PM Selandia Baru Tidak Setuju Biden Sebut Xi Jinping Diktator

Kamis, 22 Juni 2023 - 15:53 WIB
loading...
PM Selandia Baru Tidak...
Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Chris Hipkins tidak setuju dengan pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden jika Presiden China Xi Jinping adalah seorang diktator. Foto/NBC News
A A A
WELLINGTON - Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Chris Hipkins tidak setuju dengan pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden jika Presiden China Xi Jinping adalah seorang "diktator." Itu diungkapkannya saat bersiap untuk bertemu dengan pemimpin China itu dalam perjalanan perdagangan resmi ke China.

“Tidak, dan bentuk pemerintahan yang dimiliki China adalah masalah rakyat China,” kata Hipkins kepada wartawan ketika ditanya tentang pernyataan Biden seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (22/6/2023).

Ditanya apakah orang-orang China memiliki suara dalam bentuk yang diambil pemerintah mereka, dia berkata: "jika mereka ingin mengubah sistem pemerintahan mereka, maka itu akan menjadi masalah bagi mereka."

Ditekan oleh wartawan tentang bagaimana orang-orang China dapat menegakkan perubahan dalam cara mereka diatur, Hipkins mengatakan: "baik, itu akan menjadi masalah bagi mereka".

Pernyataan Hipkins datang saat dia bersiap untuk mengunjungi China memimpin delegasi perdagangan dan bertemu Xi Jinping. Ini pertama kalinya seorang perdana menteri Selandia Baru melakukannya sejak pandemi Covid-19 dimulai.

Mengumumkan perjalanan tersebut awal pekan ini, Hipkins menekankan pentingnya ekonomi negara tersebut bagi Selandia Baru.

“China mewakili hampir seperempat dari semua ekspor kami, merupakan sumber turis terbesar kedua kami sebelum Covid dan merupakan sumber signifikan pelajar internasional, jadi ini adalah bagian penting dari pemulihan ekonomi kami,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Selandia Baru sangat bergantung pada China untuk perdagangan, dan itu adalah mitra dagang terbesar Selandia Baru dengan selisih yang cukup besar. Hubungan kedua negara diliputi ketegangan dalam beberapa tahun terakhir setelah Beijing semakin menunjukkan kekuatannya di Pasifik, pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang dan tindakan keras di Hong Kong. Namun Selandia Baru lebih berhati-hati dan kurang blak-blakan daripada banyak sekutu baratnya dalam mengutuk tindakan tersebut.

Berkali-kali selama bertahun-tahun, tindakan penyeimbangan itu mendapat kecaman: laporan yang diterbitkan pemerintah Kanada menyebut Selandia Baru sebagai "perut lemah" dari aliansi keamanan Five Eyes, dan mantan pemimpin Jacinda Ardern diserang dari anggota parlemen Inggris karena " menghisap” ke Cina.

Membahas pertemuannya yang direncanakan dengan Xi di awal bulan, Hipkins mengatakan Selandia Baru membanggakan diri karena "konsisten" dalam pendekatannya.

“Itu berarti bahwa di mana kami memiliki masalah hak asasi manusia, kami akan mengangkatnya. Di mana kami memiliki kekhawatiran seputar perdagangan atau masalah kebijakan luar negeri lainnya, kami akan mengangkatnya,” katanya.

Pernyataan Biden yang menyebut Jinping "diktator" muncul tak lama setelah Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, bertemu dengan pemimpin China itu dalam perjalanan yang bertujuan meredakan ketegangan antara kedua negara.



Presiden AS mengatakan Xi Jinping merasa malu ketika balon mata-mata China diterbangkan di atas AS.

“Itulah hal yang sangat memalukan bagi para diktator, ketika mereka tidak tahu apa yang terjadi. Itu tidak seharusnya terjadi di tempat itu. Itu diterbangkan ke atas melalui Alaska dan kemudian turun melalui Amerika Serikat. Dan dia tidak mengetahuinya,” kata Biden.



Pernyataan itu memicu penolakan langsung dari Beijing. Komentar Biden adalah "provokasi politik" dan secara serius melanggar martabat politik China, kata juru bicara kementerian luar negeri Mao Ning.

(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Dampak Perang Dagang:...
Dampak Perang Dagang: Canton Fair Sepi, Industri Ekspor China Terguncang
Terungkap, Putra Wakil...
Terungkap, Putra Wakil Bos CIA Tewas dalam Perang Dukung Rusia Melawan Ukraina
Satelit Rahasia Rusia...
Satelit Rahasia Rusia yang Diduga Terhubung Senjata Nuklir Berputar di Luar Kendali
Korea Utara Luncurkan...
Korea Utara Luncurkan Kapal Perang 5.000 Ton Bersenjata Paling Kuat, Kim Jong-un Bicara Nuklir
Putin dan Netanyahu...
Putin dan Netanyahu Absen di Pemakaman Paus Fransiskus, Beijing Tetap Bungkam, Kenapa?
AS Butuh Rp15.919 Triliun...
AS Butuh Rp15.919 Triliun untuk Memodernisasi Senjata Nuklirnya
Trump Ingatkan Netanyahu:...
Trump Ingatkan Netanyahu: Baik-baiklah kepada Warga Gaza yang Menderita
Mengenal Genevieve Jeanningros,...
Mengenal Genevieve Jeanningros, Biarawati yang Terobos Protokol Vatikan Demi Melihat Jenazah Paus
Kenapa Vladimir Putin...
Kenapa Vladimir Putin Tidak Hadir di Pemakaman Paus Fransiskus? Ini Alasannya
Rekomendasi
Profil Jonathan Frizzy,...
Profil Jonathan Frizzy, Aktor yang Terseret Kasus Narkoba
Gen Z Ajak Fachrul Razi...
Gen Z Ajak Fachrul Razi Dialog Terbuka terkait Isu Pelengseran Wapres Gibran
HNSI Yakin Koperasi...
HNSI Yakin Koperasi Desa Merah Putih Momen Tingkatkan Taraf Hidup Nelayan
Berita Terkini
Pendaki Asal China Mendaki...
Pendaki Asal China Mendaki Gunung Fuji hanya untuk Mencari Ponselnya yang Hilang
43 menit yang lalu
Akibat Ulah Trump, Rakyat...
Akibat Ulah Trump, Rakyat AS Kini Bergantung pada Paylater untuk Belanja Sembako
1 jam yang lalu
Kim Jong-un Janji Bangun...
Kim Jong-un Janji Bangun Monumen bagi Tentaranya yang Gugur di Perang Rusia
2 jam yang lalu
Daftar 9 Salon Pengganti...
Daftar 9 Salon Pengganti Paus Fransiskus, Salah Satunya Kardinal yang Berulang Kali Mengungjungi Gaza
3 jam yang lalu
Bocah Ini Habiskan Uang...
Bocah Ini Habiskan Uang Jajan Bulanan Rp6,4 Juta untuk Pijat Senang, Ayahnya Lapor Polisi
3 jam yang lalu
Dampak Perang Dagang:...
Dampak Perang Dagang: Canton Fair Sepi, Industri Ekspor China Terguncang
4 jam yang lalu
Infografis
Netanyahu Kembali Marah,...
Netanyahu Kembali Marah, Saat PM Kanada Sebut Israel Bunuh Bayi
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved