5 Kegagalan Intelijen Rusia dalam Invasi ke Ukraina, Salah Satunya Bergantung pada Agen Spionase Asing

Senin, 21 Agustus 2023 - 12:35 WIB
loading...
5 Kegagalan Intelijen Rusia dalam Invasi ke Ukraina, Salah Satunya Bergantung pada Agen Spionase Asing
Rusia tidak mampu mengandalkan informasi intelijen yang kuat dalam invasi ke Ukraina. Foto/Reuters
A A A
MOSKOW - Durasi perang Ukraina yang harusnya berlangsung singkat, tetapi justru memerlukan waktu bertahun-tahun merupakan bentuk dari kegagalan intelijen. Bahkan, pakar intelijen dari Universitas Harvard, Calder Walton, menyebut invasi ke Ukraina sebagai "kegagalan intelijen terbesar" bagi Presiden Rusia Vladimir Putin.

Walton yang juga merupakan penulis "Spies: The Epic Intelligence War Between East and West," mengatakan bahwa badan intelijen FSB Rusia telah gagal mempersiapkan invasi negara itu ke Ukraina. Jika informasi intelijen FSB tepat, seharusnya invasi Rusia untuk menguasai Kiev hanya berlangsung beberapa bulan.

Berikut adalah 5 kegagalan intelijen Rusia dalam invasi ke Ukraina.

1. Percaya pada Penjilat

5 Kegagalan Intelijen Rusia dalam Invasi ke Ukraina, Salah Satunya Bergantung pada Agen Spionase Asing

Foto/Reuters

Walton mengatakan bahwa karena kecenderungan Putin untuk menjalankan operasi intelijennya dengan "penjilat yang melumpuhkan". Putin kemungkinan besar tidak diberi informasi yang akurat karena staf berusaha untuk mengkonfirmasi pandangan presiden daripada mengambil risiko menentangnya.

"Ini mungkin memainkan peran dalam kegagalan FSB untuk membentuk rekrutan yang ditempatkan dengan baik untuk bertindak sebagai penyabot dan membantu pasukan Rusia selama invasi," ungkap Walton, dilansirThe Sunday Times,


2. Banyak Agen Intelijen Rusia Adalah Pelaku Kejahatan

5 Kegagalan Intelijen Rusia dalam Invasi ke Ukraina, Salah Satunya Bergantung pada Agen Spionase Asing

Foto/Reuters

Walton mengatakan FSB, dinas keamanan Rusia, lebih kriminal daripada profesional.

"FSB, yang dijalankan Putin pada 1998, memfasilitasi skema pencucian uang besar-besaran, sistemik, yang dijalankan negara untuk pengayaan pribadinya dan untuk oligarki Rusia," ujarnya.

3. Terlalu Bergantung pada Diplomat yang Merangkap Agen

5 Kegagalan Intelijen Rusia dalam Invasi ke Ukraina, Salah Satunya Bergantung pada Agen Spionase Asing

Foto/Reuters

Sebelum invasi Ukraina, Putin sangat bergantung pada diplomat yang menyamar untuk melakukan pekerjaan klandestin di luar negeri, tetapi pengusiran banyak dari mereka memaksa presiden mengubah rencana.

Selama tiga bulan pertama perang, lebih dari 450 diplomat Rusia dikirim berkemas dari kedutaan Rusia.


4. Menggunakan Mata-Mata Tidak Resmi

5 Kegagalan Intelijen Rusia dalam Invasi ke Ukraina, Salah Satunya Bergantung pada Agen Spionase Asing

Foto/Reuters

Presiden Rusia sejak itu harus menggunakan taktik yang jauh lebih berisiko untuk mengumpulkan intelijen asing. Putin juga menggunakan mata-mata tidak resmi dan sel tidur untuk melakukan pekerjaan, termasuk apa yang disebut "ilegal" - agen tidur di negara asing.

The Guardian melaporkan selama setahun terakhir, setidaknya tujuh agen ini telah ditemukan di Brasil, Yunani, Norwegia, Belanda, dan Slovenia. "Masa setelah perang, dengan semua pengusiran, adalah waktu yang menentukan bagi sistem intelijen Rusia," kata seorang pejabat intelijen Eropa kepada outlet tersebut.

5. Putin Tidak Memiliki Pengalaman Intelijen

5 Kegagalan Intelijen Rusia dalam Invasi ke Ukraina, Salah Satunya Bergantung pada Agen Spionase Asing

Foto/Reuters

"Putin telah membuat sebagian besar masa lalu KGB-nya ditempatkan di Dresden, pada 1980-an di Jerman Timur, dan itu membentuk pandangan dunianya," kata Walton. Tetapi kredensial intelijen presiden Rusia bukanlah yang dia klaim.

Bahkan media Jerman Der Spiegel melaporkan Putin kemungkinan besar tidak pernah menjadi mata-mata elit Soviet yang diyakini dunia.

Padahal, banyak cerita menggambarkan Putin sebagai sosok heroik yang, antara lain, seorang diri mempertahankan kantor KGB dari para penjarah dan melakukan misi rahasia yang sangat rahasia seperti bertemu dengan anggota Fraksi Tentara Merah, sebuah kelompok teroris yang mendatangkan malapetaka, dan melakukan serangkaian penculikan dan pembunuhan.

Namun menurut laporan Der Spiegel, sebagian besar pekerjaan Putin sebenarnya terbatas pada tugas-tugas administratif yang "dangkal".

Horst Jehmlich, mantan perwira Stasi yang bekerja di Dresden, mengatakan kepada Der Spiegel bahwa Putin tidak lebih dari seorang "pesuruh".
(ahm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1565 seconds (0.1#10.140)