Sistem Rudal Patriot AS Harganya Rp16,4 Triliun, Ini Belasan Negara yang Menggunakannya

Sabtu, 20 Mei 2023 - 10:43 WIB
loading...
Sistem Rudal Patriot...
Sistem rudal Patriot Amerika Serikat harganya mencapai lebih dari Rp16,4 triliun. Ada belasan negara yang menggunakannya. Fotografis/USA Today
A A A
JAKARTA - Sistem pertahanan rudal Patriot buatan Amerika Serikat (AS) telah jadi pemberitaan media internasional terkait perannya dalam pertempuran dahsyat di Ukraina.

Satu baterai sistem ini harganya sangat mahal, yakni USD1,1 miliar (lebih dari Rp16,4 triliun). Sistem ini telah dioperasikan oleh belasan negara, termasuk negara-negara NATO dan sekutu Amerika di Timur Tengah.

Rusia mengeklaim telah menghancurkan satu bateri sistem Patriot di Ukraina melalui serangan rudal hipersonik Kinzhal pada Selasa malam lalu. AS dan Ukraina membantah.

Para pejabat Pentagon mengonfirmasi sistem itu tidak hancur tapi rusak. Meski demikian, sistem itu sudah diperbaiki dan berfungsi lagi di Ukraina.

Ukraina mulai meminta sistem Patriot pada Agustus 2021, lima bulan sebelum Rusia menginvasi Ukraina.



AS mengatakan pada Desember 2022 bahwa mereka akan mengirim baterai Patriot sebagai bagian dari paket bantuan senilai USD1,85 miliar ke Ukraina, sebuah langkah yang dipandang sebagai komitmen kuat untuk negara tersebut.

Ukraina saat ini mengoperasikan dua sistem Patriot, satu dari AS dan satu lagi dari Jerman.

Apa Itu Sistem Rudal Patriot?


Patriot adalah sistem peluru kendali permukaan-ke-udara yang dipasang di truk. Ini mulai diproduksi pada 1980-an dan dapat menargetkan pesawat terbang, rudal jelajah, dan rudal balistik jarak pendek. Menurut pembuatnya, Raytheon, sistem itu terus diperbarui.

Menurut Center for Strategic and International Studies (CSIS), seperti dikutip USA Today, total biaya penyediaan satu baterai sistem rudal Patriot ke Ukraina adalah USD1,1 miliar. Rinciannya, sekitar USD400 juta untuk paket sistem dan USD690 juta untuk rudal pencegat.

Patriot adalah singkatan dari Phased Array Tracking Radar to Intercept on Target.

Setiap baterai sistem rudal Patriot memiliki: sistem peluncuran yang dipasang di truk dengan delapan peluncur, peluncur yang masing-masing dapat menampung hingga empat rudal pencegat, unit radar darat, sebuah stasiun kontrol, generator, dan antena.

Dibutuhkan sekitar 90 tentara untuk mengoperasikan baterai sistem Patriot.

Pelatihan tentang sistem membutuhkan waktu. Layanan Riset Kongres merinci waktu pelatihan tersebut, yakni operator sistem 13 minggu, operator pengendalian tembakan: 20 minggu, perbaikan sistem: 53 minggu.

Sisem rudal ini berbasis darat, tetapi Lockheed Martin meluncurkan sistem serupa pada Januari yang dapat digunakan untuk kapal Angkatan Laut AS.

Belasan Negara Pengguna Sistem Rudal Patriot


Selain AS dan Ukraina, ada belasan negara lain yang menggunakan sistem rudal Patriot.

Mereka adalah negara-negara NATO (Jerman, Yunani, Belanda, Spanyol, Swedia, Polandia, dan Rumania) dan negara non-NATO (Jepang, Korea Selatan, Israel, Kuwait, Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Taiwan, dan Bahrain).

Sistem rudal Patriot telah dikritik di masa lalu. Sebuah laporan Foreign Policy pada tahun 2018 menyebut sistem itu "lemon".

Pejabat militer mengatakan laporan tersebut "hiperbola". Namun, dalam laporan tahun 2022, CSIS mengatakan sistem tersebut telah berhasil menghalau serangan yang melibatkan sejumlah rudal dan drone dalam Perang Yaman.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
China Upgrade Besar-besaran...
China Upgrade Besar-besaran Pangkalan di Laut China Selatan, Terlihat Pesawat Pengebom H-6K
Perang Dagang Sengit,...
Perang Dagang Sengit, Diplomat Beijing: Gaun Sekretaris Pers Gedung Putih Buatan China
AS Kembali Tangkap Mahasiswa...
AS Kembali Tangkap Mahasiswa Pro-Palestina, Namanya Mohsen Mahdawi
Kepala Pentagon: China...
Kepala Pentagon: China Dapat Tenggelamkan Seluruh Kapal Induk AS dalam 20 Menit
Lukashenko Sebut Sekutu...
Lukashenko Sebut Sekutu NATO Sekarang Diam setelah Belarusia Dilindungi Senjata Nuklir Rusia
Jerman Siap Kirim Rudal...
Jerman Siap Kirim Rudal Canggih Taurus ke Ukraina untuk Melawan Rusia
Trump: Jutaan Orang...
Trump: Jutaan Orang Tewas karena Putin, Biden, dan Zelensky
Rusia Akan Tempatkan...
Rusia Akan Tempatkan Pesawat Militer di Papua, Australia Minta Penjelasan Indonesia
Presiden Singapura Shanmugaratnam...
Presiden Singapura Shanmugaratnam Bubarkan Parlemen, Pemilu Digelar 3 Mei
Rekomendasi
IDI Keluarkan Surat...
IDI Keluarkan Surat Edaran Pasca Kasus Dokter PPDS Unpad Memperkosa Pasien dan Penunggu
Ekstradisi Buronan Paulus...
Ekstradisi Buronan Paulus Tannos, Menkum: Pemerintah Lengkapi Dokumen Tambahan
UGM Tegaskan Jokowi...
UGM Tegaskan Jokowi Kuliah di Fakultas Kehutanan, Lulus 1985
Berita Terkini
4 Alasan Australia Sangat...
4 Alasan Australia Sangat Takut dengan Isu Putin Ingin Gunakan Pangkalan Militer di Papua
2 jam yang lalu
Australia Protes ke...
Australia Protes ke Indonesia Terkait Rusia Minta Gunakan Pangkalan Militer di Papua
3 jam yang lalu
Panglima Militer Israel...
Panglima Militer Israel Sebut Tujuan Perang Gaza Tidak Akan Tercapai, Ini 3 Pemicunya
4 jam yang lalu
Siapa Syekh Mishary?...
Siapa Syekh Mishary? Imam Kuwait yang Pernah Mengkritik Hamas dan Selalu Memuji Raja Salman
4 jam yang lalu
Uni Eropa Larang Calon...
Uni Eropa Larang Calon Anggotanya Rayakan Kemenangan Perang Dunia II di Moskow
6 jam yang lalu
Pasukan Elite Israel...
Pasukan Elite Israel Brigade Golani Tandatangani Petisi Minta Perang Gaza Diakhiri
7 jam yang lalu
Infografis
Negara-Negara Arab Kompak...
Negara-Negara Arab Kompak Menolak Bantu AS Serang Iran
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved