6 Negara yang Mempunyai Pangkalan Militer di Negara Lain, Nomor 5 Tetangga Indonesia

Rabu, 07 Juni 2023 - 16:39 WIB
loading...
A A A
Salah satunya adalah Sekolah Penengan atau Skuadron 130 di Australia. Itu menjadi pusat pelatihan penerbangan militer milik Singapura.

Selain itu, Singapura juga memiliki pangkalan udara di AS bersama militer AS di Luke Air Force Base.

6. Turki

6 Negara yang Mempunyai Pangkalan Militer di Negara Lain, Nomor 5 Tetangga Indonesia

Foto/Reuters

Turki memiliki 10 pangkalan militer di negara lain, baik di Timur Tengah dan Afrika.

Itu memungkinkan Ankara untuk mengerahkan aset udara, darat, dan laut yang cukup besar ke wilayah penting yang strategis jauh melampaui perbatasannya sendiri dan menantang saingan regionalnya – terutama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) – di beberapa bidang utama.

Levent Ozgul, seorang analis pertahanan Turki, mencatat bahwa Turki memiliki “pangkalan ekspedisi formal” di Qatar, Somalia, Siprus utara, dan Sudan bersama dengan “kegiatan informal di Tripoli, Libya” di mana Turki mendukung dan mempersenjatai Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) melawan Tentara Nasional Libya (LNA) yang didukung UEA.

“Pengerahan Qatar, Somalia dan Sudan dan upaya Libya semuanya melawan Arab Saudi dan UEA,” Ozgul mengatakan kepada Ahval.

Turki telah memiliki pangkalan militer di Qatar selama beberapa tahun, memberikan pasukannya pijakan di Teluk. Ketika Saudi dan Emirat mempelopori blokade besar-besaran terhadap Qatar pada musim panas 2017, Turki memperkuat kehadiran pasukannya di sana untuk menunjukkan dukungan yang jelas kepada sekutunya.

Di Somalia, Turki mendirikan pangkalan militer besar di ibu kota Mogadishu untuk melatih tentara Somalia. Biayanya diperkirakan $50 juta dan dapat melatih sekitar 1.500 tentara Somalia sekaligus untuk membantu Mogadishu memerangi kelompok Al-Shabaab.

Ozgul mengatakan Siprus adalah “tempat terpanas” di mana Turki memiliki pasukan militer. Pengeboran gas alam yang baru ditemukan Turki di lepas pantai Republik Siprus selatan ditentang oleh Uni Eropa, negara-negara kawasan lain, dan Amerika Serikat, yang mendesak Ankara untuk menghentikannya.

Mustafa Gurbuz, seorang peneliti non-residen di Arab Center di Washington D.C., mengatakan mungkin mengejutkan bahwa kekuatan lunak Turki di Timur Tengah menurun dengan cepat, aktivisme militer Turki mencapai puncaknya, meninggalkan jejak yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak zaman Ottoman.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1359 seconds (0.1#10.140)