Pria Arab Berumur 25 Tahun Ditembak Mati di Israel, Korban Tewas ke-179 Tahun Ini
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Seorang warga Palestina Israel berusia 25 tahun ditembak mati di desa Musmus, dekat Umm Al-Fahm, di Israel, menurut laporan Haaretz.
Korban bernama Mohammad Agbarya dinyatakan meninggal dunia di Haemek Medical Center di Afula setelah dipindahkan paramedis dari Simpang Musmus.
Selain itu, orang lain, yang mengalami serangan kecemasan setelah kejadian tersebut, juga dibawa ke rumah sakit untuk evaluasi dan perawatan medis.
Menurut Haaretz, divisi kejahatan besar Lahav 433 kepolisian Israel sedang mencari tersangka dan telah meluncurkan penyelidikan yang sedang berlangsung.
Peristiwa ini terjadi setelah Yahya (28 tahun) dan saudara laki-lakinya, Omar Saadi (23 tahun) ditembak mati awal bulan ini di dalam mobil mereka di kebun zaitun dekat kota Arab Abu Snan, di wilayah utara Galilea.
Masyarakat Arab menyalahkan otoritas pendudukan Israel, yaitu Polisi Israel, karena tidak mengambil tindakan untuk memerangi meningkatnya kejahatan.
Oleh karena itu, mereka melakukan protes di luar kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terhadap “keterlibatan” pasukan Israel dalam meningkatnya angka pembunuhan di kota-kota Arab.
Protes diadakan pada Juli di Umm Al-Fahm, Wai Ara, Tamra dan daerah lainnya, dengan plakat bertuliskan, “Darah orang Arab tidak murah.”
Selain itu, pemogokan umum diadakan bulan ini di kota-kota Arab di Israel untuk memprotes lonjakan kejahatan yang telah mengakibatkan kematian lebih dari 170 warga Palestina di Israel sepanjang tahun ini.
Catatan Haaretz menunjukkan 179 warga Palestina di Israel telah kehilangan nyawa mereka tahun ini, dengan peningkatan jumlah kematian yang signifikan pada Juli.
Warga Palestina di Israel menghadapi diskriminasi sistematis dan diperlakukan sebagai warga negara kelas dua dibandingkan dengan warga Yahudi.
Banyak kelompok hak asasi manusia mengecam kebijakan Israel terhadap orang-orang Arab sebagai bentuk apartheid modern, di mana orang-orang Arab menderita diskriminasi rasial dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan layanan kesehatan.
Korban bernama Mohammad Agbarya dinyatakan meninggal dunia di Haemek Medical Center di Afula setelah dipindahkan paramedis dari Simpang Musmus.
Selain itu, orang lain, yang mengalami serangan kecemasan setelah kejadian tersebut, juga dibawa ke rumah sakit untuk evaluasi dan perawatan medis.
Menurut Haaretz, divisi kejahatan besar Lahav 433 kepolisian Israel sedang mencari tersangka dan telah meluncurkan penyelidikan yang sedang berlangsung.
Peristiwa ini terjadi setelah Yahya (28 tahun) dan saudara laki-lakinya, Omar Saadi (23 tahun) ditembak mati awal bulan ini di dalam mobil mereka di kebun zaitun dekat kota Arab Abu Snan, di wilayah utara Galilea.
Masyarakat Arab menyalahkan otoritas pendudukan Israel, yaitu Polisi Israel, karena tidak mengambil tindakan untuk memerangi meningkatnya kejahatan.
Oleh karena itu, mereka melakukan protes di luar kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terhadap “keterlibatan” pasukan Israel dalam meningkatnya angka pembunuhan di kota-kota Arab.
Protes diadakan pada Juli di Umm Al-Fahm, Wai Ara, Tamra dan daerah lainnya, dengan plakat bertuliskan, “Darah orang Arab tidak murah.”
Selain itu, pemogokan umum diadakan bulan ini di kota-kota Arab di Israel untuk memprotes lonjakan kejahatan yang telah mengakibatkan kematian lebih dari 170 warga Palestina di Israel sepanjang tahun ini.
Catatan Haaretz menunjukkan 179 warga Palestina di Israel telah kehilangan nyawa mereka tahun ini, dengan peningkatan jumlah kematian yang signifikan pada Juli.
Warga Palestina di Israel menghadapi diskriminasi sistematis dan diperlakukan sebagai warga negara kelas dua dibandingkan dengan warga Yahudi.
Banyak kelompok hak asasi manusia mengecam kebijakan Israel terhadap orang-orang Arab sebagai bentuk apartheid modern, di mana orang-orang Arab menderita diskriminasi rasial dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan layanan kesehatan.
(sya)