Jenderal AS: China Targetkan Tentara Amerika dalam Kampanye Eksploitasi

Sabtu, 09 September 2023 - 01:48 WIB
loading...
Jenderal AS: China Targetkan Tentara Amerika dalam Kampanye Eksploitasi
Jenderal Charles Q Brown Jr, calon Panglima Militer AS, sebut militer China targetkan tentara Amerika dalam kampanye eksploitasi. Foto/REUTERS
A A A
WASHINGTON - Seorang jenderal terkemuka Amerika Serikat (AS) mengatakan militer China menargetkan anggota aktif dan mantan anggota militer Amerika sebagai bagian dari kampanye eksploitasi.

Jenderal Charles Q Brown Jr, calon Panglima Militer AS, mengatakan kampanye eksploitasi itu untuk “mengisi kesenjangan” dalam kemampuan militer Beijing.

Dia merinci upaya rumit militer Beijing itu dalam memo Angkatan Udara Amerika yang didistribusikan pada hari Jumat (8/9/2023). Distribusi memo itu telah dikonfirmasi seorang pejabat Angkatan Udara kepada Fox News Digital.

Menurut memo Jenderal Brown, militer Beijing mendorong perusahaan-perusahaan internasional yang melakukan bisnis dengan China untuk menargetkan dan merekrut orang-orang berbakat militer yang dilatih oleh AS dan NATO di berbagai spesialisasi dan bidang karier.



“Dengan training pelatih, banyak dari mereka yang menerima kontrak dengan perusahaan-perusahaan asing ini mengikis keamanan nasional kita, sehingga membahayakan keselamatan rekan-rekan prajurit dan negara,” tulis Brown dalam memo tersebut, yang pertama kali dilaporkan oleh Washington Post.

Dia mendorong anggota militer Amerika untuk menjaga informasi pertahanan nasional bahkan setelah mereka meninggalkan angkatan bersenjata.

Seorang agen khusus di Kantor Investigasi Khusus Angkatan Udara mengatakan kepada Washington Post bahwa China telah berusaha mengeksploitasi orang Amerika melalui tawaran pekerjaan yang tampaknya tidak berbahaya.

Menurutnya, pilot AS dan veteran lain yang memiliki banyak keahlian dapat didekati secara langsung di acara-acara industri pertahanan dan ditawari peran ketika keahlian mereka dibutuhkan.

Pejabat tersebut mengutip mantan petugas pemeliharaan peralatan dirgantara dan petugas landing-signals sebagai contoh—pekerjaan yang memerlukan pengetahuan khusus untuk menangani peralatan dan memandu pilot serta pesawat mereka ke tempat yang aman.

Namun di balik tawaran pekerjaan ini terdapat perusahaan swasta yang dikendalikan oleh pemerintah China atau menjalin kontrak dengan Partai Komunis China.

Entitas-entitas ini mencari konsultan, penasihat, dan pelatih yang akan berbagi pengetahuan mereka tentang pekerjaan tersebut dan tanpa sadar memberikannya langsung kepada militer China.

Para pejabat AS khawatir bahwa anggota militer mungkin ragu-ragu untuk meninggalkan pekerjaan mereka bahkan setelah mereka mengetahui hubungannya dengan Beijing.

“Kami ingin memastikan bahwa masyarakat memahami: Jika hal tersebut terlihat terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, mungkin memang demikian,” imbuh salah seorang pejabat tersebut kepada Washington Post. Mereka menyebut kampanye eksploitasi itu “berbahaya".

Peringatan ini muncul beberapa hari setelah FBI dan Departemen Pertahanan dilaporkan melacak lebih dari 100 insiden warga negara China yang menyamar sebagai turis untuk mencoba memasuki pangkalan militer AS dan situs federal lainnya.

Mereka yang bertanggung jawab, yang disebut sebagai “pendobrak gerbang", berkisar dari warga negara China yang terdeteksi memasuki wilayah jangkauan rudal AS di New Mexico, hingga penyelam scuba yang tertangkap sedang berenang di perairan keruh dekat lokasi peluncuran roket pemerintah AS di Florida. Demikian diungkap beberapa pejabat AS baru-baru ini kepada The Wall Street Journal.

Tren yang berkembang ini mewakili potensi ancaman spionase, karena pihak berwenang yakin bahwa pemerintah China dalam beberapa kasus memaksa warga negaranya untuk ikut bertugas guna melakukan tes dan melaporkan kembali praktik keamanan di instalasi tersebut.

FBI mengatakan China merupakan ancaman kontra-intelijen jangka panjang terbesar terhadap informasi dan kekayaan intelektual Amerika.

“Pemerintah China terlibat dalam kampanye pencurian dan pengaruh jahat yang luas dan beragam tanpa memperhatikan hukum atau norma internasional yang tidak akan ditoleransi oleh FBI,” kata juru bicara FBI kepada Fox News Digital.

“Dalam koordinasi dengan mitra komunitas pertahanan dan intelijen kami, bersama dengan penegak hukum negara bagian dan lokal, FBI berkomitmen untuk melindungi informasi keamanan dan pertahanan nasional kami dari tindakan pemerintah China dan pada akhirnya, upaya mereka untuk melemahkan demokrasi kami dan mereka yang mempertahankannya," paparnya.
(mas)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1254 seconds (0.1#10.140)