Vladimir Putin: Ukraina, AS, dan NATO Menolak Bicara dengan Rusia
loading...
A
A
A
ST PETERSBURG - Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia siap untuk mencari solusi diplomatik untuk krisis di Ukraina tetapi Kyiv dan para pendukungnya; Amerika Serikat (AS) dan NATO, menolak untuk berbicara dengan Moskow.
“Semua perbedaan harus diselesaikan di meja perundingan,” kata Putin kepada para pemimpin Afrika selama KTT Rusia-Afrika di St Petersburg pada hari Jumat.
“Masalahnya adalah mereka menolak untuk berbicara dengan kami,” ujarnya.
“Rezim Ukraina saat ini juga menolak negosiasi, dan mengumumkannya secara resmi. Presiden Ukraina [Volodymyr Zelensky] telah menandatangani keputusan yang relevan musim gugur lalu," kata Putin, yang dilansir Russia Today, Sabtu (29/7/2023).
Pemimpin Rusia itu mengeklaim bahwa akar dari konflik antara Moskow dan Kyiv adalah penciptaan ancaman terhadap keamanan Rusia oleh AS dan NATO.
"Namun, Washington dan sekutunya juga menolak negosiasi tentang masalah jaminan keamanan yang sama untuk semua pihak, termasuk Rusia," ujarnya.
“Kami telah mengatakan berkali-kali—dan saya telah menyatakannya secara resmi—bahwa kami siap untuk pembicaraan itu,” papar Putin.
“Kami tidak dapat memaksakan negosiasi itu pada mereka,” katanya. "Perlu ada dialog dengan pihak lain juga di pihak komunitas internasional untuk membujuk Ukraina agar terlibat dalam pembicaraan."
Putin juga menekankan bahwa Moskow berterima kasih kepada teman-teman Afrika-nya atas upaya mereka menemukan solusi damai untuk konflik Ukraina.
Misi para pemimpin dan pejabat senior Afrika, termasuk presiden Afrika Selatan, Senegal, dan Zambia, mengunjungi St Petersburg dan Kyiv pada pertengahan Juni untuk mengusulkan inisiatif perdamaian sepuluh poin mereka kepada Putin dan Zelensky.
Rencana Afrika menyerukan jaminan keamanan dan pergerakan bebas biji-bijian melalui Laut Hitam, serta pembebasan tahanan dan dimulainya negosiasi perdamaian dengan cepat, di antara proposal lainnya.
Dalam sebuah wawancara dengan RIA Novosti pada hari Kamis, Presiden Komoro Azali Assoumani, yang menjabat sebagai Ketua Uni Afrika dan merupakan bagian dari delegasi perdamaian, mengatakan bahwa dia dan rekan-rekannya belum menerima konfirmasi yang meyakinkan untuk keputusan Zelensky dalam terlibat dalam negosiasi dengan Rusia.
Bulan lalu, pemimpin Ukraina itu menegaskan kembali pendiriannya bahwa pembicaraan dengan Moskow hanya dapat dimulai setelah pasukan Rusia menarik diri dari semua wilayah Ukraina dalam perbatasan tahun 1991, termasuk Crimea.
Rusia telah menolak tuntutan Zelensky sebagai tuntutan tidak realistis, dengan alasan bahwa itu adalah tanda keengganan Kyiv untuk menyelesaikan konflik melalui cara diplomatik. Menurut Moskow, ini membuatnya tidak punya pilihan selain terus bekerja untuk mencapai tujuannya di Ukraina melalui sarana militer.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
“Semua perbedaan harus diselesaikan di meja perundingan,” kata Putin kepada para pemimpin Afrika selama KTT Rusia-Afrika di St Petersburg pada hari Jumat.
“Masalahnya adalah mereka menolak untuk berbicara dengan kami,” ujarnya.
“Rezim Ukraina saat ini juga menolak negosiasi, dan mengumumkannya secara resmi. Presiden Ukraina [Volodymyr Zelensky] telah menandatangani keputusan yang relevan musim gugur lalu," kata Putin, yang dilansir Russia Today, Sabtu (29/7/2023).
Pemimpin Rusia itu mengeklaim bahwa akar dari konflik antara Moskow dan Kyiv adalah penciptaan ancaman terhadap keamanan Rusia oleh AS dan NATO.
"Namun, Washington dan sekutunya juga menolak negosiasi tentang masalah jaminan keamanan yang sama untuk semua pihak, termasuk Rusia," ujarnya.
“Kami telah mengatakan berkali-kali—dan saya telah menyatakannya secara resmi—bahwa kami siap untuk pembicaraan itu,” papar Putin.
“Kami tidak dapat memaksakan negosiasi itu pada mereka,” katanya. "Perlu ada dialog dengan pihak lain juga di pihak komunitas internasional untuk membujuk Ukraina agar terlibat dalam pembicaraan."
Putin juga menekankan bahwa Moskow berterima kasih kepada teman-teman Afrika-nya atas upaya mereka menemukan solusi damai untuk konflik Ukraina.
Misi para pemimpin dan pejabat senior Afrika, termasuk presiden Afrika Selatan, Senegal, dan Zambia, mengunjungi St Petersburg dan Kyiv pada pertengahan Juni untuk mengusulkan inisiatif perdamaian sepuluh poin mereka kepada Putin dan Zelensky.
Rencana Afrika menyerukan jaminan keamanan dan pergerakan bebas biji-bijian melalui Laut Hitam, serta pembebasan tahanan dan dimulainya negosiasi perdamaian dengan cepat, di antara proposal lainnya.
Dalam sebuah wawancara dengan RIA Novosti pada hari Kamis, Presiden Komoro Azali Assoumani, yang menjabat sebagai Ketua Uni Afrika dan merupakan bagian dari delegasi perdamaian, mengatakan bahwa dia dan rekan-rekannya belum menerima konfirmasi yang meyakinkan untuk keputusan Zelensky dalam terlibat dalam negosiasi dengan Rusia.
Bulan lalu, pemimpin Ukraina itu menegaskan kembali pendiriannya bahwa pembicaraan dengan Moskow hanya dapat dimulai setelah pasukan Rusia menarik diri dari semua wilayah Ukraina dalam perbatasan tahun 1991, termasuk Crimea.
Rusia telah menolak tuntutan Zelensky sebagai tuntutan tidak realistis, dengan alasan bahwa itu adalah tanda keengganan Kyiv untuk menyelesaikan konflik melalui cara diplomatik. Menurut Moskow, ini membuatnya tidak punya pilihan selain terus bekerja untuk mencapai tujuannya di Ukraina melalui sarana militer.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
(mas)