Deretan Senjata NATO yang Jatuh ke Tangan Rusia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah negara Barat secara tidak sengaja akhirnya memberikan perangkat keras militer mereka kepada Rusia. Kendaraan lapis baja dan persenjataan itu awalnya dipasok oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya ke Ukraina, namun berhasil direbut oleh Rusia.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu secara pribadi memeriksa kendaraan tempur infanteri CV-90 buatan Swedia yang disita oleh pasukan Rusia di zona konflik Ukraina minggu ini.
Kendaraan lapis baja, disebut-sebut sebagai salah satu yang paling canggih di kelasnya, akhirnya dilumpuhkan oleh roket yang ditembakkan dari RPG-7 – senjata yang diadopsi pada awal 1960-an – dan segera direbut oleh pasukan Rusia setelah apa yang tersisa dari awak kendaraan mundur dengan tergesa-gesa.
Kementerian Pertahanan Moskow mencatat dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Jumat bahwa CV-90 yang direbut hanyalah salah satu dari banyak kendaraan lapis baja yang disita oleh tentara Rusia dari pasukan rezim Kiev.
Setelah kehilangan banyak persenjataan era Soviet dalam konflik yang sedang berlangsung dan dengan kemampuan industri militer dalam negeri yang sangat kurang, Ukraina menjadi semakin bergantung pada perangkat keras militer yang disediakan oleh negara-negara NATO.
Awalnya menyediakan Kiev dengan sisa-sisa dari gudang senjata Pakta Warsawa, kekuatan Barat segera menaikkan taruhan dan mulai memberi Ukraina bermacam-macam kendaraan lapis baja AS dan Eropa, sistem pertahanan udara dan artileri, banyak di antaranya akhirnya jatuh ke tangan Rusia.
Laporan pertama tentang persenjataan Barat dan perangkat keras militer yang direbut oleh pasukan Rusia mulai muncul hanya beberapa bulan setelah eskalasi konflik Ukraina pada Februari 2022.
Dilansir dari Sputnik, Sabtu (5/8/2023), pada Juni 2022, politisi Prancis Regis de Castelnau menyesalkan bahwa dua howitzer self-propelled Caesar yang dipasok ke Kiev oleh Prancis direbut oleh pasukan Rusia.
Klaimnya segera dikonfirmasi oleh salah satu kontraktor pertahanan utama Rusia, Uralvagonzavod, yang mengakui di media sosial bahwa mereka mendapatkan howitzer dan meminta de Castelnau untuk menyampaikan terima kasih kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron atas rejeki nomplok ini.
Tentara Rusia yang menggunakan senjata anti-tank portabel Barat – seperti Javelin dan NLAW – yang disita dari pasukan Ukraina juga menjadi kejadian yang cukup umum di zona konflik.
Awal bulan ini, seorang koresponden militer melaporkan bahwa pasukan Rusia yang menggunakan persenjataan seperti itu sebenarnya lebih menyukai NLAW karena kinerja Javelin yang diduga buruk dalam kondisi cuaca buruk.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu secara pribadi memeriksa kendaraan tempur infanteri CV-90 buatan Swedia yang disita oleh pasukan Rusia di zona konflik Ukraina minggu ini.
Kendaraan lapis baja, disebut-sebut sebagai salah satu yang paling canggih di kelasnya, akhirnya dilumpuhkan oleh roket yang ditembakkan dari RPG-7 – senjata yang diadopsi pada awal 1960-an – dan segera direbut oleh pasukan Rusia setelah apa yang tersisa dari awak kendaraan mundur dengan tergesa-gesa.
Kementerian Pertahanan Moskow mencatat dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Jumat bahwa CV-90 yang direbut hanyalah salah satu dari banyak kendaraan lapis baja yang disita oleh tentara Rusia dari pasukan rezim Kiev.
Setelah kehilangan banyak persenjataan era Soviet dalam konflik yang sedang berlangsung dan dengan kemampuan industri militer dalam negeri yang sangat kurang, Ukraina menjadi semakin bergantung pada perangkat keras militer yang disediakan oleh negara-negara NATO.
Awalnya menyediakan Kiev dengan sisa-sisa dari gudang senjata Pakta Warsawa, kekuatan Barat segera menaikkan taruhan dan mulai memberi Ukraina bermacam-macam kendaraan lapis baja AS dan Eropa, sistem pertahanan udara dan artileri, banyak di antaranya akhirnya jatuh ke tangan Rusia.
Senjata Apa yang Direbut Rusia dari Ukraina?
Laporan pertama tentang persenjataan Barat dan perangkat keras militer yang direbut oleh pasukan Rusia mulai muncul hanya beberapa bulan setelah eskalasi konflik Ukraina pada Februari 2022.
Dilansir dari Sputnik, Sabtu (5/8/2023), pada Juni 2022, politisi Prancis Regis de Castelnau menyesalkan bahwa dua howitzer self-propelled Caesar yang dipasok ke Kiev oleh Prancis direbut oleh pasukan Rusia.
Klaimnya segera dikonfirmasi oleh salah satu kontraktor pertahanan utama Rusia, Uralvagonzavod, yang mengakui di media sosial bahwa mereka mendapatkan howitzer dan meminta de Castelnau untuk menyampaikan terima kasih kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron atas rejeki nomplok ini.
Tentara Rusia yang menggunakan senjata anti-tank portabel Barat – seperti Javelin dan NLAW – yang disita dari pasukan Ukraina juga menjadi kejadian yang cukup umum di zona konflik.
Awal bulan ini, seorang koresponden militer melaporkan bahwa pasukan Rusia yang menggunakan persenjataan seperti itu sebenarnya lebih menyukai NLAW karena kinerja Javelin yang diduga buruk dalam kondisi cuaca buruk.