Setelah Dipasang Rudal Python-5, Jet F-16 Singapura Dilengkapi Radar Tercanggih
loading...
A
A
A
SINGAPURA - Jet tempur F-16 Angkatan Udara Republik Singapura (RSAF) telah ditingkatkan untuk meningkatkan kemampuan mereka dan menjaganya tetap siap operasional hingga pertengahan tahun 2030-an.
Demikian ditegaskan Kementerian Pertahanan (MINDEF). Kemampuan yang ditingkatkan ini termasuk Radar Active Electronically Scanned Array (AESA) yang memungkinkan F-16 melacak dan menyerang beberapa target dari jarak jauh, serta kemampuan serangan darat segala cuaca yang memungkinkannya menyerang target dengan lebih mampu. amunisi presisi.
Pada tahun 2019, Singapura pertama kali mengumumkan akan membeli empat jet tempur F-35B untuk pengujian lengkap dengan opsi delapan unit lagi. F-35 akan menggantikan armada F-16 RSAF yang sudah tua, yang mulai beroperasi pada tahun 1998 dan akan menjadi usang setelah tahun 2030.
Peningkatan F-16 dimulai pada tahun 2016, dan peningkatan dilakukan secara bertahap pada tahun-tahun berikutnya.
Selain AESA, beberapa upgrade terbaru untuk armada F-16 termasuk Joint Helm Mounted Cueing System, di mana pilot akan dilengkapi dengan kemampuan off-boresight tinggi “first-look, first-shoot”. Hal ini memungkinkan pilot mengarahkan senjatanya ke sasaran hanya dengan mengarahkan kepalanya ke arah sasaran.
Sistem ini juga memberi pilot gambaran umum data termasuk kecepatan udara, ketinggian dan jangkauan target, tanpa perlu melihat ke dalam kokpit selama pertempuran udara.
Peningkatan baru ini juga akan melengkapi jet tersebut dengan rudal udara-ke-udara modern seperti rudal Python-5, yang memungkinkannya menghadapi spektrum ancaman udara yang luas untuk meningkatkan tingkat kematian dan kemampuan bertahan hidup.
Dengan sistem amunisi Udara-ke-Tanah yang baru, jet F-16 juga dapat menyerang sasaran dengan akurasi lebih tinggi baik dalam kondisi siang maupun malam hari menggunakan amunisi seperti Laser Joint Direct Attack Munition.
Dalam lingkungan pertempuran udara yang bergerak cepat, F-16 yang ditingkatkan juga akan mampu memfasilitasi pertukaran informasi melalui kemampuan datalink Link-16 yang baru, yang memungkinkan berbagi informasi target dengan pesawat lain dan pasukan darat. Hal ini dapat mencegah penargetan ganda dan penggunaan senjata secara berlebihan.
Terakhir, rangkaian Electronic Warfare dari armada yang ditingkatkan ini dapat mendeteksi, mengidentifikasi, dan melawan ancaman yang ditimbulkan oleh musuh menggunakan sistem dukungan dan penanggulangan elektronik terintegrasi yang terdiri dari penerima peringatan, radar jammer, dan dispenser sekam/suar.
“Dengan kemampuan baru dan canggih ini, F-16 yang ditingkatkan akan memastikan kesiapan operasional dan kemampuan RSAF untuk mempertahankan langit Singapura hingga pertengahan tahun 2030-an,” demikian ungkap MINDEF, dilansir CNA.
Sementara itu, empat F-35B RSAF, yang diperkirakan akan dikirim sekitar tahun 2026, pertama-tama akan dikerahkan di benua Amerika Serikat untuk pelatihan dan evaluasi guna menentukan kemampuan dan integrasinya dengan sistem perang Angkatan Bersenjata Singapura lainnya.
Demikian ditegaskan Kementerian Pertahanan (MINDEF). Kemampuan yang ditingkatkan ini termasuk Radar Active Electronically Scanned Array (AESA) yang memungkinkan F-16 melacak dan menyerang beberapa target dari jarak jauh, serta kemampuan serangan darat segala cuaca yang memungkinkannya menyerang target dengan lebih mampu. amunisi presisi.
Pada tahun 2019, Singapura pertama kali mengumumkan akan membeli empat jet tempur F-35B untuk pengujian lengkap dengan opsi delapan unit lagi. F-35 akan menggantikan armada F-16 RSAF yang sudah tua, yang mulai beroperasi pada tahun 1998 dan akan menjadi usang setelah tahun 2030.
Peningkatan F-16 dimulai pada tahun 2016, dan peningkatan dilakukan secara bertahap pada tahun-tahun berikutnya.
Selain AESA, beberapa upgrade terbaru untuk armada F-16 termasuk Joint Helm Mounted Cueing System, di mana pilot akan dilengkapi dengan kemampuan off-boresight tinggi “first-look, first-shoot”. Hal ini memungkinkan pilot mengarahkan senjatanya ke sasaran hanya dengan mengarahkan kepalanya ke arah sasaran.
Sistem ini juga memberi pilot gambaran umum data termasuk kecepatan udara, ketinggian dan jangkauan target, tanpa perlu melihat ke dalam kokpit selama pertempuran udara.
Peningkatan baru ini juga akan melengkapi jet tersebut dengan rudal udara-ke-udara modern seperti rudal Python-5, yang memungkinkannya menghadapi spektrum ancaman udara yang luas untuk meningkatkan tingkat kematian dan kemampuan bertahan hidup.
Dengan sistem amunisi Udara-ke-Tanah yang baru, jet F-16 juga dapat menyerang sasaran dengan akurasi lebih tinggi baik dalam kondisi siang maupun malam hari menggunakan amunisi seperti Laser Joint Direct Attack Munition.
Dalam lingkungan pertempuran udara yang bergerak cepat, F-16 yang ditingkatkan juga akan mampu memfasilitasi pertukaran informasi melalui kemampuan datalink Link-16 yang baru, yang memungkinkan berbagi informasi target dengan pesawat lain dan pasukan darat. Hal ini dapat mencegah penargetan ganda dan penggunaan senjata secara berlebihan.
Terakhir, rangkaian Electronic Warfare dari armada yang ditingkatkan ini dapat mendeteksi, mengidentifikasi, dan melawan ancaman yang ditimbulkan oleh musuh menggunakan sistem dukungan dan penanggulangan elektronik terintegrasi yang terdiri dari penerima peringatan, radar jammer, dan dispenser sekam/suar.
“Dengan kemampuan baru dan canggih ini, F-16 yang ditingkatkan akan memastikan kesiapan operasional dan kemampuan RSAF untuk mempertahankan langit Singapura hingga pertengahan tahun 2030-an,” demikian ungkap MINDEF, dilansir CNA.
Sementara itu, empat F-35B RSAF, yang diperkirakan akan dikirim sekitar tahun 2026, pertama-tama akan dikerahkan di benua Amerika Serikat untuk pelatihan dan evaluasi guna menentukan kemampuan dan integrasinya dengan sistem perang Angkatan Bersenjata Singapura lainnya.
(ahm)