Pentagon Akui Drone Mata-mata AS Berkeliaran di Gaza

Sabtu, 04 November 2023 - 11:27 WIB
loading...
Pentagon Akui Drone Mata-mata AS Berkeliaran di Gaza
Drone AS dikerahkan di Jalur Gaza seiring gempuran Israel. Foto/usaf
A A A
WASHINGTON - Militer Amerika Serikat (AS) mengakui melakukan penerbangan drone “tidak bersenjata” di Jalur Gaza. Pentagon mengatakan UAV dikerahkan untuk membantu menemukan warga Israel yang disandera Hamas.

Para pejabat Amerika yang dikutip media bersikeras pesawat tersebut tidak mendukung operasi Israel di wilayah tersebut.

Dalam pernyataan singkat pada Jumat, juru bicara Pentagon Brigadir Jenderal Patrick Ryder membenarkan misi drone “dimulai setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober,” di mana kelompok pejuang Palestina menyandera lebih dari 200 orang.

“Untuk mendukung upaya pemulihan sandera, AS melakukan penerbangan UAV tidak bersenjata di Gaza, serta memberikan saran dan bantuan untuk mendukung mitra Israel kami saat mereka berupaya dalam upaya pemulihan sandera,” ungkap Ryder.

Pengakuan ini muncul setelah para jurnalis melihat drone MQ-9 Reaper mengelilingi daerah kantong Palestina melalui situs pelacakan penerbangan.

Meskipun UAV dapat diperlengkapi untuk melakukan serangan udara, Reaper juga sering digunakan untuk pengawasan karena rangkaian sensor canggihnya, serta kemampuannya tetap berada di udara selama lebih dari 24 jam berturut-turut.

Menurut beberapa pejabat AS yang dikutip oleh New York Times, misi tersebut menandai pertama kalinya drone Amerika beroperasi di Gaza.



Namun, mereka menekankan penerbangan tersebut “tidak mendukung operasi militer Israel di darat” dan dimaksudkan untuk “memantau tanda-tanda kehidupan dan memberikan petunjuk potensial kepada Pasukan Pertahanan Israel.”

Sekitar enam MQ-9 terlihat berkeliaran di selatan Gaza, sekitar 15 mil jauhnya dari pasukan darat Israel yang berjuang memasuki wilayah tersebut dari utara, menurut peneliti penerbangan Amelia Smith kepada NYT.

Beberapa UAV melayang di atas Gaza selama sekitar tiga jam pada ketinggian 25.000 kaki, diyakini dioperasikan pasukan khusus AS.

Di tengah putaran terakhir pertempuran antara Israel dan Hamas, Washington telah mengerahkan ribuan tentara ke Timur Tengah, serta sepasang kelompok penyerang kapal induk dan aset angkatan laut lainnya.

AS mengatakan tindakan tersebut dimaksudkan untuk mencegah pihak luar terlibat dalam konflik.

Meskipun ada laporan sebelumnya bahwa pasukan AS dapat bertindak sebagai penjaga perdamaian di Gaza setelah perang saat ini, Gedung Putih menolak gagasan tersebut, dan bersikeras personel Amerika tidak akan beroperasi di wilayah tersebut “sekarang atau di masa depan.”

Meskipun Washington telah menyuarakan dukungan kuat terhadap aksi militer Israel di Gaza, dalam beberapa hari terakhir para pejabat telah mengusulkan “jeda kemanusiaan” untuk memfasilitasi pengiriman bantuan ke wilayah kantong yang terkepung tersebut.

Dalam pidatonya di Tel Aviv pada Jumat, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan gencatan senjata singkat dapat memungkinkan “distribusi bantuan kemanusiaan yang lebih efektif dan berkelanjutan.”

Gagasan itu dengan cepat ditolak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

“IDF akan terus menyerang Gaza dengan seluruh kekuatannya,” ujar PM Israel seraya menambahkan, “Israel menolak gencatan senjata sementara yang tidak mencakup kembalinya sandera kami.”

(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1219 seconds (0.1#10.140)