Erdogan Hadiahkan Mobil Listrik Pertama Turkiye kepada Mohammed bin Salman
loading...
A
A
A
JEDDAH - Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan menghadiahkan mobil listrik pertama yang diproduksi di negaranya kepada Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman.
Mobil listrik yang diberi nama Togg itu diberikan pada hari Senin selama kunjungan Erdogan ke Jeddah.
Kunjungan Erdogan ini langka karena sebelumnya pemimpin kedua negara terlibat ketegangan terkait pembunuhan jurnalis pembangkang Saudi; Jamal Khashoggi, di Istanbul, pada 2018 silam.
Erdogan memulai tur tiga hari ke negara-negara Teluk pada hari Senin yang dimulai dengan kunjungan ke Arab Saudi. Dia disambut Pengeran Mohammed bin Salman di Istana As-Salam di Jeddah.
Menyusul pembicaraan dengan Mohammed bin Salman, di mana beberapa kesepakatan pertahanan dan bisnis ditandatangani, Erdogan menyerahkan Togg putih kepada Putra Mahkota Saudi di halaman istana.
Pangeran Mohammed bin Salman kemudian mengantar Erdogan ke hotelnya dengan mobil barunya.
Mengutip kantor berita Anadolu, Rabu (19/7/2023), Erdogan memberikan dua mobil Togg kepada keluarga Kerajaan Saudi.
Sikap akrab Erdogan muncul beberapa tahun setelah dia secara implisit menuduh Mohammed bin Salman mendalangi pembunuhan Khashoggi di Konsulat Kerajaan Saudi di Istanbul pada Oktober 2018.
Koresponden Deutsche Welle di Turkiye, Julia Hahn, melaporkan perubahan sikap Erdogan dalam sebuah tweet pada hari Selasa, menghubungkannya dengan keputusasaan Turkiye untuk investasi karena ekonominya yang sedang sakit.
Turkiye sebelumnya membuat marah orang-orang Saudi dengan melanjutkan penyelidikan atas pembunuhan Khashoggi, yang menurut Erdogan diperintahkan oleh “tingkat tertinggi” pemerintah Saudi—secara diam-diam merujuk pada Mohammed bin Salman.
CIA Amerika Serikat juga menyimpulkan Mohammed bin Salman telah menyetujui pembunuhan Khashoggi—sesuatu yang dibantah oleh Riyadh.
Arab Saudi menanggapi dengan secara tidak resmi menekan ekonomi Turkiye melalui boikot impor utama Turkiye.
Namun, hubungan antara kedua negara telah membaik setelah tantangan ekonomi yang dihadapi Turkiye.
Erdogan sebelumnya mengunjungi Arab Saudi pada April 2021. Perjalanannya dilakukan saat Turkiye menghadapi krisis ekonomi yang dipicu oleh jatuhnya mata uangnya dan melonjaknya inflasi menjelang pemilihan presiden dan parlemen tahun ini.
Dalam keputusan kontroversial pada April 2022, pengadilan Istanbul mengonfirmasi penghentian persidangan in absentia terhadap 26 tersangka yang terkait dengan pembunuhan Khashoggi dan pemindahannya ke Riyadh, sebuah keputusan yang membuat marah kelompok hak asasi manusia (HAM).
Keputusan pengadilan datang seminggu setelah Mohammed bin Salman melakukan kunjungan ke Turkiye ketika Ankara dan Riyadh berpaling dari kasus pembunuhan Khashoggi.
Perubahan sikap Erdogan terkait pembunuhan Khashoggi dikaitkan dengan inflasi tinggi dan krisis biaya hidup setahun sebelum pemilihan presiden saat ia mencari dukungan dan investasi dari negara-negara Teluk.
Lima orang dijatuhi hukuman mati oleh kerajaan atas pembunuhan Khashoggi, tetapi pengadilan Saudi pada September 2020 membatalkan putusan tersebut dan menghukum delapan terdakwa yang tidak disebutkan namanya ke penjara setelah proses hukum rahasia.
Mobil listrik yang diberi nama Togg itu diberikan pada hari Senin selama kunjungan Erdogan ke Jeddah.
Kunjungan Erdogan ini langka karena sebelumnya pemimpin kedua negara terlibat ketegangan terkait pembunuhan jurnalis pembangkang Saudi; Jamal Khashoggi, di Istanbul, pada 2018 silam.
Erdogan memulai tur tiga hari ke negara-negara Teluk pada hari Senin yang dimulai dengan kunjungan ke Arab Saudi. Dia disambut Pengeran Mohammed bin Salman di Istana As-Salam di Jeddah.
Menyusul pembicaraan dengan Mohammed bin Salman, di mana beberapa kesepakatan pertahanan dan bisnis ditandatangani, Erdogan menyerahkan Togg putih kepada Putra Mahkota Saudi di halaman istana.
Pangeran Mohammed bin Salman kemudian mengantar Erdogan ke hotelnya dengan mobil barunya.
Mengutip kantor berita Anadolu, Rabu (19/7/2023), Erdogan memberikan dua mobil Togg kepada keluarga Kerajaan Saudi.
Sikap akrab Erdogan muncul beberapa tahun setelah dia secara implisit menuduh Mohammed bin Salman mendalangi pembunuhan Khashoggi di Konsulat Kerajaan Saudi di Istanbul pada Oktober 2018.
Koresponden Deutsche Welle di Turkiye, Julia Hahn, melaporkan perubahan sikap Erdogan dalam sebuah tweet pada hari Selasa, menghubungkannya dengan keputusasaan Turkiye untuk investasi karena ekonominya yang sedang sakit.
Turkiye sebelumnya membuat marah orang-orang Saudi dengan melanjutkan penyelidikan atas pembunuhan Khashoggi, yang menurut Erdogan diperintahkan oleh “tingkat tertinggi” pemerintah Saudi—secara diam-diam merujuk pada Mohammed bin Salman.
CIA Amerika Serikat juga menyimpulkan Mohammed bin Salman telah menyetujui pembunuhan Khashoggi—sesuatu yang dibantah oleh Riyadh.
Arab Saudi menanggapi dengan secara tidak resmi menekan ekonomi Turkiye melalui boikot impor utama Turkiye.
Namun, hubungan antara kedua negara telah membaik setelah tantangan ekonomi yang dihadapi Turkiye.
Erdogan sebelumnya mengunjungi Arab Saudi pada April 2021. Perjalanannya dilakukan saat Turkiye menghadapi krisis ekonomi yang dipicu oleh jatuhnya mata uangnya dan melonjaknya inflasi menjelang pemilihan presiden dan parlemen tahun ini.
Dalam keputusan kontroversial pada April 2022, pengadilan Istanbul mengonfirmasi penghentian persidangan in absentia terhadap 26 tersangka yang terkait dengan pembunuhan Khashoggi dan pemindahannya ke Riyadh, sebuah keputusan yang membuat marah kelompok hak asasi manusia (HAM).
Keputusan pengadilan datang seminggu setelah Mohammed bin Salman melakukan kunjungan ke Turkiye ketika Ankara dan Riyadh berpaling dari kasus pembunuhan Khashoggi.
Perubahan sikap Erdogan terkait pembunuhan Khashoggi dikaitkan dengan inflasi tinggi dan krisis biaya hidup setahun sebelum pemilihan presiden saat ia mencari dukungan dan investasi dari negara-negara Teluk.
Lima orang dijatuhi hukuman mati oleh kerajaan atas pembunuhan Khashoggi, tetapi pengadilan Saudi pada September 2020 membatalkan putusan tersebut dan menghukum delapan terdakwa yang tidak disebutkan namanya ke penjara setelah proses hukum rahasia.
(mas)