5 Gebrakan Diplomasi Internasional Mohammed Bin Salman, Nomor Terakhir Pembuat Masalah
loading...
A
A
A
Setelah banyak insiden penyerangan fasilitas minyak Saudi oleh pemberontak Houthi yang didukung Iran, Mohammed bin Salman mulai melunak. Serangan itu merugikan Saudi secara ekonomi. Dia menurunkan ketegangan dengan Iran dan bersiap membuka kedutaan di Teheran. Saudi membuka hubungan diplomasinya dengan Iran.
Saudi juga menyambut hangat Presiden Suriah Bashar al-Assad yang didukung Iran. Suriah kembali bergabung dengan Liga Arab.
"Pangeran Mohammed menikmati momen ini," kata Emile Hokayem, direktur keamanan regional di International Institute for Strategic Studies, dilansir Financial Times.
"Ekonomi kembali bangkit, kekuatan besar saling bertautan, dia (Pangeran Mohammed) mengkalibrasi kebijakan luar negerinya dengan memprioritaskan geoekonomi, transformasi dan memprioritaskan agendanya," tuturnya.
4. Menjauhi Amerika Serikat
Pangeran Mohammed mulai menjauhi Amerika Serikat (AS). Itu mulai terasa ketika Washington dipimpin Joe Biden dan mulai mengkritik pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan para pemimpin Saudi tersebut. Pangeran Mohammed pun mulai memperluas hubungan dengan China yang menjanjikan banyak investasi.
"Nilai payung keamanan Amerika sudah melemah di Saudi," kata Ali Shihabi, pakar politik Arab Saudi. "Saudi memilih menjalin hubungan strategi dengan China yang dekat dengan Iran," paparnya.
5. Pemicu Masalah
Mohammed bin Salman merupakan pemimpin de facto Saudi yang membuat masalah di Timur Tengah. Reputasi tersebut masih melekat padanya.
Saat masih menjadi menteri pertahanan pada 2015, Mohammed bin Salman menggunakan pendekatan otot, termasuk intervensi militer di Yaman melawan Houthi, hingga melakukan embargo terhadap Qatar.
Lihat Juga: Pakar Terorisme Bingung, Taleb Abdulmohsen Murtad dan Ateis tapi Serang Pasar Natal Jerman
Saudi juga menyambut hangat Presiden Suriah Bashar al-Assad yang didukung Iran. Suriah kembali bergabung dengan Liga Arab.
"Pangeran Mohammed menikmati momen ini," kata Emile Hokayem, direktur keamanan regional di International Institute for Strategic Studies, dilansir Financial Times.
"Ekonomi kembali bangkit, kekuatan besar saling bertautan, dia (Pangeran Mohammed) mengkalibrasi kebijakan luar negerinya dengan memprioritaskan geoekonomi, transformasi dan memprioritaskan agendanya," tuturnya.
4. Menjauhi Amerika Serikat
Pangeran Mohammed mulai menjauhi Amerika Serikat (AS). Itu mulai terasa ketika Washington dipimpin Joe Biden dan mulai mengkritik pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan para pemimpin Saudi tersebut. Pangeran Mohammed pun mulai memperluas hubungan dengan China yang menjanjikan banyak investasi.
"Nilai payung keamanan Amerika sudah melemah di Saudi," kata Ali Shihabi, pakar politik Arab Saudi. "Saudi memilih menjalin hubungan strategi dengan China yang dekat dengan Iran," paparnya.
5. Pemicu Masalah
Mohammed bin Salman merupakan pemimpin de facto Saudi yang membuat masalah di Timur Tengah. Reputasi tersebut masih melekat padanya.
Saat masih menjadi menteri pertahanan pada 2015, Mohammed bin Salman menggunakan pendekatan otot, termasuk intervensi militer di Yaman melawan Houthi, hingga melakukan embargo terhadap Qatar.
Lihat Juga: Pakar Terorisme Bingung, Taleb Abdulmohsen Murtad dan Ateis tapi Serang Pasar Natal Jerman
(ahm)