Hari Ini Thailand Gelar Pemilu, Putri Thaksin Diunggulkan
loading...
A
A
A
BANGKOK - Pemungutan suara pemilihan umum (pemilu) Thailand telah dimulai, Minggu (14/5/2023), di mana putri mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra yang digulingkan dijagokan bakal memenangkan pertarungan.
Pemilu ini digambarkan sebagai titik balik bagi negara yang telah mengalami selusin kudeta militer dalam sejarahnya baru-baru ini.
Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, jenderal militer yang memimpin kudeta terakhir pada tahun 2014, sedang berusaha untuk mempertahankan kekuasaanya.
Namun dia menghadapi tantangan kuat dari dua partai anti-militer.
Memimpin persaingan adalah partai Pheu Thai (Untuk orang Thailand), yang dipimpin oleh putri Thaksin, Paetongtarn Shinawatra. Wanita berusia 36 tahun itu memanfaatkan jaringan luas perlindungan ayahnya sambil tetap berpegang pada pesan populis yang bergema di pedesaan, daerah berpenghasilan rendah di negara itu.
Thaksin, seorang miliuner telekomunikasi, dicintai oleh banyak warga Thailand berpenghasilan rendah, tetapi sangat tidak populer di kalangan elit royalis. Dia digulingkan dalam kudeta militer pada tahun 2006, ketika lawan-lawannya menuduhnya melakukan korupsi. Dia membantah tuduhan tersebut dan tinggal di pengasingan sejak 2008 di London serta Dubai.
"Saya pikir setelah delapan tahun rakyat menginginkan politik yang lebih baik, solusi yang lebih baik bagi negara daripada sekadar kudeta," kata Paetongtarn kepada BBC dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
Pesaing lainnya adalah partai Move Forward, yang dipimpin oleh Pita Limjaroenrat, mantan eksekutif teknologi berusia 42 tahun,yang juga naik pesat dalam jajak pendapat. Kandidatnya yang muda, progresif, dan ambisius telah mengkampanyekan pesan sederhana namun kuat: Thailand perlu berubah.
"Dan perubahan itu benar-benar bukan tentang melakukan kudeta lagi. Karena itu adalah perubahan ke belakang. Ini tentang mereformasi militer, monarki, untuk masa depan yang demokratis, dengan kinerja ekonomi yang lebih baik," kata Thitinan Pongsudhirak, dari Institute of Security and International Studies di Universitas Chulalongkorn seperti dilansir dari BBC.
Pemilu ini digambarkan sebagai titik balik bagi negara yang telah mengalami selusin kudeta militer dalam sejarahnya baru-baru ini.
Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, jenderal militer yang memimpin kudeta terakhir pada tahun 2014, sedang berusaha untuk mempertahankan kekuasaanya.
Namun dia menghadapi tantangan kuat dari dua partai anti-militer.
Memimpin persaingan adalah partai Pheu Thai (Untuk orang Thailand), yang dipimpin oleh putri Thaksin, Paetongtarn Shinawatra. Wanita berusia 36 tahun itu memanfaatkan jaringan luas perlindungan ayahnya sambil tetap berpegang pada pesan populis yang bergema di pedesaan, daerah berpenghasilan rendah di negara itu.
Thaksin, seorang miliuner telekomunikasi, dicintai oleh banyak warga Thailand berpenghasilan rendah, tetapi sangat tidak populer di kalangan elit royalis. Dia digulingkan dalam kudeta militer pada tahun 2006, ketika lawan-lawannya menuduhnya melakukan korupsi. Dia membantah tuduhan tersebut dan tinggal di pengasingan sejak 2008 di London serta Dubai.
"Saya pikir setelah delapan tahun rakyat menginginkan politik yang lebih baik, solusi yang lebih baik bagi negara daripada sekadar kudeta," kata Paetongtarn kepada BBC dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
Pesaing lainnya adalah partai Move Forward, yang dipimpin oleh Pita Limjaroenrat, mantan eksekutif teknologi berusia 42 tahun,yang juga naik pesat dalam jajak pendapat. Kandidatnya yang muda, progresif, dan ambisius telah mengkampanyekan pesan sederhana namun kuat: Thailand perlu berubah.
"Dan perubahan itu benar-benar bukan tentang melakukan kudeta lagi. Karena itu adalah perubahan ke belakang. Ini tentang mereformasi militer, monarki, untuk masa depan yang demokratis, dengan kinerja ekonomi yang lebih baik," kata Thitinan Pongsudhirak, dari Institute of Security and International Studies di Universitas Chulalongkorn seperti dilansir dari BBC.