Israel Bertekad Bunuh Sebanyak Mungkin Warga Sipil Palestina di Gaza, Ini Alasannya
loading...
A
A
A
NEW YORK - Pemerintah Israel bersedia membunuh sebanyak mungkin warga sipil Palestina untuk mengalahkan Hamas di Gaza.
Israel telah menyampaikan hal ini kepada mitranya di Amerika Serikat (AS) dalam “percakapan pribadi”, menurut laporan New York Times (NYT).
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden terus mendukung Israel tetapi menjadi “lebih kritis” terhadap tanggapan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu terhadap Hamas, karena “krisis kemanusiaan di Gaza,” menurut analisis berita yang diterbitkan NYT pada Senin (30/10/2023).
“Menjadi jelas bagi para pejabat AS bahwa para pemimpin Israel percaya bahwa jatuhnya korban sipil dalam jumlah besar adalah harga yang dapat diterima dalam kampanye militer,” klaim New York Times.
NTY menambahkan, para pejabat Israel mengungkit “pemboman yang menghancurkan,” termasuk penggunaan senjata atom terhadap Hiroshima dan Nagasaki, yang digunakan AS untuk melawan Jerman dan Jepang selama Perang Dunia II.
The New York Times memuat cerita tersebut dalam edisi cetak hari Selasa, yang menarik perhatian pengacara dan aktivis Steven Donziger.
“Ini mungkin bisa membantu menjelaskan skala besar kematian warga sipil dan anak-anak yang saat ini terjadi di Gaza,” ujar Donziger di Instagram.
Dia menambahkan, “Mentalitas ini mungkin juga menjelaskan mengapa Israel baru saja menjatuhkan bom besar di kamp pengungsi Jabalia yang padat penduduk di Gaza dan mengapa mereka tampaknya menargetkan warga sipil.”
Pembawa acara MSNBC Mehdi Hassan juga menandai artikel tersebut pada Rabu, menggambarkan paragraf tersebut sebagai “hampir terkubur” di tengah-tengah artikel.
Berfokus pada Washington, artikel NYT mengungkapkan bagaimana pemerintahan Biden pada awalnya percaya mereka dapat memperoleh dukungan untuk Israel seperti yang mereka dapatkan untuk Ukraina, mengingat serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023, namun segera menyadari bahwa hal ini “tidak mungkin.”
“Yang ada, negara-negara di seluruh dunia, terutama negara-negara berkembang, justru mengambil tindakan sebaliknya seiring bertambahnya jumlah korban jiwa di Palestina. Bahkan sekutu Amerika Serikat di Eropa terpecah dalam perang Israel,” ungkap NYT.
Para pejabat AS juga percaya Netanyahu “tidak memiliki rencana mengenai apa yang harus dilakukan terhadap Gaza” setelah pasukan darat Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menguasai “sebagian atau seluruhnya.”
Rabu lalu, Pentagon dilaporkan meminta Israel menunda serangan darat, untuk memberi AS lebih banyak waktu mengerahkan pertahanan udara di Irak dan Suriah serta mengulur waktu untuk negosiasi membebaskan sekitar 200 sandera yang ditahan Hamas.
Invasi darat Israel dimulai Jumat lalu dengan pemadaman komunikasi total di daerah kantong Palestina.
Pada Rabu, IDF mengatakan 15 tentaranya telah tewas sejauh ini dalam operasi yang sedang berlangsung. Jumlah tentara Israel yang tewas diperkirakan terus bertambah seiring invasi Zionis di Gaza.
Israel telah menyampaikan hal ini kepada mitranya di Amerika Serikat (AS) dalam “percakapan pribadi”, menurut laporan New York Times (NYT).
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden terus mendukung Israel tetapi menjadi “lebih kritis” terhadap tanggapan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu terhadap Hamas, karena “krisis kemanusiaan di Gaza,” menurut analisis berita yang diterbitkan NYT pada Senin (30/10/2023).
“Menjadi jelas bagi para pejabat AS bahwa para pemimpin Israel percaya bahwa jatuhnya korban sipil dalam jumlah besar adalah harga yang dapat diterima dalam kampanye militer,” klaim New York Times.
NTY menambahkan, para pejabat Israel mengungkit “pemboman yang menghancurkan,” termasuk penggunaan senjata atom terhadap Hiroshima dan Nagasaki, yang digunakan AS untuk melawan Jerman dan Jepang selama Perang Dunia II.
The New York Times memuat cerita tersebut dalam edisi cetak hari Selasa, yang menarik perhatian pengacara dan aktivis Steven Donziger.
“Ini mungkin bisa membantu menjelaskan skala besar kematian warga sipil dan anak-anak yang saat ini terjadi di Gaza,” ujar Donziger di Instagram.
Dia menambahkan, “Mentalitas ini mungkin juga menjelaskan mengapa Israel baru saja menjatuhkan bom besar di kamp pengungsi Jabalia yang padat penduduk di Gaza dan mengapa mereka tampaknya menargetkan warga sipil.”
Pembawa acara MSNBC Mehdi Hassan juga menandai artikel tersebut pada Rabu, menggambarkan paragraf tersebut sebagai “hampir terkubur” di tengah-tengah artikel.
Berfokus pada Washington, artikel NYT mengungkapkan bagaimana pemerintahan Biden pada awalnya percaya mereka dapat memperoleh dukungan untuk Israel seperti yang mereka dapatkan untuk Ukraina, mengingat serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023, namun segera menyadari bahwa hal ini “tidak mungkin.”
“Yang ada, negara-negara di seluruh dunia, terutama negara-negara berkembang, justru mengambil tindakan sebaliknya seiring bertambahnya jumlah korban jiwa di Palestina. Bahkan sekutu Amerika Serikat di Eropa terpecah dalam perang Israel,” ungkap NYT.
Para pejabat AS juga percaya Netanyahu “tidak memiliki rencana mengenai apa yang harus dilakukan terhadap Gaza” setelah pasukan darat Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menguasai “sebagian atau seluruhnya.”
Rabu lalu, Pentagon dilaporkan meminta Israel menunda serangan darat, untuk memberi AS lebih banyak waktu mengerahkan pertahanan udara di Irak dan Suriah serta mengulur waktu untuk negosiasi membebaskan sekitar 200 sandera yang ditahan Hamas.
Invasi darat Israel dimulai Jumat lalu dengan pemadaman komunikasi total di daerah kantong Palestina.
Pada Rabu, IDF mengatakan 15 tentaranya telah tewas sejauh ini dalam operasi yang sedang berlangsung. Jumlah tentara Israel yang tewas diperkirakan terus bertambah seiring invasi Zionis di Gaza.
(sya)