Rusak Ditabrak Burung, Jet Tempur Siluman F-35 Korsel Terancam Dibuang Layaknya Sampah
loading...
A
A
A
SEOUL - Sebuah jet tempur siluman F-35A milik Korea Selatan (Korsel) terancam dibuang layaknya sampah karena rusak parah setelah ditabrak burung elang pada tahun lalu. Pesawat itu berpotensi dibuang karena biaya perbaikannya sangat mahal.
Mengutip laporan Korea Times, Kamis (25/5/2023), jet tempur F-35A senilai USD100 juta yang rusak parah membutuhkan perbaikan yang akan memakan biaya USD76 juta. Itu artinya, biaya perbaikannya hampir mendekati biaya pembelian,
Penilaian tersebut muncul dalam diskusi antara Angkatan Udara Republik Korea dan Lockheed Martin--raksasa industri pertahanan Amerika yang membuat pesawat tempur siluman F-35.
Jika militer Korsel membayar perbaikan karena insiden Januari 2022, itu adalah "nasib buruk. Sebab, itu bukan akibat kesalahan mekanis yang bisa dibebankan pada Lockheed Martin.
Militer Korea Selatan mengatakan bahwa salah satu opsi yang tersedia untuk kebijaksanaan mereka adalah "melenyapkan pesawat", yang berarti membuangnya. Namun, keputusan belum diambil terkait masalah tersebut.
F-35A adalah varian pesawat siluman F-35 Amerika yang paling banyak dioperasikan.
Menurut seorang pejabat Angkatan Udara Republik Korea, layanan militer tersebut telah berbicara dengan Lockheed Martin tentang apa yang harus dilakukan dengan pesawat tempur yang rusak tersebut.
Pejabat tersebut mengatakan bahwa keputusan apakah akan memperbaiki atau membuangnya akan dibuat setelah mempertimbangkan implikasi ekonomi dan keselamatan.
Pada Januari 2022, seorang pilot F-35A Korea Selatan terpaksa melakukan “belly landing" atau "pendaratan perut” setelah pesawatnya ditabrak burung elang selama sesi latihan yang menyebabkan kesalahan pada sistem avioniknya.
Saat itu, Angkatan Udara Republik Korea (ROKAF) mengumumkan bahwa jet tersebut bertabrakan dengan elang seberat 10 kilogram.
Elang tersebut dilaporkan menabrak asupan udara kiri pesawat, menerobos sekat ke ruang senjata, merusak saluran hidrolik dan kabel catu daya, dan mengganggu pengoperasian roda pendaratan.
Pesawat jet itu mendarat dengan posisi tengkurap sementara pilotnya berhasil keluar tanpa cedera.
Menurut para pejabat setempat, insiden itu terjadi ketika pesawat tempur itu terbang di ketinggian rendah untuk memasuki lapangan tembak untuk misi tembak udara-ke-darat setelah lepas landas dari pangkalan udara di Cheongju, 140 kilometer selatan Seoul.
Tim penyelidikan gabungan yang terdiri dari 12 ahli Korea Selatan dan 14 orang Amerika dari pemerintah, Angkatan Udara, dan produsen pesawat tempur segera dibentuk oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat setelah insiden tersebut.
Mengutip laporan Korea Times, Kamis (25/5/2023), jet tempur F-35A senilai USD100 juta yang rusak parah membutuhkan perbaikan yang akan memakan biaya USD76 juta. Itu artinya, biaya perbaikannya hampir mendekati biaya pembelian,
Penilaian tersebut muncul dalam diskusi antara Angkatan Udara Republik Korea dan Lockheed Martin--raksasa industri pertahanan Amerika yang membuat pesawat tempur siluman F-35.
Jika militer Korsel membayar perbaikan karena insiden Januari 2022, itu adalah "nasib buruk. Sebab, itu bukan akibat kesalahan mekanis yang bisa dibebankan pada Lockheed Martin.
Militer Korea Selatan mengatakan bahwa salah satu opsi yang tersedia untuk kebijaksanaan mereka adalah "melenyapkan pesawat", yang berarti membuangnya. Namun, keputusan belum diambil terkait masalah tersebut.
F-35A adalah varian pesawat siluman F-35 Amerika yang paling banyak dioperasikan.
Menurut seorang pejabat Angkatan Udara Republik Korea, layanan militer tersebut telah berbicara dengan Lockheed Martin tentang apa yang harus dilakukan dengan pesawat tempur yang rusak tersebut.
Pejabat tersebut mengatakan bahwa keputusan apakah akan memperbaiki atau membuangnya akan dibuat setelah mempertimbangkan implikasi ekonomi dan keselamatan.
Pada Januari 2022, seorang pilot F-35A Korea Selatan terpaksa melakukan “belly landing" atau "pendaratan perut” setelah pesawatnya ditabrak burung elang selama sesi latihan yang menyebabkan kesalahan pada sistem avioniknya.
Saat itu, Angkatan Udara Republik Korea (ROKAF) mengumumkan bahwa jet tersebut bertabrakan dengan elang seberat 10 kilogram.
Elang tersebut dilaporkan menabrak asupan udara kiri pesawat, menerobos sekat ke ruang senjata, merusak saluran hidrolik dan kabel catu daya, dan mengganggu pengoperasian roda pendaratan.
Pesawat jet itu mendarat dengan posisi tengkurap sementara pilotnya berhasil keluar tanpa cedera.
Menurut para pejabat setempat, insiden itu terjadi ketika pesawat tempur itu terbang di ketinggian rendah untuk memasuki lapangan tembak untuk misi tembak udara-ke-darat setelah lepas landas dari pangkalan udara di Cheongju, 140 kilometer selatan Seoul.
Tim penyelidikan gabungan yang terdiri dari 12 ahli Korea Selatan dan 14 orang Amerika dari pemerintah, Angkatan Udara, dan produsen pesawat tempur segera dibentuk oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat setelah insiden tersebut.
(mas)