Jenderal Amerika: AS Siap Bela Sekutu Bahkan Jika Perjanjian Senjata Nuklir Runtuh
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat siap untuk melindungi diri dan sekutunya bahkan jika Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru (New START) runtuh. Komitmen ini disampaikan komandan Komando Strategis (STRATCOM) Amerika Jenderal Anthony Cotton.
“Tanggung jawab saya adalah memastikan STRATCOM AS tetap siap untuk mencegah serangan strategis melalui kemampuan tempur global yang aman, terjamin, efektif, dan kredibel, dan ketika diarahkan, siap menang dalam konflik apa pun,” kata Jenderal Cotton kepada Spuntik, Jumat (18/8/2023).
"Izinkan saya meyakinkan Anda bahwa kami tetap siap untuk membela negara kami dan sekutu serta mitra kami," lanjut Cotton.
Komentar Jenderal Cotton muncul sebagai respons atas pertanyaan tentang bagaimana Rusia menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian tersebut memengaruhi perencanaan STRATCOM dan apa posisi komando terkait masa depan perjanjian New START.
"Untuk setiap pertanyaan terkait New START, saya merujuk Anda ke Departemen Luar Negeri AS," katanya.
Cotton mengatakan bahwa AS sedang meninjau apakah dapat memenuhi tantangan yang mungkin muncul setelah perjanjian kontrol senjata nuklir New START berakhir pada tahun 2026.
New START adalah perjanjian terakhir yang membatasi persenjataan nuklir antara AS dan Rusia.
Pada bulan Februari tahun ini, Rusia menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian tersebut karena keterlibatan AS dalam perang di Ukraina.
Moskow menghentikan inspeksi di senjata nuklirnya oleh asing dan menghentikan pembaruan atau pemberitahuan data dua kali setahun.
Tiga bulan kemudian, AS mengikuti langkah Rusia.
Namun, kedua belah pihak mengatakan bahwa mereka terus mematuhi batas numerik dalam perjanjian New START.
AS masih ingin mempertahankan perjanjian New START dengan Rusia mengingat bahwa kesepakatan itu adalah untuk kepentingan kedua negara.Itu disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Pengawasan Senjata dan Keamanan Internasional Bonnie Jenkins.
“Tanggung jawab saya adalah memastikan STRATCOM AS tetap siap untuk mencegah serangan strategis melalui kemampuan tempur global yang aman, terjamin, efektif, dan kredibel, dan ketika diarahkan, siap menang dalam konflik apa pun,” kata Jenderal Cotton kepada Spuntik, Jumat (18/8/2023).
"Izinkan saya meyakinkan Anda bahwa kami tetap siap untuk membela negara kami dan sekutu serta mitra kami," lanjut Cotton.
Komentar Jenderal Cotton muncul sebagai respons atas pertanyaan tentang bagaimana Rusia menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian tersebut memengaruhi perencanaan STRATCOM dan apa posisi komando terkait masa depan perjanjian New START.
"Untuk setiap pertanyaan terkait New START, saya merujuk Anda ke Departemen Luar Negeri AS," katanya.
Cotton mengatakan bahwa AS sedang meninjau apakah dapat memenuhi tantangan yang mungkin muncul setelah perjanjian kontrol senjata nuklir New START berakhir pada tahun 2026.
New START adalah perjanjian terakhir yang membatasi persenjataan nuklir antara AS dan Rusia.
Pada bulan Februari tahun ini, Rusia menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian tersebut karena keterlibatan AS dalam perang di Ukraina.
Moskow menghentikan inspeksi di senjata nuklirnya oleh asing dan menghentikan pembaruan atau pemberitahuan data dua kali setahun.
Tiga bulan kemudian, AS mengikuti langkah Rusia.
Namun, kedua belah pihak mengatakan bahwa mereka terus mematuhi batas numerik dalam perjanjian New START.
AS masih ingin mempertahankan perjanjian New START dengan Rusia mengingat bahwa kesepakatan itu adalah untuk kepentingan kedua negara.Itu disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Pengawasan Senjata dan Keamanan Internasional Bonnie Jenkins.
(mas)