5 Kekejaman Mohammed bin Salman, Sisi Gelap Putra Mahkota Arab Saudi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mohammed bin Salman. Siapa yang tidak kenal dengan putra mahkota Arab Saudi ini. Ia adalah sosok yang dianggap sebagai penguasa de facto kerajaan di Teluk Arab.
Awal tahun ini, pria yang dikenal dengan sebutan MBS itu dinobatkan sebagai pemimpin Arab paling berpengaruh pada tahun 2022 versi Russia Today (RT). MBS mendapatkan reputasi internasionalnya karena memelopori gerakan liberalisasi di negaranya. Ia juga mengambil langkah-langkah untuk menarik beragam investasi guna membentuk ekonomi yang tidak bergantung pada minyak.
Namun, di balik itu semua, pria berusia 37 tahun itu memiliki sisi gelap dalam hidupnya. Ia bisa berubah menjadi pria bertangan besi untuk merepons perbedaan pendapat di kerajaan Arab Saudi.
Kelompok hak asasi manusia menuduh pasukan koalisi pimpinan Saudi-Uni Emirat Arab (UEA) melakukan pengeboman tanpa pandang bulu terhadap warga sipil dan rumah sakit, sekolah, dan infrastruktur lainnya.
Perang yang berlangsung lama telah menewaskan puluhan ribu orang, menelantarkan jutaan lainnya, dan menyebabkan sebagian besar negara itu di ambang kelaparan. PBB menggambarkan Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Berbicara kepada Time pada April 2018, MBS membela intervensi yang dipimpin Arab Saudi di Yaman, dengan mengatakan: “Dalam setiap operasi militer, kesalahan terjadi… Tentu saja, kesalahan apa pun yang dibuat oleh Arab Saudi atau koalisi adalah kesalahan yang tidak disengaja.
“Kita tidak perlu memiliki Hizbullah baru di semenanjung Arab,” mengacu pada kelompok Lebanon yang didukung Iran.” Ini adalah garis merah tidak hanya untuk Arab Saudi tetapi untuk seluruh dunia.”
MBS umumnya dipandang sebagai kekuatan utama di balik keputusan tersebut, tetapi kelompok aktivis hak asasi manusia Arab Saudilah yang pertama kali memperjuangkan hak untuk mengemudi kembali pada tahun 1990-an dan terus mendorong hak tersebut secara terbuka sejak saat itu.
Beberapa aktivis, kebanyakan perempuan tetapi juga beberapa laki-laki, ditangkap hanya beberapa minggu sebelum larangan resmi dicabut.
Human Rights Watch (HRW) mengkritik penangkapan tersebut, mengatakan itu adalah upaya MBS untuk menunjukkan bahwa dia tidak akan menerima kritik atas pemerintahannya.
Awal tahun ini, pria yang dikenal dengan sebutan MBS itu dinobatkan sebagai pemimpin Arab paling berpengaruh pada tahun 2022 versi Russia Today (RT). MBS mendapatkan reputasi internasionalnya karena memelopori gerakan liberalisasi di negaranya. Ia juga mengambil langkah-langkah untuk menarik beragam investasi guna membentuk ekonomi yang tidak bergantung pada minyak.
Namun, di balik itu semua, pria berusia 37 tahun itu memiliki sisi gelap dalam hidupnya. Ia bisa berubah menjadi pria bertangan besi untuk merepons perbedaan pendapat di kerajaan Arab Saudi.
Kekejaman Mohammed bin Salman
Berikut adalah kekejaman Mohammed bin Salman seperti dilansir dari Al Jazeera, Jumat (12/5/2023).1. Intervensi Perang Saudara Yaman
Pada 2015, Arab Saudi ikut campur dalam perang saudara di negara tetangga Yaman, meluncurkan kampanye udara yang menargetkan pemberontak Houthi, yang dengan cepat merebut wilayah.Kelompok hak asasi manusia menuduh pasukan koalisi pimpinan Saudi-Uni Emirat Arab (UEA) melakukan pengeboman tanpa pandang bulu terhadap warga sipil dan rumah sakit, sekolah, dan infrastruktur lainnya.
Perang yang berlangsung lama telah menewaskan puluhan ribu orang, menelantarkan jutaan lainnya, dan menyebabkan sebagian besar negara itu di ambang kelaparan. PBB menggambarkan Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Berbicara kepada Time pada April 2018, MBS membela intervensi yang dipimpin Arab Saudi di Yaman, dengan mengatakan: “Dalam setiap operasi militer, kesalahan terjadi… Tentu saja, kesalahan apa pun yang dibuat oleh Arab Saudi atau koalisi adalah kesalahan yang tidak disengaja.
“Kita tidak perlu memiliki Hizbullah baru di semenanjung Arab,” mengacu pada kelompok Lebanon yang didukung Iran.” Ini adalah garis merah tidak hanya untuk Arab Saudi tetapi untuk seluruh dunia.”
2. Memenjarakan Aktivis Hak-hak Perempuan
Pada tahun 2018, Arab Saudi mengizinkan perempuan untuk mengemudi, sebuah langkah yang dilihat oleh banyak orang sebagai langkah progresif untuk hak-hak perempuan di kerajaan tersebut.MBS umumnya dipandang sebagai kekuatan utama di balik keputusan tersebut, tetapi kelompok aktivis hak asasi manusia Arab Saudilah yang pertama kali memperjuangkan hak untuk mengemudi kembali pada tahun 1990-an dan terus mendorong hak tersebut secara terbuka sejak saat itu.
Beberapa aktivis, kebanyakan perempuan tetapi juga beberapa laki-laki, ditangkap hanya beberapa minggu sebelum larangan resmi dicabut.
Human Rights Watch (HRW) mengkritik penangkapan tersebut, mengatakan itu adalah upaya MBS untuk menunjukkan bahwa dia tidak akan menerima kritik atas pemerintahannya.