Pasukan Arab Saudi Dituduh Bantai Ratusan Migran: Mereka Tembaki Kami seperti Hujan
loading...
A
A
A
RIYADH - Pasukan Arab Saudi telah dituduh membantai ratusan migran asal Ethiopia di sepanjang perbatasan wilayahnya dengan Yaman dalam pola serangan yang meluas dan sistematis.
Tuduhan itu muncul dalam laporan Human Rights Watch (HRW) yang dirilis pada Senin (21/8/2023) pagi. Menurut HRW, pola serangan yang sistematis ini mungkin merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Laporan tersebut mengatakan bahwa pasukan penjaga perbatasan menembak orang-orang yang mencoba melintasi perbatasan dari jarak dekat, dan dalam beberapa kasus menanyakan anggota tubuh mana yang mereka pilih untuk ditembak.
"Orang-orang yang mencoba perjalanan menggambarkan melihat tubuh wanita, pria dan anak-anak berserakan di lanskap pegunungan—ada yang terluka parah, sudah meninggal dan dipotong-potong," bunyi laporan HRW.
Laporan setebal 73 halaman, yang didasarkan pada wawancara saksi dan analisis foto, video, dan citra satelit sejak tahun 2021, dibangun di atas bukti pelanggaran hak asasi manusia yang serius di sepanjang perbatasan Arab Saudi-Yaman.
Pekan lalu, Middle East Eye (MEE) melaporkan bahwa warga Yaman menantang peluru dan senjata peledak di perbatasan Arab Saudi untuk bekerja di kerajaan.
Yaman, negara termiskin di dunia Arab, telah dilanda konflik sejak 2014 antara pemberontak Houthi yang menguasai sebagian besar utara dan faksi Yaman di selatan yang didukung oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
"Saya melihat orang terbunuh dengan cara yang tidak pernah saya bayangkan. Saya melihat 30 orang terbunuh di tempat," bunyi laporan HRW mengutip Hamdiya, seorang gadis berusia 14 tahun.
Setelah pembunuhan massal, dia dilaporkan melemparkan dirinya ke bawah batu dan tidur. "Saya bisa merasakan orang-orang tidur di sekitar saya," katanya.
Tuduhan itu muncul dalam laporan Human Rights Watch (HRW) yang dirilis pada Senin (21/8/2023) pagi. Menurut HRW, pola serangan yang sistematis ini mungkin merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Laporan tersebut mengatakan bahwa pasukan penjaga perbatasan menembak orang-orang yang mencoba melintasi perbatasan dari jarak dekat, dan dalam beberapa kasus menanyakan anggota tubuh mana yang mereka pilih untuk ditembak.
"Orang-orang yang mencoba perjalanan menggambarkan melihat tubuh wanita, pria dan anak-anak berserakan di lanskap pegunungan—ada yang terluka parah, sudah meninggal dan dipotong-potong," bunyi laporan HRW.
Laporan setebal 73 halaman, yang didasarkan pada wawancara saksi dan analisis foto, video, dan citra satelit sejak tahun 2021, dibangun di atas bukti pelanggaran hak asasi manusia yang serius di sepanjang perbatasan Arab Saudi-Yaman.
Pekan lalu, Middle East Eye (MEE) melaporkan bahwa warga Yaman menantang peluru dan senjata peledak di perbatasan Arab Saudi untuk bekerja di kerajaan.
Yaman, negara termiskin di dunia Arab, telah dilanda konflik sejak 2014 antara pemberontak Houthi yang menguasai sebagian besar utara dan faksi Yaman di selatan yang didukung oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
"Saya melihat orang terbunuh dengan cara yang tidak pernah saya bayangkan. Saya melihat 30 orang terbunuh di tempat," bunyi laporan HRW mengutip Hamdiya, seorang gadis berusia 14 tahun.
Setelah pembunuhan massal, dia dilaporkan melemparkan dirinya ke bawah batu dan tidur. "Saya bisa merasakan orang-orang tidur di sekitar saya," katanya.