Profil Anwar Sadat, Presiden Negara Timur Tengah Pertama yang Menormalisasi Hubungan dengan Israel pada 1978

Senin, 12 Juni 2023 - 15:03 WIB
loading...
Profil Anwar Sadat,...
Anwar Sadat, Jimmy Carter, dan Menachem Begin berjabat tangan di halaman Gedung Putih. Foto/Warren K Leffler
A A A
KAIRO - Anwar Sadat adalah seorang politikus dan perwira militer Mesir yang dikenal sebagai presiden negara Timur Tengah pertama yang secara resmi menormalisasi hubungan dengan Israel pada 1978.

Keputusan berani ini membuatnya menjadi tokoh penting dalam sejarah politik dan perdamaian di kawasan Timur Tengah.

Lahir pada tanggal 25 Desember 1918 di desa Mit Abu al-Kum, dekat kota Tanta, Mesir, Anwar Sadat tumbuh dalam keluarga yang relatif miskin.

Dia terlibat dalam gerakan nasionalis Mesir pada usia muda dan bergabung dengan organisasi pemuda revolusioner yang dikenal sebagai "Keluarga Muslim Bersatu".

Selama periode ini, dia terinspirasi perjuangan Mesir untuk mencapai kemerdekaan dari penjajahan Inggris.

Setelah pendudukan Mesir oleh tentara Inggris pada tahun 1952, Anwar Sadat bergabung dengan Gerakan Perwira Bebas yang dipimpin Gamal Abdel Nasser.

Gerakan ini berhasil merebut kekuasaan dan memulai era baru dalam politik Mesir. Sadat menduduki beberapa jabatan penting dalam pemerintahan Nasser, termasuk sebagai Wakil Presiden pada 1964.

Namun, puncak karier politik Anwar Sadat terjadi setelah kematian Nasser pada tahun 1970 ketika dia terpilih sebagai Presiden Mesir.



Pada awal pemerintahannya, Mesir masih berada dalam konflik yang sengit dengan Israel, yang telah terlibat dalam beberapa perang dengan negara-negara Arab sejak pendirian negara Yahudi itu pada 1948.

Pada 1973, Anwar Sadat memimpin Mesir dalam Perang Yom Kippur melawan Israel, yang kemudian dikenal sebagai Perang Oktober.

Meskipun Mesir mengalami kerugian militer dalam perang ini, Sadat menganggapnya sebagai keberhasilan politik karena berhasil memperoleh perhatian dunia internasional terhadap ketidakadilan yang dialami Palestina.

Sebagai langkah menuju perdamaian, pada 1977, Anwar Sadat membuat keputusan mengejutkan dengan mengunjungi Israel.

Kunjungan ini menjadi titik balik dalam hubungan Mesir-Israel yang sebelumnya tegang. Pada 1978, Sadat bersama dengan Perdana Menteri Israel Menachem Begin dan Presiden Amerika Serikat (AS) Jimmy Carter bertemu di Camp David, Amerika Serikat, dalam upaya mencapai kesepakatan perdamaian.

Hasil dari perundingan Camp David adalah Kesepakatan Camp David pada tahun 1978. Kesepakatan ini menghasilkan perjanjian damai antara Mesir dan Israel yang dikenal sebagai Perjanjian Damai Israel-Mesir.

Melalui perjanjian ini, Mesir mengakui keberadaan Israel dan memulai normalisasi hubungan diplomatik, perdagangan, dan budaya.

Keputusan Anwar Sadat untuk menormalisasi hubungan dengan Israel adalah langkah yang sangat berani dan kontroversial.

Tindakan ini menimbulkan reaksi keras di dunia Arab, termasuk di kalangan negara-negara Arab lainnya yang masih mempertahankan posisi anti-Israel.

Mesir sendiri diisolasi beberapa negara Arab dan Liga Arab menjatuhkan sanksi ekonomi terhadapnya.

Namun, Anwar Sadat tetap teguh pada keyakinannya bahwa perdamaian dengan Israel adalah langkah yang diperlukan untuk mencapai stabilitas regional dan menjamin hak-hak rakyat Palestina.

Meskipun dihadapkan pada kritik dan ancaman terhadap nyawanya sendiri, Sadat tidak mundur dari pendiriannya.

Pada 1979, Perjanjian Damai Israel-Mesir secara resmi ditandatangani di Washington DC. Perjanjian ini mendapat pengakuan internasional yang luas dan menghasilkan pemulihan hubungan diplomatik antara Mesir dan Israel.

Sadat dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada 1978 atas upayanya dalam mencapai perdamaian tersebut.

Namun, penandatanganan perjanjian tersebut juga memicu kontroversi di dalam negeri Mesir. Beberapa kelompok Islam menentang keputusan Sadat, menganggapnya sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina.

Pada 6 Oktober 1981, Anwar Sadat terbunuh dalam serangan teroris saat menghadiri parade militer di Kairo. Kelompok garis keras yang terlibat dalam serangan tersebut menentang kebijakan Sadat terkait Israel.

Meskipun hidupnya berakhir tragis, warisan Anwar Sadat sebagai presiden negara Timur Tengah pertama yang menormalisasi hubungan dengan Israel tetap berpengaruh.

Keputusannya membuka jalan bagi negara-negara Arab lainnya untuk menjalin hubungan dengan Israel, seperti yang terjadi kemudian dengan Yordania (1994) dan Uni Emirat Arab (2020).

Langkah-langkah ini, bagaimanapun kontroversialnya, merupakan upaya mencapai perdamaian dan menyelesaikan konflik yang telah berkecamuk di Timur Tengah selama bertahun-tahun.

Anwar Sadat adalah tokoh yang berani dan visioner, yang memiliki tekad mencapai perdamaian dan stabilitas di kawasan Timur Tengah.

Meskipun dihadapkan pada tantangan besar dan risiko pribadi yang tinggi, keberaniannya menormalisasi hubungan dengan Israel mengubah dinamika politik di kawasan tersebut.

Bagi para penentangnya, keputusan Sadat dianggap mengkhianati Palestina. Namun bagi para pendukungnya, langkah itu diklaim memberikan harapan untuk masa depan yang lebih damai di Timur Tengah.
(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1857 seconds (0.1#10.140)