Jenderal Bolivia yang Menangkap Che Guevara Meninggal Dunia
loading...
A
A
A
LA PAZ - Jenderal Bolivia Gary Prado Salmon, pemimpin patroli yang menangkap ikonmarxist Kuba Che Guevara pada 1967, meninggal dunia dalam usia 84 tahun. Kabar duka ini diumumkan putranya, Gary Prado Arauz, di Facebook pada Sabtu pekan lalu.
“Dia meninggalkan kami warisan cinta, kejujuran, dan keberanian,” tulis Arauz dalam posting-nya, yang dilansir Russia Today, Selasa (9/5/2023).
Dia menggambarkan sang jenderal sebagai “orang luar biasa” yang didampingi oleh istri dan anak-anaknya di ranjang kematiannya.
Prado Salmon sudah sakit sejak bulan lalu dan mendapat perawatan di rumah sakit.
Pada 8 Oktober 1967, dia bertanggung jawab atas patroli yang didukung Amerika Serikat (AS) yang menjaring Guevara dan gerilyawannya di Bolivia barat daya. Kala itu, pasukannya yang berkekuatan 120 orang telah menyusut menjadi sekitar dua lusin orang.
Baca Juga: Inilah Foto Langka Guevara Meregang Nyawa
Guevara, revolusioner kelahiran Argentina, terluka selama operasi tersebut. Dia dieksekusi keesokan harinya oleh perwira militer lainnya, Mario Teran.
Sementara Prado Salmon dinyatakan sebagai pahlawan nasional atas perannya dalam menjatuhkan Guevara oleh junta yang dilatih CIA yang menjalankan Bolivia pada saat itu, Guevara-lah yang dipandang sebagai pahlawan oleh orang Bolivia modern—yang menyebabkan gesekan antara veteran militer dan pemerintahan sosialis saat ini.
Mantan presiden Evo Morales memimpin upacara peringatan 50 tahun kematian Guevara pada 2017, mengumpulkan delegasi dari Venezuela dan Kuba bersama keempat anak revolusioner tersebut.
Beberapa veteran operasi anti-gerilya menolak untuk menghadiri acara tersebut, menolak untuk menghormati orang asing yang telah menyebabkan rasa sakit dan kesedihan bagi keluarga Bolivia.
Setelah menggulingkan pemerintah Kuba Fulgencio Battista, bersama pemimpin revolusioner Fidel Castro pada tahun 1959, Guevara berkeliling Amerika Latin, mencoba meluncurkan revolusi di negara lain.
Meskipun sebagian besar tidak berhasil, Guevara tetap menjadi pahlawan bagi kelompok kiri di seluruh Amerika.
Ketakutan akan “efek domino” komunis membuat AS melatih dan mendukung junta sayap kanan di seluruh Amerika Latin, dengan hasil yang brutal.
Dengan berakhirnya “Operasi Condor”, operasi klandestin transnasional Washington yang mencakup Bolivia, Argentina, Chili, Uruguay, Paraguay, Brasil, Ekuador, dan Peru, sebanyak 60.000 orang telah terbunuh atau “hilang”.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
“Dia meninggalkan kami warisan cinta, kejujuran, dan keberanian,” tulis Arauz dalam posting-nya, yang dilansir Russia Today, Selasa (9/5/2023).
Dia menggambarkan sang jenderal sebagai “orang luar biasa” yang didampingi oleh istri dan anak-anaknya di ranjang kematiannya.
Prado Salmon sudah sakit sejak bulan lalu dan mendapat perawatan di rumah sakit.
Pada 8 Oktober 1967, dia bertanggung jawab atas patroli yang didukung Amerika Serikat (AS) yang menjaring Guevara dan gerilyawannya di Bolivia barat daya. Kala itu, pasukannya yang berkekuatan 120 orang telah menyusut menjadi sekitar dua lusin orang.
Baca Juga: Inilah Foto Langka Guevara Meregang Nyawa
Guevara, revolusioner kelahiran Argentina, terluka selama operasi tersebut. Dia dieksekusi keesokan harinya oleh perwira militer lainnya, Mario Teran.
Sementara Prado Salmon dinyatakan sebagai pahlawan nasional atas perannya dalam menjatuhkan Guevara oleh junta yang dilatih CIA yang menjalankan Bolivia pada saat itu, Guevara-lah yang dipandang sebagai pahlawan oleh orang Bolivia modern—yang menyebabkan gesekan antara veteran militer dan pemerintahan sosialis saat ini.
Mantan presiden Evo Morales memimpin upacara peringatan 50 tahun kematian Guevara pada 2017, mengumpulkan delegasi dari Venezuela dan Kuba bersama keempat anak revolusioner tersebut.
Beberapa veteran operasi anti-gerilya menolak untuk menghadiri acara tersebut, menolak untuk menghormati orang asing yang telah menyebabkan rasa sakit dan kesedihan bagi keluarga Bolivia.
Setelah menggulingkan pemerintah Kuba Fulgencio Battista, bersama pemimpin revolusioner Fidel Castro pada tahun 1959, Guevara berkeliling Amerika Latin, mencoba meluncurkan revolusi di negara lain.
Meskipun sebagian besar tidak berhasil, Guevara tetap menjadi pahlawan bagi kelompok kiri di seluruh Amerika.
Ketakutan akan “efek domino” komunis membuat AS melatih dan mendukung junta sayap kanan di seluruh Amerika Latin, dengan hasil yang brutal.
Dengan berakhirnya “Operasi Condor”, operasi klandestin transnasional Washington yang mencakup Bolivia, Argentina, Chili, Uruguay, Paraguay, Brasil, Ekuador, dan Peru, sebanyak 60.000 orang telah terbunuh atau “hilang”.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
(mas)