Politikus Israel Ingin Gaza Dibikin Mengerikan seperti Dresden saat Perang Dunia II
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Politikus Israel Moshe Feiglin menyerukan agar wilayah Gaza, Palestina, dibuat menjadi tempat mengerikan seperti kota Dresden di Jerman pada Perang Dunia II.
Anggota Parlemen dari Partai Likud itu mengatakan militer Israel harus meratakan Gaza dan mengusir semua warga Palestina di wilayah itu ke Mesir.
Berbicara kepada Israel News Network (INN), Feiglin menyesalkan bahwa 18 hari telah berlalu sejak serangan Hamas dan “kami masih belum membalas dendam, dengan cara yang alkitabiah...kami tidak segera membakar Gaza menjadi abu!”
"Tujuan langsung Israel adalah menghancurkan Gaza; di atas tanah dan terowongan bawah tanah. Baru kemudian kirim tentara masuk,” kata Feiglin kepada INN, yang seruannya itu kini viral di media sosial.
“Pastikan seluruh masyarakat Gaza lari ke Rafiah. Menciptakan krisis kemanusiaan yang luar biasa. Ratakan seluruh area, seperti yang Anda lakukan di Gush Katif dan Yamit,” imbuh dia, yang dilansir Kamis (26/10/2023).
"Jika kurang dari itu, kita akan dikalahkan, dan kita akan mendapatkan hal yang sama lagi dan lagi; bahkan dengan cara yang lebih buruk.”
Gush Katif adalah pemukiman di Gaza yang dihancurkan oleh pemerintahan Ariel Sharon pada tahun 2005 sebagai bagian dari penarikan diri dari wilayah tersebut.
Sedangkan Yamit adalah pemukiman di Sinai yang dibuldoser setelah perjanjian damai tahun 1982 mengembalikan wilayah tersebut ke Mesir.
Feiglin mengkritik keengganan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menginvasi Gaza sebagai tindakan yang menghancurkan oleh Israel.
Dia juga menuduh Netanyahu menjadikan Israel sebagai “republik pisang” Amerika.
“Pelukan orang Amerika adalah pelukan beruang,” kata Feiglin.
“Saya menghormati orang Amerika. Mereka seharusnya tidak berada di sini. Kita tidak boleh menerima bantuan apa pun dari mereka. Saya bahkan tidak bisa menggambarkan betapa besarnya bencana yang kita timbulkan pada diri kita sendiri, padahal satu-satunya alasan mengapa kita tidak bereaksi dalam 19 hari terakhir adalah karena Amerika," paparnya.
“Orang Amerika tidak datang ke sini karena mereka menyukai keindahan mata Yahudi kami. Mereka punya kepentingan masing-masing, dan begitu kepentingan mereka berubah, kepentingan mereka akan hilang, dan kita akan kehilangan kemampuan untuk melindungi diri kita sendiri,” imbuh dia.
Feiglin sebelumnya berbicara kepada Channel 14 Israel, menuntut “pembakaran total” Gaza. Dia ingin Gaza berubah menjadi Dresden dan tidak ada satupun yang tersisa di wilayah kantong Palestina tersebut.
Feiglin adalah anggota lama Partai Likud, yang menantang Netanyahu untuk kepemimpinan partai pada tahun 2013, memenangkan 23% suara.
Dia adalah anggota Parlemen dari Partai Likud antara tahun 2013 hingga 2015, ketika dia keluar untuk memulai gerakannya sendiri, tetapi kembali ke partai tersebut pada tahun 2021.
Selama konflik tahun 2014 di Gaza, dia mengirimi Netanyahu proposal publik berisi 7 poin untuk menggusur semua warga Palestina dari daerah kantong tersebut dan melakukannya lagi pada tahun 2018.
Lihat Juga: Demonstran Anti-NATO dan Pro-Palestina Mengamuk di Kanada, Bakar Mobil hingga Obrak-abrik Toko
Anggota Parlemen dari Partai Likud itu mengatakan militer Israel harus meratakan Gaza dan mengusir semua warga Palestina di wilayah itu ke Mesir.
Berbicara kepada Israel News Network (INN), Feiglin menyesalkan bahwa 18 hari telah berlalu sejak serangan Hamas dan “kami masih belum membalas dendam, dengan cara yang alkitabiah...kami tidak segera membakar Gaza menjadi abu!”
"Tujuan langsung Israel adalah menghancurkan Gaza; di atas tanah dan terowongan bawah tanah. Baru kemudian kirim tentara masuk,” kata Feiglin kepada INN, yang seruannya itu kini viral di media sosial.
“Pastikan seluruh masyarakat Gaza lari ke Rafiah. Menciptakan krisis kemanusiaan yang luar biasa. Ratakan seluruh area, seperti yang Anda lakukan di Gush Katif dan Yamit,” imbuh dia, yang dilansir Kamis (26/10/2023).
"Jika kurang dari itu, kita akan dikalahkan, dan kita akan mendapatkan hal yang sama lagi dan lagi; bahkan dengan cara yang lebih buruk.”
Gush Katif adalah pemukiman di Gaza yang dihancurkan oleh pemerintahan Ariel Sharon pada tahun 2005 sebagai bagian dari penarikan diri dari wilayah tersebut.
Sedangkan Yamit adalah pemukiman di Sinai yang dibuldoser setelah perjanjian damai tahun 1982 mengembalikan wilayah tersebut ke Mesir.
Feiglin mengkritik keengganan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menginvasi Gaza sebagai tindakan yang menghancurkan oleh Israel.
Dia juga menuduh Netanyahu menjadikan Israel sebagai “republik pisang” Amerika.
“Pelukan orang Amerika adalah pelukan beruang,” kata Feiglin.
“Saya menghormati orang Amerika. Mereka seharusnya tidak berada di sini. Kita tidak boleh menerima bantuan apa pun dari mereka. Saya bahkan tidak bisa menggambarkan betapa besarnya bencana yang kita timbulkan pada diri kita sendiri, padahal satu-satunya alasan mengapa kita tidak bereaksi dalam 19 hari terakhir adalah karena Amerika," paparnya.
“Orang Amerika tidak datang ke sini karena mereka menyukai keindahan mata Yahudi kami. Mereka punya kepentingan masing-masing, dan begitu kepentingan mereka berubah, kepentingan mereka akan hilang, dan kita akan kehilangan kemampuan untuk melindungi diri kita sendiri,” imbuh dia.
Feiglin sebelumnya berbicara kepada Channel 14 Israel, menuntut “pembakaran total” Gaza. Dia ingin Gaza berubah menjadi Dresden dan tidak ada satupun yang tersisa di wilayah kantong Palestina tersebut.
Feiglin adalah anggota lama Partai Likud, yang menantang Netanyahu untuk kepemimpinan partai pada tahun 2013, memenangkan 23% suara.
Dia adalah anggota Parlemen dari Partai Likud antara tahun 2013 hingga 2015, ketika dia keluar untuk memulai gerakannya sendiri, tetapi kembali ke partai tersebut pada tahun 2021.
Selama konflik tahun 2014 di Gaza, dia mengirimi Netanyahu proposal publik berisi 7 poin untuk menggusur semua warga Palestina dari daerah kantong tersebut dan melakukannya lagi pada tahun 2018.
Lihat Juga: Demonstran Anti-NATO dan Pro-Palestina Mengamuk di Kanada, Bakar Mobil hingga Obrak-abrik Toko
(mas)