Setelah Memorak-porandakan Libya, Badai Daniel Terjang Jalur Gaza
loading...
A
A
A
YERUSALEM - Badai Daniel, badai mematikan yang sejauh ini mendatangkan malapetaka di Libya dan wilayah Afrika Utara, juga melanda Jalur Gaza pada Rabu (13/9/2023). Seperti di Libya, badai tersebut juga menyebabkan banjir di beberapa rumah dan jalan di wilayah utara wilayah kantong pantai yang terkepung itu.
Selama lebih dari tujuh jam, Jalur Gaza dilanda hujan lebat dan guntur.
Warga sekitar mengunggah beberapa video di akun media sosial, banyak di antaranya menggambarkan rumah-rumah yang terendam banjir akibat hujan.
Pertahanan Sipil yang dikelola Hamas mengatakan bahwa timnya menangani lebih dari 17 misi.
"Setidaknya 13 rumah terendam sebagian akibat curah hujan, yang memaksa penghuninya mengungsi," kata Pertahanan Sipil seperti dikutip dari The New Arab.
Ribuan orang di Libya kehilangan nyawa dan banyak lagi yang hilang setelah bencana banjir yang disebabkan oleh Badai Daniel pada Minggu lalu.
Ini adalah bencana alam terburuk di Libya selama 40 tahun terakhir dan badai yang terjadi secara tiba-tiba ini telah menimbulkan pertanyaan yang tak terelakkan mengenai peran perubahan iklim.
Ketika air banjir melonjak, dua bendungan runtuh, mengirimkan aliran deras ke kota Derna, dan menimbulkan dampak yang menghancurkan. Seperempat kota hancur dan beberapa kota lain di timur laut Libya juga terkena dampaknya.
Sejak kejadian tersebut, penduduk setempat di Gaza juga menyampaikan belasungkawa dan dukungan kepada Libya melalui ribuan video pendek yang diposting di berbagai platform media.
Mohammed Ahmed, seorang warga yang tinggal di Gaza menyampaikan belasungkawa yang hangat kepada rakyat Libya.
"Saya tidak pernah membayangkan menyaksikan bencana seperti ini di Libya," katanya.
Berbicara kepada The New Arab, ayah enam anak berusia 39 tahun ini mengatakan: “Saya sangat terkejut dengan kehancuran di Libya dan banyaknya korban jiwa dan rumah. Memang benar kita hidup di daerah yang diblokade, namun kami semua (warga Palestina) siap berangkat ke Libya dan membantu menyelamatkan para korban."
Hala al-Naqa, seorang wanita yang tinggal di Jalur Gaza, juga menyampaikan belasungkawanya kepada Libya dan Maroko, yang menderita akibat gempa bumi dahsyat pekan lalu yang menyebabkan ratusan orang tewas dan ribuan lainnya masih hilang.
“Saya pikir ini adalah pesan dari Tuhan kepada semua pemimpin dan presiden Arab bahwa mereka tidak bisa terus berkuasa selama alam masih bisa menentukan pilihannya,” kata ibu enam anak berusia 46 tahun itu kepada The New Arab.
“Lebih baik bagi para pemimpin Arab untuk meningkatkan staf sains mereka untuk negaranya daripada terlibat dalam konflik internal yang akan menambah penderitaan penduduk,” tukasnya.
Selama lebih dari tujuh jam, Jalur Gaza dilanda hujan lebat dan guntur.
Warga sekitar mengunggah beberapa video di akun media sosial, banyak di antaranya menggambarkan rumah-rumah yang terendam banjir akibat hujan.
Pertahanan Sipil yang dikelola Hamas mengatakan bahwa timnya menangani lebih dari 17 misi.
"Setidaknya 13 rumah terendam sebagian akibat curah hujan, yang memaksa penghuninya mengungsi," kata Pertahanan Sipil seperti dikutip dari The New Arab.
Ribuan orang di Libya kehilangan nyawa dan banyak lagi yang hilang setelah bencana banjir yang disebabkan oleh Badai Daniel pada Minggu lalu.
Ini adalah bencana alam terburuk di Libya selama 40 tahun terakhir dan badai yang terjadi secara tiba-tiba ini telah menimbulkan pertanyaan yang tak terelakkan mengenai peran perubahan iklim.
Ketika air banjir melonjak, dua bendungan runtuh, mengirimkan aliran deras ke kota Derna, dan menimbulkan dampak yang menghancurkan. Seperempat kota hancur dan beberapa kota lain di timur laut Libya juga terkena dampaknya.
Sejak kejadian tersebut, penduduk setempat di Gaza juga menyampaikan belasungkawa dan dukungan kepada Libya melalui ribuan video pendek yang diposting di berbagai platform media.
Mohammed Ahmed, seorang warga yang tinggal di Gaza menyampaikan belasungkawa yang hangat kepada rakyat Libya.
"Saya tidak pernah membayangkan menyaksikan bencana seperti ini di Libya," katanya.
Berbicara kepada The New Arab, ayah enam anak berusia 39 tahun ini mengatakan: “Saya sangat terkejut dengan kehancuran di Libya dan banyaknya korban jiwa dan rumah. Memang benar kita hidup di daerah yang diblokade, namun kami semua (warga Palestina) siap berangkat ke Libya dan membantu menyelamatkan para korban."
Hala al-Naqa, seorang wanita yang tinggal di Jalur Gaza, juga menyampaikan belasungkawanya kepada Libya dan Maroko, yang menderita akibat gempa bumi dahsyat pekan lalu yang menyebabkan ratusan orang tewas dan ribuan lainnya masih hilang.
“Saya pikir ini adalah pesan dari Tuhan kepada semua pemimpin dan presiden Arab bahwa mereka tidak bisa terus berkuasa selama alam masih bisa menentukan pilihannya,” kata ibu enam anak berusia 46 tahun itu kepada The New Arab.
“Lebih baik bagi para pemimpin Arab untuk meningkatkan staf sains mereka untuk negaranya daripada terlibat dalam konflik internal yang akan menambah penderitaan penduduk,” tukasnya.
(ian)