Hak Paten Ungkap Skema Pengawasan Mendalam di China

Senin, 16 Oktober 2023 - 15:06 WIB
loading...
A A A
Perkembangan mencolok ini terutama terlihat sejak konsep "smart city" mulai diintegrasikan ke dalam Rencana Lima Tahun ke-13 yang dirancang Partai Komunis China pada Maret 2015.

Konsep Smart City China


Konsep smart city awalnya berakar di dunia Barat dan diperkenalkan ke China oleh IBM pada 2008. Gagasan ini merupakan perwujudan pemanfaatan teknologi berbasis internet untuk mengatasi tantangan perkotaan tertentu, yang mencakup aspek-aspek seperti manajemen lalu lintas dan pencegahan kejahatan. Dalam konteks China, gagasan smart city mengalami transformasi menjadi apa yang disebut "city brain”.

Namun, cakupan dan implikasi "city brain" melebihi apa yang ada di Barat. Evolusi di China ini digambarkan jauh lebih intrusif terhadap kehidupan masyarakat.

"City brain" bertujuan untuk membangun replika digital dari sebuah kota yang sebenarnya, sehingga setiap elemen lanskap perkotaan memiliki padanan digital yang sesuai, sehingga dapat diakses lembaga penegak hukum. Cakupan dari "city brain" ini meluas hingga ke ranah rumah pribadi, jauh melampaui batasan ruang publik dan komersial.

Di negara-negara Barat, sebagian besar smart city beroperasi sebagai inisiatif terisolasi, dengan fokus pada bidang-bidang seperti peraturan lalu lintas dan penerangan jalan yang "pintar."

Meski terkadang membantu aparat penegak hukum dalam menangani kasus-kasus kejahatan dengan kekerasan, inisiatif smart city tetap spesifik untuk suatu proyek. Sebaliknya, sebagaimana diuraikan dalam penelitian Wright, "city brain" di China menggabungkan beragam kumpulan data ke dalam satu sistem tunggal yang terpadu, sehingga memungkinkan pihak berwenang untuk segera mengakses kumpulan informasi komprehensif.

Selama ini, China membanggakan sistem pengawasannya, yang dapat memproses gabungan rekaman kamera CCTV selama 16 jam hanya dalam kurun waktu satu menit.

Cakupan pemantauan yang terus berkembang di China, seperti terlihat dari lanskap permohonan paten yang terus berkembang di sana, menunjukkan arah menuju peningkatan totalisme dan analisis yang cepat serta mendalam.

Studi Wright menggarisbawahi bahwa tren ini menimbulkan risiko terhadap hak asasi manusia, terutama pada kasus-kasus seperti pengalaman etnis Uighur, di mana kamera pengenal wajah telah memperburuk diskriminasi rasial sehingga menimbulkan kekhawatiran serius.

Dalam analisisnya, Wright berpendapat bahwa sifat pengawasan smart city atau city brain di China ada di mana-mana dan terikat secara geografis. Menurutnya, sistem pengawasan ini sama berbahayanya, atau bahkan lebih berbahaya, dari skema pengawasan online konvensional.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0834 seconds (0.1#10.140)