Buntut Insiden Selat Malaka, Angkatan Laut AS Umumkan Jeda Operasional
A
A
A
WASHINGTON - Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) mengumumkan jeda internasional untuk semua armadanya. Hal ini menyusul insiden tabrakan antara kapal perusak AS, USS John S McCain, dengan kapal dagang Singapura di Selat Malaka.
Dalam pengumumannya, Angkatan Laut AS juga memerintahkan peninjauan atas akar penyebab dari serangkaian insiden di laut.
"Ini adalah tabrakan kedua dalam tiga bulan, dan yang terakhir dalam serangkaian insiden di ruang operasi Pasifik. Tren ini menuntut tindakan yang lebih kuat," kata Chief of Naval Operations (CNO) Laksamana John Richardson.
"Dengan demikian, jeda operasional akan dilakukan di semua armada kita di seluruh dunia," sambungnya seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (22/8/2017).
Richardson lantas menjelaskan jika penghentian akan berlangsung antara 24 dan 48 jam, atas pertimbangan komandan armada individu.
Lima pelaut terluka dan 10 lainnya dilaporkan hilang setelah kapal perusak rudal USS John S. McCain bertabrakan dengan sebuah kapal tanker minyak di dekat Singapura pada hari Minggu malam. Kapal tersebut mengalami kerusakan yang signifikan pada lambung kapal dan harus dikandangkan untuk perbaikan.
Sebuah operasi pencarian dan penyelamatan internasional sedang dilakukan untuk menemukan pelaut yang hilang.
Richardson mengatakan tidak ada indikasi bahwa tabrakan itu disengaja. Sementara terkait perintah jeda operasional, Richardson mengatakan bahwa dia ingin komandan armada untuk bertemu dengan para pemimpin dan komandan mereka
"Ini untuk memastikan kita mengambil semua tindakan yang tepat dan segera untuk memastikan operasi yang aman dan terjamin di seluruh dunia," jelasnya.
Jeda operasional ini akan disertai dengan review CNO terhadap operasi Armada ke-7, selain penyelidikan atas insiden yang melibatkan Fitzgerald dan McCain yang sudah berlangsung.
Richardson telah mengarahkan Laksamana Philip Davidson, kepala Angkatan Armada Angkatan Laut, untuk memimpin peninjauan. Dia akan memiliki akses penuh ke Kantor Inspektur Jenderal Angkatan Laut dan tim sejumlah perwira dan personil non-Navy untuk membantu penyelidikan.
Menurut Richardson, tinjauan tersebut akan melihat pelatihan dan sertifikasi armada dalam operasi dan kemampuan perang, tren personil, perawatan dan peralatan, dan ulasan tentang "kemampuan taktis."
Sebelumnya pada bulan Juni, kapal perusak kelas Arleigh Burke lainnya, USS Fitzgerald, tertabrak oleh sebuah kapal kontainer berbendera Filipina sekitar 56 mil laut barat daya Yokosuka, Jepang. Tujuh pelaut tewas.
Baca Juga: Kapal Perang AS Tabrakan dengan Kapal Niaga Filipina, 7 Hilang
Dua belas anggota awak telah dihukum oleh Angkatan Laut atas insiden tersebut, termasuk komandan dan pejabat eksekutif Fitzgerald.
Baca Juga: Kapal Perang AS Tabrakan Mematikan di Jepang, Para Perwira Dihukum
Dalam pengumumannya, Angkatan Laut AS juga memerintahkan peninjauan atas akar penyebab dari serangkaian insiden di laut.
"Ini adalah tabrakan kedua dalam tiga bulan, dan yang terakhir dalam serangkaian insiden di ruang operasi Pasifik. Tren ini menuntut tindakan yang lebih kuat," kata Chief of Naval Operations (CNO) Laksamana John Richardson.
"Dengan demikian, jeda operasional akan dilakukan di semua armada kita di seluruh dunia," sambungnya seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (22/8/2017).
Richardson lantas menjelaskan jika penghentian akan berlangsung antara 24 dan 48 jam, atas pertimbangan komandan armada individu.
Lima pelaut terluka dan 10 lainnya dilaporkan hilang setelah kapal perusak rudal USS John S. McCain bertabrakan dengan sebuah kapal tanker minyak di dekat Singapura pada hari Minggu malam. Kapal tersebut mengalami kerusakan yang signifikan pada lambung kapal dan harus dikandangkan untuk perbaikan.
Sebuah operasi pencarian dan penyelamatan internasional sedang dilakukan untuk menemukan pelaut yang hilang.
Richardson mengatakan tidak ada indikasi bahwa tabrakan itu disengaja. Sementara terkait perintah jeda operasional, Richardson mengatakan bahwa dia ingin komandan armada untuk bertemu dengan para pemimpin dan komandan mereka
"Ini untuk memastikan kita mengambil semua tindakan yang tepat dan segera untuk memastikan operasi yang aman dan terjamin di seluruh dunia," jelasnya.
Jeda operasional ini akan disertai dengan review CNO terhadap operasi Armada ke-7, selain penyelidikan atas insiden yang melibatkan Fitzgerald dan McCain yang sudah berlangsung.
Richardson telah mengarahkan Laksamana Philip Davidson, kepala Angkatan Armada Angkatan Laut, untuk memimpin peninjauan. Dia akan memiliki akses penuh ke Kantor Inspektur Jenderal Angkatan Laut dan tim sejumlah perwira dan personil non-Navy untuk membantu penyelidikan.
Menurut Richardson, tinjauan tersebut akan melihat pelatihan dan sertifikasi armada dalam operasi dan kemampuan perang, tren personil, perawatan dan peralatan, dan ulasan tentang "kemampuan taktis."
Sebelumnya pada bulan Juni, kapal perusak kelas Arleigh Burke lainnya, USS Fitzgerald, tertabrak oleh sebuah kapal kontainer berbendera Filipina sekitar 56 mil laut barat daya Yokosuka, Jepang. Tujuh pelaut tewas.
Baca Juga: Kapal Perang AS Tabrakan dengan Kapal Niaga Filipina, 7 Hilang
Dua belas anggota awak telah dihukum oleh Angkatan Laut atas insiden tersebut, termasuk komandan dan pejabat eksekutif Fitzgerald.
Baca Juga: Kapal Perang AS Tabrakan Mematikan di Jepang, Para Perwira Dihukum
(ian)