3 Calon Pengganti Raja Salman Jika Meninggal Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dari Kerajaan Arab Saudi sepanjang masa kepemimpinannya telah menunjuk tiga kandidat pangeran yang nantinya akan menggantikan dirinya apabila meninggal dunia.
Dalam sistem penerus kekuasaan di Arab Saudi, seorang raja bebas untuk menentukan siapa yang akan menjadi penerusnya, asalkan masih dalam satu keturunan.
Sehingga bisa saja seorang pangeran yang dipilih merupakan keponakan atau adik kandung dari raja itu sendiri. Hal ini telah terjadi di masa kepemimpinan Raja Saud bin Abdulaziz.
Ketika Saud bin Abdulaziz wafat, penggantinya bukanlah anak laki-lakinya, melainkan saudara laki-lakinya, yakni Pangeran Faisal bin Abdulaziz.
Sejak saat itu, pergantian kekuasaan di Arab Saudi mulai diturunkan ke saudara laki-laki dan bukan ke anak mereka. Namun hal tersebut kemungkinan besar akan terhenti di masa Raja Salman.
Pada kepemimpinan Raja Salman ini, dirinya telah memberikan gelar putra mahkota kepada tiga kandidat.
Pada Januari 2015, Raja Salman pernah menjadikan keponakannya, yaitu Pangeran Mansour bin Muqrin sebagai putra mahkota. Menurut The Guardian, saat itu kondisi kesehatan Raja Salman tengah memburuk.
Pangeran Mansour bin Muqrin adalah putra dari mantan Putra Mahkota Muqrin bin Abdulaziz al-Saud—saudara dari Raja Salman.
Belum setahun menyandang gelar sebagai putra mahkota, tepatnya pada April 2015, posisi Muqrin dicopot dengan alasan yang sampai saat ini masih belum dipublikasikan.
Sampai pada tahun 2017 lalu, pangeran senior Arab Saudi ini dinyatakan tewas dalam kecelakaan helikopter. Kendaraan yang ditumpanginya jatuh di dekat perbatasan Yaman.
Setelah posisi putra mahkota pada Pangeran Muqrin dicopot, Raja Salman menunjuk penerus berikutnya yaitu keponakannya yang lain, Mohammed bin Nayef, pada 2015.
Sayangnya kedudukan putra mahkota ini hanya bertahan selama 2 tahun, setelah pada 2017 Raja Salman lebih memilih anaknya sendiri yaitu Pangeran Mohammed bin Salman sebagai putra mahkota.
Sejumlah alasan pun dituduhkan kepada Pangeran Mohammed bin Nayef kala itu, supaya namanya jatuh. Mulai dari tudingan kecanduan narkoba, mengangkat isu penolakan embargo Qatar, korupsi, hingga dituding akan melakukan kudeta.
Penunjukkan Pangeran Mohammed bin Salman atau MBS sebagai putra mahkota ini sekaligus membuat sistem yang telah terbangun mengalami perubahan. Lantaran sejak kepemimpinan Raja Saud bin Abdulaziz, belum ada raja yang menurunkan kekuasaan pada anaknya sendiri.
Dilansir dari Business Insider, ketika MBS menjadi putra mahkota pada 2017, beberapa bangsawan Saudi khawatir bahwa takhta akan mulai diwariskan dalam garis suksesi keturunan, daripada yang telah melayani negara dengan baik sejauh ini.
Namun sepanjang masa baktinya sebagai putra mahkota, MBS memang kerap tampil mencolok dengan berbagai kebijakan revolusioner yang dibuatnya.
Dalam sistem penerus kekuasaan di Arab Saudi, seorang raja bebas untuk menentukan siapa yang akan menjadi penerusnya, asalkan masih dalam satu keturunan.
Sehingga bisa saja seorang pangeran yang dipilih merupakan keponakan atau adik kandung dari raja itu sendiri. Hal ini telah terjadi di masa kepemimpinan Raja Saud bin Abdulaziz.
Ketika Saud bin Abdulaziz wafat, penggantinya bukanlah anak laki-lakinya, melainkan saudara laki-lakinya, yakni Pangeran Faisal bin Abdulaziz.
Sejak saat itu, pergantian kekuasaan di Arab Saudi mulai diturunkan ke saudara laki-laki dan bukan ke anak mereka. Namun hal tersebut kemungkinan besar akan terhenti di masa Raja Salman.
3 Calon Pengganti Raja Salman
Pada kepemimpinan Raja Salman ini, dirinya telah memberikan gelar putra mahkota kepada tiga kandidat.
1. Mansour bin Muqrin
Pada Januari 2015, Raja Salman pernah menjadikan keponakannya, yaitu Pangeran Mansour bin Muqrin sebagai putra mahkota. Menurut The Guardian, saat itu kondisi kesehatan Raja Salman tengah memburuk.
Pangeran Mansour bin Muqrin adalah putra dari mantan Putra Mahkota Muqrin bin Abdulaziz al-Saud—saudara dari Raja Salman.
Belum setahun menyandang gelar sebagai putra mahkota, tepatnya pada April 2015, posisi Muqrin dicopot dengan alasan yang sampai saat ini masih belum dipublikasikan.
Sampai pada tahun 2017 lalu, pangeran senior Arab Saudi ini dinyatakan tewas dalam kecelakaan helikopter. Kendaraan yang ditumpanginya jatuh di dekat perbatasan Yaman.
2. Mohammed bin Nayef
Setelah posisi putra mahkota pada Pangeran Muqrin dicopot, Raja Salman menunjuk penerus berikutnya yaitu keponakannya yang lain, Mohammed bin Nayef, pada 2015.
Sayangnya kedudukan putra mahkota ini hanya bertahan selama 2 tahun, setelah pada 2017 Raja Salman lebih memilih anaknya sendiri yaitu Pangeran Mohammed bin Salman sebagai putra mahkota.
Sejumlah alasan pun dituduhkan kepada Pangeran Mohammed bin Nayef kala itu, supaya namanya jatuh. Mulai dari tudingan kecanduan narkoba, mengangkat isu penolakan embargo Qatar, korupsi, hingga dituding akan melakukan kudeta.
3. Mohammed bin Salman
Penunjukkan Pangeran Mohammed bin Salman atau MBS sebagai putra mahkota ini sekaligus membuat sistem yang telah terbangun mengalami perubahan. Lantaran sejak kepemimpinan Raja Saud bin Abdulaziz, belum ada raja yang menurunkan kekuasaan pada anaknya sendiri.
Dilansir dari Business Insider, ketika MBS menjadi putra mahkota pada 2017, beberapa bangsawan Saudi khawatir bahwa takhta akan mulai diwariskan dalam garis suksesi keturunan, daripada yang telah melayani negara dengan baik sejauh ini.
Namun sepanjang masa baktinya sebagai putra mahkota, MBS memang kerap tampil mencolok dengan berbagai kebijakan revolusioner yang dibuatnya.
(mas)