Putin Blak-blakan Soal Tingkah Armenia dan Eksodus Besar-besaran dari Nagorno-Karabakh
loading...
A
A
A
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin menjelaskan Kremlin telah mengusulkan kompromi kepada Armenia mengenai Nagorno-Karabakh, tetapi Yerevan memilih “mengambil jalannya sendiri” yang mengakibatkan eksodus etnis Armenia dari wilayah yang sekarang dikuasai Azerbaijan.
“Segala sesuatu yang terjadi baru-baru ini, selama 2-3 minggu terakhir, blokade koridor Lachin dan sebagainya, semua ini tidak dapat dihindari setelah pengakuan kedaulatan Azerbaijan atas (Nagorno) Karabakh oleh (Armenia),” papar Putin pada pertemuan ke-20 Klub Diskusi Internasional Valdai di Sochi, Kamis (5/10/2023).
“Kapan dan dengan cara apa Azerbaijan akan menguasai wilayah tersebut berdasarkan konstitusinya, hanyalah masalah waktu saja,” ujar presiden Rusia.
Pasukan Azerbaijan menguasai Nagorno-Karabakh bulan lalu. Lebih dari 100.000 etnis Armenia, atau lebih dari 90% populasi wilayah tersebut, telah melarikan diri ke Armenia.
Perdana Menteri (PM) Armenia Nikol Pashinyan berusaha menangkis kritik dengan menyalahkan Rusia atas apa yang terjadi, hal yang juga diamini Ketua Dewan Eropa Charles Michel.
Pada Kamis, Putin menolak sindiran tersebut, dengan menggunakan pepatah populer yang membandingkan Michel dengan “sapi yang melenguh padahal seharusnya diam.”
Presiden Rusia mengingatkan hadirin di Valdai bahwa Yerevan secara eksplisit menyerahkan wilayah tersebut ke Baku pada pertemuan yang diselenggarakan Michel.
Pashinyan menandatangani perjanjian mengenai hal tersebut pada Oktober 2022 di Praha, menurut pemimpin Rusia tersebut, dan kemudian menegaskannya kembali di Brussels awal tahun ini.
“Ngomong-ngomong, tidak ada yang memberi tahu kami tentang hal ini, saya pribadi mengetahuinya dari media,” ujar Putin.
Meskipun Azerbaijan selalu bersikeras Karabakh adalah bagian dari wilayahnya, Armenia tidak pernah mengakui deklarasi kemerdekaan di wilayah tersebut, yang oleh Putin digambarkan sebagai hal yang “aneh.”
“Apa pun yang terjadi, Michel dan rekan-rekan Uni Eropa setidaknya harus memikirkan nasib etnis Armenia sebelum membujuk Pashinyan agar menyerahkan wilayah tersebut,” ujar Putin.
“Mereka setidaknya harus menguraikan nasib orang-orang Armenia di Karabakh, semacam prosedur integrasi Karabakh ke dalam negara Azerbaijan, terkait dengan menjamin keamanan dan hak-hak mereka. Tapi tidak ada hal semacam itu di sana, yang ada hanya ‘Karabakh adalah bagian dari Azerbaijan’,” ungkap presiden Rusia tersebut.
Putin menegaskan, “Apa yang bisa kami lakukan jika Armenia sendiri yang memutuskan demikian?”
Nagorno-Karabakh memproklamasikan kemerdekaan pada awal tahun 1990-an. Gencatan senjata yang ditengahi Moskow pada 1994 membekukan konflik dengan etnis Armenia yang menguasai sebagian besar wilayah otonom, serta beberapa wilayah sekitar Azerbaijan.
Putin mencatat selama 15 tahun, Moskow telah mendesak Yerevan untuk melakukan semacam kompromi dengan Baku dengan mengembalikan sebagian wilayah tersebut dan mempertahankan sebagian Karabakh.
“Kami bilang kepada mereka, dengar, Azerbaijan sedang berkembang, ekonominya berkembang, negara ini adalah produsen minyak dengan sepuluh juta penduduk. Mari kita bandingkan potensinya. Anda perlu berkompromi selagi itu masih memungkinkan,” ungkap dia.
Yerevan akhirnya menyerahkan wilayah tersebut pada 2020, setelah operasi militer Azerbaijan memutuskan jalan utama yang menghubungkan Karabakh ke Armenia.
“Armenia tetap menjadi sekutu kami dan Rusia bermaksud untuk terus memberikan bantuan kemanusiaan, medis, dan bantuan lainnya kepada orang-orang yang mengungsi dari Nagorno-Karabakh,” ungkap Putin.
Dia menambahkan, “Kita perlu mengatasi nasib mereka dari perspektif jangka panjang.”
Lihat Juga: Sedang Perang Lawan Rusia, Zelensky Justru Pecat Banyak Diplomat Termasuk Dubes Ukraina di Indonesia
“Segala sesuatu yang terjadi baru-baru ini, selama 2-3 minggu terakhir, blokade koridor Lachin dan sebagainya, semua ini tidak dapat dihindari setelah pengakuan kedaulatan Azerbaijan atas (Nagorno) Karabakh oleh (Armenia),” papar Putin pada pertemuan ke-20 Klub Diskusi Internasional Valdai di Sochi, Kamis (5/10/2023).
“Kapan dan dengan cara apa Azerbaijan akan menguasai wilayah tersebut berdasarkan konstitusinya, hanyalah masalah waktu saja,” ujar presiden Rusia.
Pasukan Azerbaijan menguasai Nagorno-Karabakh bulan lalu. Lebih dari 100.000 etnis Armenia, atau lebih dari 90% populasi wilayah tersebut, telah melarikan diri ke Armenia.
Perdana Menteri (PM) Armenia Nikol Pashinyan berusaha menangkis kritik dengan menyalahkan Rusia atas apa yang terjadi, hal yang juga diamini Ketua Dewan Eropa Charles Michel.
Pada Kamis, Putin menolak sindiran tersebut, dengan menggunakan pepatah populer yang membandingkan Michel dengan “sapi yang melenguh padahal seharusnya diam.”
Presiden Rusia mengingatkan hadirin di Valdai bahwa Yerevan secara eksplisit menyerahkan wilayah tersebut ke Baku pada pertemuan yang diselenggarakan Michel.
Pashinyan menandatangani perjanjian mengenai hal tersebut pada Oktober 2022 di Praha, menurut pemimpin Rusia tersebut, dan kemudian menegaskannya kembali di Brussels awal tahun ini.
“Ngomong-ngomong, tidak ada yang memberi tahu kami tentang hal ini, saya pribadi mengetahuinya dari media,” ujar Putin.
Baca Juga
Meskipun Azerbaijan selalu bersikeras Karabakh adalah bagian dari wilayahnya, Armenia tidak pernah mengakui deklarasi kemerdekaan di wilayah tersebut, yang oleh Putin digambarkan sebagai hal yang “aneh.”
“Apa pun yang terjadi, Michel dan rekan-rekan Uni Eropa setidaknya harus memikirkan nasib etnis Armenia sebelum membujuk Pashinyan agar menyerahkan wilayah tersebut,” ujar Putin.
“Mereka setidaknya harus menguraikan nasib orang-orang Armenia di Karabakh, semacam prosedur integrasi Karabakh ke dalam negara Azerbaijan, terkait dengan menjamin keamanan dan hak-hak mereka. Tapi tidak ada hal semacam itu di sana, yang ada hanya ‘Karabakh adalah bagian dari Azerbaijan’,” ungkap presiden Rusia tersebut.
Putin menegaskan, “Apa yang bisa kami lakukan jika Armenia sendiri yang memutuskan demikian?”
Nagorno-Karabakh memproklamasikan kemerdekaan pada awal tahun 1990-an. Gencatan senjata yang ditengahi Moskow pada 1994 membekukan konflik dengan etnis Armenia yang menguasai sebagian besar wilayah otonom, serta beberapa wilayah sekitar Azerbaijan.
Putin mencatat selama 15 tahun, Moskow telah mendesak Yerevan untuk melakukan semacam kompromi dengan Baku dengan mengembalikan sebagian wilayah tersebut dan mempertahankan sebagian Karabakh.
“Kami bilang kepada mereka, dengar, Azerbaijan sedang berkembang, ekonominya berkembang, negara ini adalah produsen minyak dengan sepuluh juta penduduk. Mari kita bandingkan potensinya. Anda perlu berkompromi selagi itu masih memungkinkan,” ungkap dia.
Yerevan akhirnya menyerahkan wilayah tersebut pada 2020, setelah operasi militer Azerbaijan memutuskan jalan utama yang menghubungkan Karabakh ke Armenia.
“Armenia tetap menjadi sekutu kami dan Rusia bermaksud untuk terus memberikan bantuan kemanusiaan, medis, dan bantuan lainnya kepada orang-orang yang mengungsi dari Nagorno-Karabakh,” ungkap Putin.
Dia menambahkan, “Kita perlu mengatasi nasib mereka dari perspektif jangka panjang.”
Lihat Juga: Sedang Perang Lawan Rusia, Zelensky Justru Pecat Banyak Diplomat Termasuk Dubes Ukraina di Indonesia
(sya)