Misteri Tragedi Beirut, Amonium Nitrat dan Peringatan Mossad Setahun Lalu

Kamis, 06 Agustus 2020 - 08:47 WIB
loading...
Misteri Tragedi Beirut,...
Sebuah kendaraan rusak terlihat di lokasi ledakan di Beirut, Lebanon, 4 Agustus 2020. Foto/REUTERS/Mohamed Azakir
A A A
BEIRUT - Apa yang menyebabkan gudang amonium nitrat meledak di pelabuhan Beirut pada Selasa malam, yang menewaskan 135 dan melukai 4.000 lebih lainnya masih menjadi misteri. Namun, Juni 2019 lalu, badan intelijen Israel; Mossad, sudah memperingatkan sepak terjangkelompok Hizbullah Lebanon dan sel-selnya di luar negeri yang menyimpan amonium nitrat.

Tragedi ledakan di Beirut benar-benar mengerikan. Pemandangan Ibu Kota Lebanon itu berubah drastias seperti medan perang yang kacau balau. Gedung-gedung hancur, mobil-mobil bergelimpangan di jalan dan orang-orang yang selamat berjalan tertatih-tatih berlumuran darah dan penuh dengan pecahan kaca.

Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengatakan 2.750 ton pupuk pertanian ammonium nitrat yang telah disimpan selama bertahun-tahun di gudang tepi laut meledak. Itulah yang memicu malapetaka.

"Apa yang terjadi hari ini tidak akan berlalu tanpa pertanggungjawaban," kata Diab. "Mereka yang bertanggung jawab atas bencana ini akan membayar harganya," ujarnya. (Baca: Ledakan Beirut Membunuh 73 Orang, Trump: Itu Serangan Bom )

Sebuah gambar yang di-posting online Selasa malam dari sumber yang tidak diketahui menunjukkan pekerja mengelas pintu gudang di sebelah tumpukan setengah ton karung ammonium nitrat.

Pintu dan jendela di gudang terlihat cocok dengan gambar dan video dari gudang tempat ledakan terjadi.

Setidaknya satu pekerja terlihat dalam foto mengenakan kain penutup muka, dan menunjukkan bahwa foto itu diambil baru-baru ini. Namun, keaslian gambar-gambar itu belum dapat dikonfirmasi secara independen.

Percikan dari alat las tidak akan bisa menyebabkan nitrat meledak, tetapi bisa memicu bahan lain dan menaikkan suhu cukup tinggi untuk bisa memicu ledakan besar.

Amonium nitrat digunakan dalam pembuatan bahan peledak dan juga merupakan bahan dalam pembuatan pupuk. Bahan ini telah disalahkan atas kecelakaan industri besar-besaran di masa lalu, termasuk bencana tahun 1947 di mana pengiriman 2.300 ton senyawa meledak di Texas City, menewaskan ratusan dan memicu gelombang pasang 15 kaki. (Baca: Satu Warga Indonesia Jadi Korban Luka Ledakan Beirut )

Amonium nitrat juga merupakan bahan utama dalam sebuah bom yang menghancurkan sebuah bangunan federal di Oklahoma City pada tahun 1995.

Tahun lalu, badan intelijen Israel; Mossad, telah memperingatkan agen-agen intelijen Eropa tentang kelompok Hizbullah Lebanon dan sel-selnya di luar negeri telah menyimpan amonium nitrat untuk digunakan dalam bom di London, Siprus dan tempat lain. Namun, Mossad tidak menyebutkan keberadaan bahan itu di Beirut.

Mengutip laporan Times of Israel, selama tiga setengah tahun terakhir Mossad memainkan "permainan kucing-dan-tikus" dengan kelompok Hizbullah untuk menghalangi upaya kelompok itu membangun gudang bahan peledak dari Thailand hingga New York.

Informasi dari Mossad kala itu menyebutkan tiga ton amonium nitrat ada di empat lokasi di London utara dan telah digerebek oleh Polisi Metropolitan London pada September 2015. Tembolok lain yang ditanam oleh sel Hizbollah ditemukan di Siprus, Thailand dan negara-negara Eropa yang belum disebutkan namanya. (Baca juga: PM Lebanon Sebut 2.750 Ton Amonium Nitrat Penyebab Ledakan Beirut )

Kepala Keamanan Umum Libanon, Mayor Jenderal Abbas Ibrahim, mengatakan bahan-bahan amonium nitrat di Beirut itu merupakan sitaan selama bertahun-tahun dan disimpan di gudang. Jarak tempat penyimpanan hanya beberapa menit perjalanan dari distrik perbelanjaan dan kehidupan malam di Beirut.

Menurut outlet berita Lebanon MTV, bahan itu telah disita pada 2014 ketika ditemukan di kapal yang rusak yang dimaksudkan untuk membawa buldoser ke Zambia, dan disimpan di gudang di pelabuhan.

Jauh-jauh hari sebelum tragedi ledakan Beirut, baik mantan maupun kepala bea cukai Lebanon saat ini telah meminta pihak berwenang untuk memindahkan bahan kimia tersebut, karena bahaya yang ditimbulkannya. Namun, permintaan itu tidak mendapat respons.

Dewan Pertahanan Tertinggi Lebanon telah memerintahkan agar pihak berwenang menyelesaikan penyelidikan awal mengenai penyebab ledakan dalam waktu lima hari.

Seorang tentara di pelabuhan Beirut, tempat kerabat orang hilang mencari berita tentang orang yang mereka cintai, mengatakan kepada AFP,Kamis (6/8/2020); "Ini adalah malapetaka. Ada mayat di tanah. Ambulans masih mengangkat orang meninggal."
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1039 seconds (0.1#10.140)