AS Incar TNT Jepang untuk Artileri yang Dikirim ke Ukraina

Jum'at, 02 Juni 2023 - 16:01 WIB
loading...
AS Incar TNT Jepang untuk Artileri yang Dikirim ke Ukraina
Tentara Ukraina menembakkan howitzer D-20 di Kiev. Foto/sputnik
A A A
WASHINGTON - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dilaporkan berusaha mengamankan pasokan TNT di Jepang untuk peluru artileri 155 mm buatan AS.

Langkah ini bagian dari upaya Gedung Putih memberi Kiev lebih banyak amunisi. Saat ini serangan balasan Ukraina terhadap pasukan Rusia sangat ditunggu.

Washington dan sekutu NATO-nya terus memasok senjata ke Kiev meskipun Rusia berulang kali memperingatkan pengiriman semacam itu menambah perpanjangan konflik di Ukraina.

Reuters melaporkan, mengutip sumber tanpa nama, yang mengatakan, "Ada cara bagi Amerika Serikat untuk membeli bahan peledak dari Jepang." Sejauh ini belum ada media lain yang melaporkannya.

Salah satu sumber dilaporkan mengklaim Tokyo, yang menerima kunjungan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin awal pekan ini, telah memberi tahu Washington bahwa mereka akan mengizinkan penjualan TNT industri karena bahan peledak itu bukan produk yang hanya digunakan untuk militer.



Menurut orang dalam tersebut, AS ingin menyambungkan perusahaan Jepang ke dalam rantai pasokan TNT untuk mengirimkan bahan peledak ke pabrik amunisi milik tentara AS yang akan mengemasnya ke dalam selongsong peluru 155 mm.

Kementerian Perdagangan, Industri dan Ekonomi Jepang serta Badan Akuisisi, Teknologi, dan Logistik Kementerian Pertahanan Jepang menolak menjelaskan masalah ini.

Departemen Luar Negeri AS hanya mengatakan Washington bekerja dengan sekutu dan mitra "untuk memberikan dukungan yang dibutuhkan Ukraina", dan Jepang "telah menunjukkan kepemimpinan dalam mendukung pertahanan Ukraina."

Setelah outlet berita menghubungi 22 pembuat bahan peledak yang terdaftar di situs web Asosiasi Industri Bahan Peledak Jepang, satu-satunya perusahaan yang menanggapi adalah perusahaan Chugoku Kayaku yang berbasis di Hiroshima, yang mengatakan mereka “belum menerima permintaan langsung dari pemerintah AS atau militer AS.”
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1111 seconds (0.1#10.140)