Profil Sheikh Ahmed Yassin yang Ramal Negara Israel Lenyap 2027
loading...
A
A
A
"Dalam 40 tahun pertama kami menghadapi Nakba (pada 1948), 40 tahun kedua kami memulai Intifada (pada 1987) yang mana kami melakukan penentangan peperangan pengeboman terhadap Israel, 40 tahun ketiga akan berakhirnya entitas Israel, Insya Allah," kata Yassin.
"Rujukan Al-Qur'an, apabila Allah SWT menghukum bani Israil tidak keluar dari padang pasir selama 40 tahun supaya apa? Supaya menukarkan dari generasi yang sakit sudah berputus asa dengan generasi pejuang."
"Gerakan Nakba yang pertama telah pergi, diganti dengan generasi pelempar batu dan pelempar bom, generasi seterusnya adalah generasi pembebas, Insya Allah," katanya.
Pada wawancara itu, Yassin mengatakan dirinya melihat masa depan Palestina sulit.
"Saya katakan, jalan kita sukar dan memerlukan pengorbanan dan kesabaran, tetap masa depan adalah milik kita, tidak mustahil, Allah SWT tidak mungkin akan mengingkari janji-Nya," katanya.
Sheikh Ahmed Yassin lahir di al-Jura, sebuah desa kecil dekat kota Ashkelon, di British Mandate of Palestine. Menurut paspor Palestina, dia lahir 1 Januari 1929, namun dia pernah mengaku sebenarnya lahir pada musim panas 1936.
Ayahnya; Abdullah Yassin, meninggal saat dia berusia tiga tahun.
Setelah itu, dia dikenal di lingkungannya sebagai Ahmad Sa'ada merujuk pada nama ibunya; Sa'ada al-Habeel. Hal ini untuk membedakannya dengan anak dari ketiga istri ayahnya yang lain.
Yassin memiliki empat saudara laki-laki dan dua saudara perempuan.
Dia dan seluruh keluarganya melarikan diri ke Gaza, menetap di Kamp al-Shati setelah desanya dibersihkan secara etnis oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) selama Perang Arab-Israel tahun 1948.
"Rujukan Al-Qur'an, apabila Allah SWT menghukum bani Israil tidak keluar dari padang pasir selama 40 tahun supaya apa? Supaya menukarkan dari generasi yang sakit sudah berputus asa dengan generasi pejuang."
"Gerakan Nakba yang pertama telah pergi, diganti dengan generasi pelempar batu dan pelempar bom, generasi seterusnya adalah generasi pembebas, Insya Allah," katanya.
Pada wawancara itu, Yassin mengatakan dirinya melihat masa depan Palestina sulit.
"Saya katakan, jalan kita sukar dan memerlukan pengorbanan dan kesabaran, tetap masa depan adalah milik kita, tidak mustahil, Allah SWT tidak mungkin akan mengingkari janji-Nya," katanya.
Profil Sheikh Ahmed Yassin
Sheikh Ahmed Yassin lahir di al-Jura, sebuah desa kecil dekat kota Ashkelon, di British Mandate of Palestine. Menurut paspor Palestina, dia lahir 1 Januari 1929, namun dia pernah mengaku sebenarnya lahir pada musim panas 1936.
Ayahnya; Abdullah Yassin, meninggal saat dia berusia tiga tahun.
Setelah itu, dia dikenal di lingkungannya sebagai Ahmad Sa'ada merujuk pada nama ibunya; Sa'ada al-Habeel. Hal ini untuk membedakannya dengan anak dari ketiga istri ayahnya yang lain.
Yassin memiliki empat saudara laki-laki dan dua saudara perempuan.
Dia dan seluruh keluarganya melarikan diri ke Gaza, menetap di Kamp al-Shati setelah desanya dibersihkan secara etnis oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) selama Perang Arab-Israel tahun 1948.