Sebut Kudeta Militer Family Affair, Oposisi Gabon Klaim Menangi Pemilu
loading...
A
A
A
LIBREVILLE - Kandidat presiden dari kelompok oposisi Gabon , Albert Ondo Ossa, telah mengklaim kemenangan dalam pemilihan presiden pada 26 Agustus lalu. Ia juga menolak kudeta yang terjadi pada hari Rabu lalu di negara Afrika tengah yang kaya minyak itu dan mengaku kecewa, menyebutnya sebagai family affair.
Perwira militer Gabon merebut kekuasaan pada hari Rabu, beberapa menit setelah Ali Bongo diumumkan sebagai presiden untuk masa jabatan ketiga dalam pemilu.
“Saya menganggap diri saya sebagai kandidat yang memenangkan pemilihan presiden,” kata Ossa dalam wawancara eksklusif dengan Al Jazeera, menambahkan bahwa hasil pemilu dan pengambilalihan militer adalah dua kudeta dalam satu seperti dilansir dari kantor berita berbasis di Qatar itu, Sabtu (2/9/2023).
Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai klaimnya namun mengatakan bahwa masyarakat Gabon telah memberikan suara besar-besaran untuknya dan dia akan menggunakan cara-cara konstitusional untuk menentang hasil pemilu.
Ossa, seorang profesor ekonomi yang dicalonkan oleh enam partai oposisi di bawah aliansi Alternance 2023, memperoleh 30 persen suara sementara petahana Ali Bongo memperoleh 64 persen suara.
Sebelumnya, pada Rabu lalu, selusin tentara yang memperkenalkan diri sebagai anggota “Komite Transisi dan Pemulihan Lembaga”, mengumumkan di televisi nasional bahwa mereka membatalkan pemilu dan membubarkan semua lembaga negara pada Rabu lalu.
Para pelaku kudeta mengatakan mereka bertindak sebagian karena pemerintahan yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diprediksi serta karena persiapan pemilu tidak memenuhi persyaratan untuk pemungutan suara yang transparan, kredibel, dan inklusif yang sangat diharapkan oleh masyarakat Gabon.
Presiden yang digulingkan, Ali Bongo, kemudian mengonfirmasi melalui video viral yang diyakini direkam di istana presiden, bahwa ia telah ditahan oleh para pemimpin kudeta, yang sebagian besar tampaknya berasal dari Garda Republik, yang diberi mandat untuk mengamankan presiden.
Brice Nguema, pemimpin unit tersebut dan sepupu Bongo, kemudian ditunjuk sebagai pemimpin transisi pada hari Rabu.
Perwira militer Gabon merebut kekuasaan pada hari Rabu, beberapa menit setelah Ali Bongo diumumkan sebagai presiden untuk masa jabatan ketiga dalam pemilu.
“Saya menganggap diri saya sebagai kandidat yang memenangkan pemilihan presiden,” kata Ossa dalam wawancara eksklusif dengan Al Jazeera, menambahkan bahwa hasil pemilu dan pengambilalihan militer adalah dua kudeta dalam satu seperti dilansir dari kantor berita berbasis di Qatar itu, Sabtu (2/9/2023).
Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai klaimnya namun mengatakan bahwa masyarakat Gabon telah memberikan suara besar-besaran untuknya dan dia akan menggunakan cara-cara konstitusional untuk menentang hasil pemilu.
Ossa, seorang profesor ekonomi yang dicalonkan oleh enam partai oposisi di bawah aliansi Alternance 2023, memperoleh 30 persen suara sementara petahana Ali Bongo memperoleh 64 persen suara.
Sebelumnya, pada Rabu lalu, selusin tentara yang memperkenalkan diri sebagai anggota “Komite Transisi dan Pemulihan Lembaga”, mengumumkan di televisi nasional bahwa mereka membatalkan pemilu dan membubarkan semua lembaga negara pada Rabu lalu.
Para pelaku kudeta mengatakan mereka bertindak sebagian karena pemerintahan yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diprediksi serta karena persiapan pemilu tidak memenuhi persyaratan untuk pemungutan suara yang transparan, kredibel, dan inklusif yang sangat diharapkan oleh masyarakat Gabon.
Presiden yang digulingkan, Ali Bongo, kemudian mengonfirmasi melalui video viral yang diyakini direkam di istana presiden, bahwa ia telah ditahan oleh para pemimpin kudeta, yang sebagian besar tampaknya berasal dari Garda Republik, yang diberi mandat untuk mengamankan presiden.
Brice Nguema, pemimpin unit tersebut dan sepupu Bongo, kemudian ditunjuk sebagai pemimpin transisi pada hari Rabu.