Taktik Perang AS Gagal dalam Perang Ukraina Lawan Rusia, Ini Sebabnya
loading...
A
A
A
KYIV - Taktik perang Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO yang dijalankan pasukan Ukraina gagal dalam perang melawan pasukan Rusia. Menurut analis militer, penyebab utamnya karena pasukan Kyiv tidak mendominasi langit atau kekuatan udara.
Kegagalan ini mendorong pasukan Kyiv meninjau kembali taktik perangnya untuk menekan pertahanan musuh.
Pasukan Ukraina, sekarang lebih dari dua bulan memasuki serangan balasan musim panas mereka, telah memasukkan gaya tempur NATO ke dalam angkatan bersenjata mereka bersama dengan peralatan Barat, seperti tank dan kendaraan lapis baja yang disediakan AS dan sekutunya.
Tetapi pada Rabu lalu, sebuah laporan di The New York Times menyatakan pelatihan NATO mungkin tidak sesukses yang diharapkan.
"Tentara Ukraina untuk saat ini mengesampingkan metode pertempuran AS dan kembali ke taktik yang paling dikenalnya," tulis surat kabar Amerika tersebut dalam laporannya.
Para analis militer mengatakan kepada Newsweek bahwa negara-negara NATO mengapresiasi senjata gabungan atau semua komponen militer bekerja sama. Namun, agar pasukan Ukraina berhasil dengan taktik NATO, mereka membutuhkan superioritas udara—yang sayangnya tidak mereka miliki.
“Agar pendekatan Barat bekerja secara efektif, Anda memerlukan semua elemen, dan elemen kuncinya adalah kekuatan udara,” kata pensiunan Kolonel Angkatan Darat Inggris Hamish de Bretton-Gordon, yang sebelumnya memimpin pertahanan kimia, biologi, radiologi, dan nuklir pasukan Inggris dan NATO.
Negara-negara Barat telah menyalurkan puluhan miliar dolar ke Ukraina dalam bantuan keamanan, tetapi bantuan ini belum termasuk jet tempur Barat seperti F-16 atau helikopter serang berstandar NATO.
Hanya beberapa jam sebelum serangan balasan berlangsung, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa superioritas udara Rusia dan kebutuhan Kyiv akan pertahanan udara berarti "sejumlah besar tentara akan mati" dalam beberapa bulan mendatang.
Kegagalan ini mendorong pasukan Kyiv meninjau kembali taktik perangnya untuk menekan pertahanan musuh.
Pasukan Ukraina, sekarang lebih dari dua bulan memasuki serangan balasan musim panas mereka, telah memasukkan gaya tempur NATO ke dalam angkatan bersenjata mereka bersama dengan peralatan Barat, seperti tank dan kendaraan lapis baja yang disediakan AS dan sekutunya.
Tetapi pada Rabu lalu, sebuah laporan di The New York Times menyatakan pelatihan NATO mungkin tidak sesukses yang diharapkan.
"Tentara Ukraina untuk saat ini mengesampingkan metode pertempuran AS dan kembali ke taktik yang paling dikenalnya," tulis surat kabar Amerika tersebut dalam laporannya.
Para analis militer mengatakan kepada Newsweek bahwa negara-negara NATO mengapresiasi senjata gabungan atau semua komponen militer bekerja sama. Namun, agar pasukan Ukraina berhasil dengan taktik NATO, mereka membutuhkan superioritas udara—yang sayangnya tidak mereka miliki.
“Agar pendekatan Barat bekerja secara efektif, Anda memerlukan semua elemen, dan elemen kuncinya adalah kekuatan udara,” kata pensiunan Kolonel Angkatan Darat Inggris Hamish de Bretton-Gordon, yang sebelumnya memimpin pertahanan kimia, biologi, radiologi, dan nuklir pasukan Inggris dan NATO.
Negara-negara Barat telah menyalurkan puluhan miliar dolar ke Ukraina dalam bantuan keamanan, tetapi bantuan ini belum termasuk jet tempur Barat seperti F-16 atau helikopter serang berstandar NATO.
Hanya beberapa jam sebelum serangan balasan berlangsung, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa superioritas udara Rusia dan kebutuhan Kyiv akan pertahanan udara berarti "sejumlah besar tentara akan mati" dalam beberapa bulan mendatang.