Pesawat Pertama yang Bawa Amunisi AS Mendarat di Israel
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Pesawat pertama yang membawa amunisi dari Amerika Serikat (AS) untuk serangan Israel di Jalur Gaza telah mendarat di negara Zionis itu. Bantuan amunisi dari AS ini datang saat ratusan ribu tentara Israel berkumpul untuk kemungkinan melakukan serangan darat di daerah kantong yang terkepung tersebut.
Pengumuman pada hari Rabu (11/10/2023) ini muncul setelah AS mengatakan akan mengirimkan pasokan baru berupa pertahanan udara, amunisi dan bantuan keamanan lainnya kepada sekutunya itu untuk memerangi Hamas.
Selain amunisi, AS juga diyakini akan menyediakan lebih banyak rudal pencegat ke Israel untuk mengisi kembali Iron Dome-nya. Dalam beberapa hari terakhir, rentetan roket dari Gaza telah mengenai beberapa sasaran di Israel, menghindari sistem pertahanan udara yang sangat dibanggakan itu seperti dikutip dari Al Jazeera.
Israel adalah penerima bantuan militer AS dalam jangka panjang dan menikmati aliran dukungan keuangan Amerika.
Washington pada tahun 2016 setuju untuk memberikan bantuan militer senilai USD38 miliar kepada Tel Aviv selama 10 tahun, yang merupakan paket bantuan militer terbesar yang pernah diberikan kepada satu negara.
Dalam fase konflik saat ini, Israel membutuhkan senjata ringan untuk infanteri dan pencegat pertahanan udaranya guna melindungi infrastruktur sipil serta pusat komando dan kendali militernya.
Hanya beberapa jam sebelum pengumuman bantuan militer terbaru, Presiden AS Joe Biden menegaskan kembali dukungannya untuk Israel, menggambarkan serangan Hamas pada hari Sabtu sebagai “tindakan yang sangat jahat”.
Biden juga memperingatkan mereka yang mungkin berusaha mengambil keuntungan dari situasi ini untuk menjauh, dengan mengatakan bahwa pasukan AS telah meningkatkan postur kekuatan militer di kawasan untuk memperkuat pencegahan.
Sebelumnya, Biden telah memerintahkan penempatan USS Gerald Ford, kapal induk terbesar di dunia, di dekat Israel.
Biden juga mengirim Menteri Luar Negeri Antony Blinken ke Israel, di mana diplomat tertinggi AS tersebut akan menyampaikan pesan solidaritas dan dukungan, kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller.
Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan mengatakan Washington juga sedang berbicara dengan Israel dan Mesir mengenai gagasan menciptakan jalan yang aman bagi warga sipil untuk keluar dari Gaza, termasuk warga Amerika Palestina.
Dukungan Washington muncul ketika Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berjanji untuk meningkatkan perang melawan Hamas dengan serangan darat.
“Kami memulai serangan dari udara, nanti kami juga akan menyerang dari darat,” kata Gallant kepada pasukan Israel di dekat pagar Gaza, kantor berita Reuters melaporkan.
“Kami telah mengendalikan daerah itu sejak hari kedua dan kami melakukan serangan. Ini hanya akan semakin intensif,” imbuhnya.
“Hamas menginginkan perubahan dan mereka akan mewujudkannya,” tambahnya. “Apa yang dulu ada di Gaza tidak akan ada lagi,” tegasnya.
Jonathan Conricus, juru bicara militer Israel, juga mengatakan dalam sebuah postingan di media sosial bahwa ratusan ribu tentara berkumpul di dekat Jalur Gaza untuk berperang dengan Hamas.
“Apa yang kami lakukan di daerah dekat Jalur Gaza ini adalah kami telah mengerahkan… infanteri kami, tentara lapis baja, korps artileri kami dan banyak tentara cadangan lainnya – berjumlah 300.000 – di brigade dan divisi yang berbeda dan mereka sekarang dekat dengan Jalur Gaza, bersiap untuk melaksanakan misi … yang telah diberikan kepada kita oleh pemerintah Israel,” kata Conricus dalam video yang diposting di platform media sosial X, dulu Twitter.
“Dan hal ini untuk memastikan bahwa Hamas, pada akhir perang ini, tidak memiliki kemampuan militer yang dapat mereka gunakan untuk mengancam atau membunuh warga sipil Israel,” tukasnya.
Pengumuman pada hari Rabu (11/10/2023) ini muncul setelah AS mengatakan akan mengirimkan pasokan baru berupa pertahanan udara, amunisi dan bantuan keamanan lainnya kepada sekutunya itu untuk memerangi Hamas.
Selain amunisi, AS juga diyakini akan menyediakan lebih banyak rudal pencegat ke Israel untuk mengisi kembali Iron Dome-nya. Dalam beberapa hari terakhir, rentetan roket dari Gaza telah mengenai beberapa sasaran di Israel, menghindari sistem pertahanan udara yang sangat dibanggakan itu seperti dikutip dari Al Jazeera.
Israel adalah penerima bantuan militer AS dalam jangka panjang dan menikmati aliran dukungan keuangan Amerika.
Washington pada tahun 2016 setuju untuk memberikan bantuan militer senilai USD38 miliar kepada Tel Aviv selama 10 tahun, yang merupakan paket bantuan militer terbesar yang pernah diberikan kepada satu negara.
Dalam fase konflik saat ini, Israel membutuhkan senjata ringan untuk infanteri dan pencegat pertahanan udaranya guna melindungi infrastruktur sipil serta pusat komando dan kendali militernya.
Hanya beberapa jam sebelum pengumuman bantuan militer terbaru, Presiden AS Joe Biden menegaskan kembali dukungannya untuk Israel, menggambarkan serangan Hamas pada hari Sabtu sebagai “tindakan yang sangat jahat”.
Biden juga memperingatkan mereka yang mungkin berusaha mengambil keuntungan dari situasi ini untuk menjauh, dengan mengatakan bahwa pasukan AS telah meningkatkan postur kekuatan militer di kawasan untuk memperkuat pencegahan.
Sebelumnya, Biden telah memerintahkan penempatan USS Gerald Ford, kapal induk terbesar di dunia, di dekat Israel.
Biden juga mengirim Menteri Luar Negeri Antony Blinken ke Israel, di mana diplomat tertinggi AS tersebut akan menyampaikan pesan solidaritas dan dukungan, kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller.
Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan mengatakan Washington juga sedang berbicara dengan Israel dan Mesir mengenai gagasan menciptakan jalan yang aman bagi warga sipil untuk keluar dari Gaza, termasuk warga Amerika Palestina.
Dukungan Washington muncul ketika Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berjanji untuk meningkatkan perang melawan Hamas dengan serangan darat.
“Kami memulai serangan dari udara, nanti kami juga akan menyerang dari darat,” kata Gallant kepada pasukan Israel di dekat pagar Gaza, kantor berita Reuters melaporkan.
“Kami telah mengendalikan daerah itu sejak hari kedua dan kami melakukan serangan. Ini hanya akan semakin intensif,” imbuhnya.
“Hamas menginginkan perubahan dan mereka akan mewujudkannya,” tambahnya. “Apa yang dulu ada di Gaza tidak akan ada lagi,” tegasnya.
Jonathan Conricus, juru bicara militer Israel, juga mengatakan dalam sebuah postingan di media sosial bahwa ratusan ribu tentara berkumpul di dekat Jalur Gaza untuk berperang dengan Hamas.
“Apa yang kami lakukan di daerah dekat Jalur Gaza ini adalah kami telah mengerahkan… infanteri kami, tentara lapis baja, korps artileri kami dan banyak tentara cadangan lainnya – berjumlah 300.000 – di brigade dan divisi yang berbeda dan mereka sekarang dekat dengan Jalur Gaza, bersiap untuk melaksanakan misi … yang telah diberikan kepada kita oleh pemerintah Israel,” kata Conricus dalam video yang diposting di platform media sosial X, dulu Twitter.
“Dan hal ini untuk memastikan bahwa Hamas, pada akhir perang ini, tidak memiliki kemampuan militer yang dapat mereka gunakan untuk mengancam atau membunuh warga sipil Israel,” tukasnya.
(ian)