Sekjen NATO: Ukraina Makin Dekat untuk Bergabung dengan NATO
loading...
A
A
A
KIEV - Sekjen NATO Jens Stoltenberg menegaskan bahwa Ukraina semakin dekat untuk bergabung dengan NATO. Dia Rusia “tidak dapat memveto” keanggotaan Ukraina di NATO di masa depan.
Pernyataan tersebut disampaikan Sekjen NATO pada Kamis (7/9/2023) di Parlemen Eropa, di mana ia memberi pengarahan kepada anggota Parlemen Eropa mengenai kerja sama antara blok militer pimpinan AS dan UE. Stoltenberg menegaskan bahwa kedua belah pihak “memiliki nilai-nilai [dan] tantangan yang sama.”
Sebagian dari pidatonya didedikasikan untuk apa yang ditawarkan NATO kepada Ukraina pada pertemuan puncak baru-baru ini di Lituania. Kiev tidak diberikan peta jalan menuju keanggotaan seperti yang diminta, namun dijanjikan lebih banyak bantuan militer, perwakilan melalui dewan yang baru dibentuk, dan kesempatan untuk melewatkan langkah yang biasanya harus dilewati oleh kandidat NATO.
“Dan tiga hal ini, interoperabilitas, Dewan NATO-Ukraina dan penghapusan persyaratan Rencana Aksi Keanggotaan untuk Ukraina, menunjukkan bahwa Ukraina belum pernah lebih dekat untuk menjadi anggota NATO dibandingkan saat ini,” kata Stoltenberg, dilansir RT.
Presiden AS Joe Biden mengatakan menjelang KTT NATO pada Juli bahwa Ukraina harus memenuhi persyaratan tertentu sebelum tawarannya diterima. Negara-negara anggota NATO juga mengesampingkan bergabungnya Ukraina sebelum konflik dengan Rusia diselesaikan.
Setelah kudeta yang didukung Barat pada tahun 2014 di Kiev, Ukraina menyatakan keanggotaan UE dan NATO sebagai prioritas kebijakan luar negerinya, dan memasukkan aspirasi ini ke dalam konstitusinya.
Sikap tersebut turut memicu ketegangan dengan Rusia, yang menganggap NATO sebagai organisasi yang bermusuhan dan selama beberapa dekade menolak ekspansi NATO di Eropa. Blok tersebut pertama kali berjanji bahwa Ukraina pada akhirnya akan menjadi anggota pada pertemuan puncak tahun 2008 di Bukares.
Rusia telah meminta agar Ukraina menjadi negara netral yang tidak menampung pasukan militer asing. Pada tahun 2021, Moskow berusaha untuk merundingkan pengaturan keamanan yang dapat mengatasi kekhawatirannya, dan menyerukan NATO untuk menarik infrastruktur militernya dari perbatasan Rusia dan menghentikan ekspansinya. Namun usulan tersebut ditolak.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut keterlibatan NATO di Ukraina sebagai salah satu alasan utama Moskow memulai operasi militernya melawan Kiev tahun lalu.
Berbicara kepada anggota parlemen Eropa, Stoltenberg menegaskan kembali posisi NATO bahwa “Rusia tidak dapat memveto keanggotaan negara merdeka berdaulat mana pun di Eropa.”
Pernyataan tersebut disampaikan Sekjen NATO pada Kamis (7/9/2023) di Parlemen Eropa, di mana ia memberi pengarahan kepada anggota Parlemen Eropa mengenai kerja sama antara blok militer pimpinan AS dan UE. Stoltenberg menegaskan bahwa kedua belah pihak “memiliki nilai-nilai [dan] tantangan yang sama.”
Sebagian dari pidatonya didedikasikan untuk apa yang ditawarkan NATO kepada Ukraina pada pertemuan puncak baru-baru ini di Lituania. Kiev tidak diberikan peta jalan menuju keanggotaan seperti yang diminta, namun dijanjikan lebih banyak bantuan militer, perwakilan melalui dewan yang baru dibentuk, dan kesempatan untuk melewatkan langkah yang biasanya harus dilewati oleh kandidat NATO.
“Dan tiga hal ini, interoperabilitas, Dewan NATO-Ukraina dan penghapusan persyaratan Rencana Aksi Keanggotaan untuk Ukraina, menunjukkan bahwa Ukraina belum pernah lebih dekat untuk menjadi anggota NATO dibandingkan saat ini,” kata Stoltenberg, dilansir RT.
Presiden AS Joe Biden mengatakan menjelang KTT NATO pada Juli bahwa Ukraina harus memenuhi persyaratan tertentu sebelum tawarannya diterima. Negara-negara anggota NATO juga mengesampingkan bergabungnya Ukraina sebelum konflik dengan Rusia diselesaikan.
Setelah kudeta yang didukung Barat pada tahun 2014 di Kiev, Ukraina menyatakan keanggotaan UE dan NATO sebagai prioritas kebijakan luar negerinya, dan memasukkan aspirasi ini ke dalam konstitusinya.
Sikap tersebut turut memicu ketegangan dengan Rusia, yang menganggap NATO sebagai organisasi yang bermusuhan dan selama beberapa dekade menolak ekspansi NATO di Eropa. Blok tersebut pertama kali berjanji bahwa Ukraina pada akhirnya akan menjadi anggota pada pertemuan puncak tahun 2008 di Bukares.
Rusia telah meminta agar Ukraina menjadi negara netral yang tidak menampung pasukan militer asing. Pada tahun 2021, Moskow berusaha untuk merundingkan pengaturan keamanan yang dapat mengatasi kekhawatirannya, dan menyerukan NATO untuk menarik infrastruktur militernya dari perbatasan Rusia dan menghentikan ekspansinya. Namun usulan tersebut ditolak.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut keterlibatan NATO di Ukraina sebagai salah satu alasan utama Moskow memulai operasi militernya melawan Kiev tahun lalu.
Berbicara kepada anggota parlemen Eropa, Stoltenberg menegaskan kembali posisi NATO bahwa “Rusia tidak dapat memveto keanggotaan negara merdeka berdaulat mana pun di Eropa.”
(ahm)