7 Oktober namun menyangkal keterlibatan apa pun dalam perencanaan atau pelaksanaan serangan tersebut.
Israel telah lama menuduh Iran memperburuk kekerasan dengan memasok senjata ke Hamas.
Teheran menolak mengakui Negara Israel dan menjadikan dukungan terhadap perjuangan Palestina sebagai komponen fundamental kebijakan luar negerinya sejak Revolusi Islam tahun 1979.
Iran dan Israel selama bertahun-tahun terlibat dalam konflik rahasia, dan Teheran menuduh Tel Aviv mengatur serangan sabotase dan pembunuhan yang menargetkan program nuklirnya.
Peluncuran berlangsung ketika Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mendesak negara-negara Islam memutuskan hubungan dengan Israel sebagai respons atas perang militer Zionis di Gaza.
Khamenei menghadiri peluncuran senjata terbaru itu, termasuk melakukan pemeriksaan senjata lainnya seperti drone milik unit kedirgantaraan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
Media pemerintah Iran, seperti dikutip Al Arabiya, Senin (20/11/2023), menggambarkan Fattah II sebagai rudal hipersonik HGV.
Kemunculan misil Fattah II menyusul pengenalan rudal hipersonik pertama yang diproduksi di dalam negeri Iran, Fattah, yang diluncurkan pada bulan Juni.
Dalam acara tersebut, Khamenei mendesak negara-negara Islam untuk memutuskan hubungan politik dengan Israel.
“Pemerintahan Islam harus memutuskan hubungan politik mereka dengan rezim Zionis setidaknya untuk jangka waktu terbatas,” kata Khamenei.
Dia juga meminta negara-negara Islam untuk memblokir aliran energi dan barang-barang ke Israel.
Awal bulan ini, Khamenei mendesak negara-negara Muslim untuk memutuskan hubungan ekonomi dengan Israel dan menyerukan pemblokiran ekspor minyak dan makanan.
Israel telah berjanji untuk menghancurkan kelompok militan Palestina; Hamas, sebagai respons atas serangan 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan sekitar 240 lainnya disandera.
Serangan udara dan darat Israel yang nyaris tanpa henti di Gaza telah menewaskan lebih dari 12.000 orang, termasuk 5.000 anak-anak. Ini merupakan data kementerian kesehatan di Gaza.
Iran, sumber utama dukungan finansial dan militer bagi Hamas, memuji serangan Hamas pada 7 Oktober namun menyangkal keterlibatan apa pun dalam perencanaan atau pelaksanaan serangan tersebut.
Israel telah lama menuduh Iran memperburuk kekerasan dengan memasok senjata ke Hamas.
Teheran menolak mengakui Negara Israel dan menjadikan dukungan terhadap perjuangan Palestina sebagai komponen fundamental kebijakan luar negerinya sejak Revolusi Islam tahun 1979.
Iran dan Israel selama bertahun-tahun terlibat dalam konflik rahasia, dan Teheran menuduh Tel Aviv mengatur serangan sabotase dan pembunuhan yang menargetkan program nuklirnya.
(mas)